
Diborong Asing, Ini Perbandingan Kinerja Para "Raja" Saham
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
07 August 2019 13:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham domestik mulai lepas dari tekanan pada perdagangan hari ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I ditutup menguat 1,42% ke level 6.206,42, setelah tekoreksi sebesar 4,24% di awal Agustus.
Namun, kekhawatiran masih meliputi benak pelaku pasar. Pasalnya, dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan China, masih berseteru.
Asa akan kesepakatan dagang lama-lama pudar dan ini membuat resiko perlambatan ekonomi global semakin tinggi. Dengan demikian, berinvestasi di aset-aset beresiko tidak lagi menarik minat investor.
Meskipun begitu, dikarenakan apresiasi pasar yang tinggi dan kinerja fundamental yang relatif stabil, pelaku pasar masih banyak menyerbu emiten Big Cap atau emiten dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 T.
Beberapa emiten yang masuk kategori Big Cap pada perdagangan hari ini tercatat banyak diborong investor asing.
Hingga berita ini dimuat, investor asing membukukan akumulasi beli bersih (net buy) atas saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 50,73 miliar. Lalu, diikuti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 12,29 triliun dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar Rp 7,22 miliar.
Saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) juga diborong asing senilai Rp 19,97 miliar. Saham PT Bank Mandiri diborong Rp 19,32 miliar, saham Indofood diborong Rp 13,14 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 12,29 miliar.
Mengapa saham-saham big cap ini diborong asing, tentu menjadi pertanyaan bagi para investor. Bagaimana kinerja keuangan emiten big cap tersebut sepanjang semester I-2019?
Dari tabel di atas, terlihat BBCA unggul dari segi nilai kapitalisasi pasar terbesar. Akan tetapi untuk total omzet masih dipimpin oleh PT Astra International Tbk (ASII), dimana hingga akhir Juni 2019 perusahaan membukukan pendapatan mencapai Rp 116,18 triliun, naik 3,22% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Kemudian, di antara jajaran Big Cap, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menduduki peringkat paling bontot dari segi perolehan pendapatan yang hanya sebesar Rp 21,46 triliun.
Lebih lanjut, dari sisi perolehan laba bersih, emiten perbankan menduduki posisi top three dengan perolehan keuntungan yang paling besar dibukukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia.
Sepanjang semester pertama tahun ini, bank pelat merah tersebut mengantongi laba bersih sebesar Rp 16,3 triliun, diikuti oleh Bank Mandiri sebesar Rp 13,53 triliun dan BBCA senilai Rp 12,86 triliun.
Uniknya, dari sisi perolehan tingkat marjin bersih(Net Profit Margin/NPM) posisi teratas juga diduduki oleh ketiga emiten perbankan tersebut, tapi urutannya dibalik.
BBCA memimpin dengan NPM tertinggi mencapai 41,26%, disusul oleh BMRI sebesar 30,41% dan BBRI senilai 28,39%.
Simak Cuan Para Big Cap Semester I-2019
[Gambas:Video CNBC]
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Yes! Saham BBCA Balik ke Rp 8.000, BBNI & BMRI Nyusul Nih?
Namun, kekhawatiran masih meliputi benak pelaku pasar. Pasalnya, dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan China, masih berseteru.
Asa akan kesepakatan dagang lama-lama pudar dan ini membuat resiko perlambatan ekonomi global semakin tinggi. Dengan demikian, berinvestasi di aset-aset beresiko tidak lagi menarik minat investor.
Beberapa emiten yang masuk kategori Big Cap pada perdagangan hari ini tercatat banyak diborong investor asing.
Hingga berita ini dimuat, investor asing membukukan akumulasi beli bersih (net buy) atas saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 50,73 miliar. Lalu, diikuti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 12,29 triliun dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar Rp 7,22 miliar.
Saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) juga diborong asing senilai Rp 19,97 miliar. Saham PT Bank Mandiri diborong Rp 19,32 miliar, saham Indofood diborong Rp 13,14 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 12,29 miliar.
Mengapa saham-saham big cap ini diborong asing, tentu menjadi pertanyaan bagi para investor. Bagaimana kinerja keuangan emiten big cap tersebut sepanjang semester I-2019?
![]() |
Dari tabel di atas, terlihat BBCA unggul dari segi nilai kapitalisasi pasar terbesar. Akan tetapi untuk total omzet masih dipimpin oleh PT Astra International Tbk (ASII), dimana hingga akhir Juni 2019 perusahaan membukukan pendapatan mencapai Rp 116,18 triliun, naik 3,22% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Kemudian, di antara jajaran Big Cap, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menduduki peringkat paling bontot dari segi perolehan pendapatan yang hanya sebesar Rp 21,46 triliun.
Lebih lanjut, dari sisi perolehan laba bersih, emiten perbankan menduduki posisi top three dengan perolehan keuntungan yang paling besar dibukukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia.
Sepanjang semester pertama tahun ini, bank pelat merah tersebut mengantongi laba bersih sebesar Rp 16,3 triliun, diikuti oleh Bank Mandiri sebesar Rp 13,53 triliun dan BBCA senilai Rp 12,86 triliun.
Uniknya, dari sisi perolehan tingkat marjin bersih(Net Profit Margin/NPM) posisi teratas juga diduduki oleh ketiga emiten perbankan tersebut, tapi urutannya dibalik.
BBCA memimpin dengan NPM tertinggi mencapai 41,26%, disusul oleh BMRI sebesar 30,41% dan BBRI senilai 28,39%.
Simak Cuan Para Big Cap Semester I-2019
[Gambas:Video CNBC]
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Yes! Saham BBCA Balik ke Rp 8.000, BBNI & BMRI Nyusul Nih?
Most Popular