
Fokus Investor
ASII, UNVR, BBCA Laporkan Kinerja, TLKM Rombak Direksi
Ratelia Nabila, CNBC Indonesia
30 April 2018 07:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbagai aksi korporasi oleh emiten-emiten besar mewarnai perdagangan saham pekan lalu. Beberapa perusahaan LQ45 melaporkan kinerja keuangan kuartal I-2018 yang lebih lemah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berikut adalah aksi korporasi emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan lalu yang dirangkum CNBC Indonesia, Senin (30/4/2018).
1. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Bagikan Dividen dan Ubah Direksi.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) membagikan 60% dari laba bersih 2017 sebagai dividen tunai. Angka ini setara dengan Rp 13,29 triliun dan pemegang saham akan mendapatkan dividen Rp 134,13/saham.
Selain itu, perusahaan juga menanggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) senilai Rp 30 triliun yang akan dianggarkan 50% untuk bisnis mobile perseroan. Sisanya, sekitar 30% digunakan untuk anggaran fixed broadband (jaringan internet) Indihome dan 20% untuk pengembangan bisnis lainnya.
Meskipun Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan menetapkan kembali Alex J. Sinaga sebagai Direktur Utama TLKM, pemegang saham memutuskan menunjuk Siti Choirana sebagai Direktur Consumer Service menggantikan Mas'ud Khamid yang saat ini menjadi Direktur Pemasaran Retail di PT Pertamina (Persero).
2. Kuartal I-2018 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Cetak Kenaikan Laba
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan perolehan laba bersih pada kuartal I-2018 sebesar Rp 5,9 triliun. Nilai tersebut meningkat 43,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4,1 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan perolehan laba bersih tersebut berasal dari pendapatan bunga bersih yang meningkat 3,2% ke Rp 13,22 triliun dan pendapatan berbasis biaya yang naik 14,7% menjadi Rp 6,02 triliun.
Dari sisi penyaluran kredit, perusahaan hanya mencatatkan pertumbuhan 7,1% menjadi Rp 703 triliun disebabkan oleh restrukturasi segmen komersial dan UMKM. Sementara untuk penghimpunan DPK meningkat 5,2% ke angka Rp 769,3 triliun sedangkan nilai aset meningkat 6,2% menjadi Rp 1.098,2 triliun.
3. Penjualan Melemah, Laba Kuartal- 2018 PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Turun.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan penurunan laba di sepanjang kuartal I-2018 sebesar 6,21% menjadi Rp 1,83 triliun dibandingkan dengan laba pada kuartal I 2017 sebesar Rp 1,96 triliun.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba tersebut diakibatkan oleh penjualan bersih perseroan yang turun 0,91% dari sebelumnya Rp 10,84 triliun pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 10,74 triliun pada periode yang sama tahun ini.
4. Bisnis Agribisnis dan Otomotif Lesu, Laba PT Astra International Tbk (ASII) Kuartal I-2018 Turun.
PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan kinerja keuangan yang menurun. Laba bersih kuartal I-2018 Astra mencapai Rp 4,98 triliun atau turun 2%. Padahal, pada kuartal I-2018 pendapatan bersih Astra Internasional sebenarnya masih tumbuh 14% menjadi Rp 55,82 triliun.
Berdasarkan pernyataan Presiden Direktur Astra Internasional, Prijono Sugiarto faktor yang menyebabkan laba bersih turun karena sektor otomotif dan agribisnis sedang lesu.
5. Penjualan Kuartal I-2018 Kuat, Laba PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Naik Tipis.
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) membukukan kenaikan laba bersih 0,13% sepanjang kuartal I-2018 menjadi Rp 1,89 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan laba bersih sepanjang tiga bulan pertama 2018 didukung oleh kenaikan penjualan 10,07% menjadi Rp 21,98 dan pendapatan penjualan lokal yang naik 13,26% menjadi Rp 21,58 triliun.
Persentase kenaikan tertinggi terjadi pada penjualan produk rokok sigaret kretek mesin (SKT) yang naik 10,10% pada kuartal I tahun ini menjadi Rp 19,76 triliun sedangkan penjualan rokok sigaret kretek tangan (SKT) juga naik 6,80% pada kuartal I 2018 menjadi Rp 1,85 triliun.
6. Pendapatan Meningkat, Laba PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Tumbuh 10,4%.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan laba bersih Rp 5,5 triliun pada kuartal I-2018 atau naik 10,4% dibanding periode yang sama 2017 senilai Rp 5 triliun. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmadja mengatakan pendapatan operasional BCA yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tercatat meningkat 8,7% menjadi Rp 14,7 triliun dibanding kuartal I 2017 yang tercatat sebesar Rp 13,5 triliun.
Selain berasal dari pendapatan perusahaan, komposisi kredit yang baik mendukung laba untuk tumbuh. Tercatat, kredit korporasi naik 17,6% menjadi Rp 179,4 triliun, kredit komersial dan UKM naik 14,4% menjadi Rp 166,7 dan kredit consumer tumbuh 12% menjadi Rp 123,9 triliun. Untuk kartu kredit, pertumbuhan mencapai Rp 12,3% dengan outstanding mencapai Rp 11,8 triliun.
7. Biaya Cukai Rokok Naik, Laba PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) Kuartal-I 2018 Turun.
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang kuartal I-2018 sebesar 7,85% menjadi Rp 3,03 triliun. Direktur Utama HM Sampoerna Mindaugas Trumpaitis mengatakan penurunan laba bersih sepanjang tiga bulan pertama tahun ini disebabkan kenaikan biaya cukai. Padahal, pendapatan perusahaan meningkat hingga 2,48% menjadi Rp 23,13 triliun dari sebelumnya Rp 22,57 triliun.
Kenaikan beban pokok penjualan pada biaya pita cukai tercatat sebesar Rp 11,90 triliun dibandingkan tiga bulan pertama 2017 Rp 10,21 triliun. Perusahaan mengakui telah meningkatkan harga produk untuk mengantisipasi penurunan laba ini.
(prm) Next Article IHSG Tinggalkan 5.800, 5 Saham ini Biang Keroknya
Berikut adalah aksi korporasi emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan lalu yang dirangkum CNBC Indonesia, Senin (30/4/2018).
1. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Bagikan Dividen dan Ubah Direksi.
Selain itu, perusahaan juga menanggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) senilai Rp 30 triliun yang akan dianggarkan 50% untuk bisnis mobile perseroan. Sisanya, sekitar 30% digunakan untuk anggaran fixed broadband (jaringan internet) Indihome dan 20% untuk pengembangan bisnis lainnya.
Meskipun Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan menetapkan kembali Alex J. Sinaga sebagai Direktur Utama TLKM, pemegang saham memutuskan menunjuk Siti Choirana sebagai Direktur Consumer Service menggantikan Mas'ud Khamid yang saat ini menjadi Direktur Pemasaran Retail di PT Pertamina (Persero).
2. Kuartal I-2018 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Cetak Kenaikan Laba
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan perolehan laba bersih pada kuartal I-2018 sebesar Rp 5,9 triliun. Nilai tersebut meningkat 43,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4,1 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan perolehan laba bersih tersebut berasal dari pendapatan bunga bersih yang meningkat 3,2% ke Rp 13,22 triliun dan pendapatan berbasis biaya yang naik 14,7% menjadi Rp 6,02 triliun.
Dari sisi penyaluran kredit, perusahaan hanya mencatatkan pertumbuhan 7,1% menjadi Rp 703 triliun disebabkan oleh restrukturasi segmen komersial dan UMKM. Sementara untuk penghimpunan DPK meningkat 5,2% ke angka Rp 769,3 triliun sedangkan nilai aset meningkat 6,2% menjadi Rp 1.098,2 triliun.
3. Penjualan Melemah, Laba Kuartal- 2018 PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Turun.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan penurunan laba di sepanjang kuartal I-2018 sebesar 6,21% menjadi Rp 1,83 triliun dibandingkan dengan laba pada kuartal I 2017 sebesar Rp 1,96 triliun.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba tersebut diakibatkan oleh penjualan bersih perseroan yang turun 0,91% dari sebelumnya Rp 10,84 triliun pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 10,74 triliun pada periode yang sama tahun ini.
4. Bisnis Agribisnis dan Otomotif Lesu, Laba PT Astra International Tbk (ASII) Kuartal I-2018 Turun.
PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan kinerja keuangan yang menurun. Laba bersih kuartal I-2018 Astra mencapai Rp 4,98 triliun atau turun 2%. Padahal, pada kuartal I-2018 pendapatan bersih Astra Internasional sebenarnya masih tumbuh 14% menjadi Rp 55,82 triliun.
Berdasarkan pernyataan Presiden Direktur Astra Internasional, Prijono Sugiarto faktor yang menyebabkan laba bersih turun karena sektor otomotif dan agribisnis sedang lesu.
5. Penjualan Kuartal I-2018 Kuat, Laba PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Naik Tipis.
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) membukukan kenaikan laba bersih 0,13% sepanjang kuartal I-2018 menjadi Rp 1,89 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan laba bersih sepanjang tiga bulan pertama 2018 didukung oleh kenaikan penjualan 10,07% menjadi Rp 21,98 dan pendapatan penjualan lokal yang naik 13,26% menjadi Rp 21,58 triliun.
Persentase kenaikan tertinggi terjadi pada penjualan produk rokok sigaret kretek mesin (SKT) yang naik 10,10% pada kuartal I tahun ini menjadi Rp 19,76 triliun sedangkan penjualan rokok sigaret kretek tangan (SKT) juga naik 6,80% pada kuartal I 2018 menjadi Rp 1,85 triliun.
6. Pendapatan Meningkat, Laba PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Tumbuh 10,4%.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan laba bersih Rp 5,5 triliun pada kuartal I-2018 atau naik 10,4% dibanding periode yang sama 2017 senilai Rp 5 triliun. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmadja mengatakan pendapatan operasional BCA yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tercatat meningkat 8,7% menjadi Rp 14,7 triliun dibanding kuartal I 2017 yang tercatat sebesar Rp 13,5 triliun.
Selain berasal dari pendapatan perusahaan, komposisi kredit yang baik mendukung laba untuk tumbuh. Tercatat, kredit korporasi naik 17,6% menjadi Rp 179,4 triliun, kredit komersial dan UKM naik 14,4% menjadi Rp 166,7 dan kredit consumer tumbuh 12% menjadi Rp 123,9 triliun. Untuk kartu kredit, pertumbuhan mencapai Rp 12,3% dengan outstanding mencapai Rp 11,8 triliun.
7. Biaya Cukai Rokok Naik, Laba PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) Kuartal-I 2018 Turun.
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang kuartal I-2018 sebesar 7,85% menjadi Rp 3,03 triliun. Direktur Utama HM Sampoerna Mindaugas Trumpaitis mengatakan penurunan laba bersih sepanjang tiga bulan pertama tahun ini disebabkan kenaikan biaya cukai. Padahal, pendapatan perusahaan meningkat hingga 2,48% menjadi Rp 23,13 triliun dari sebelumnya Rp 22,57 triliun.
Kenaikan beban pokok penjualan pada biaya pita cukai tercatat sebesar Rp 11,90 triliun dibandingkan tiga bulan pertama 2017 Rp 10,21 triliun. Perusahaan mengakui telah meningkatkan harga produk untuk mengantisipasi penurunan laba ini.
(prm) Next Article IHSG Tinggalkan 5.800, 5 Saham ini Biang Keroknya
Most Popular