
Hermes Tutup Toko, Penjualan Anjlok 42%

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak hanya ritel biasa yang terimbas tutup akibat Covid-19. Perusahaan barang mewah Prancis, Hermes, juga telah mengumumkan bahwa penjualan mereka turun 42% pada kuartal II 2020 karena pandemi virus corona.
Hal tersebut memaksanya penutupan toko di seluruh dunia dan menghentikan produksi. Tas Birkin yang ikonik tak bisa menyelamatkan perusahaan dari gempuran Covid-19.
"Krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, yang dimulai pada awal tahun dan masih berlangsung, memungkinkan kami untuk menguji kekuatan model bisnis kami," kata Axel Dumas, Ketua Eksekutif Hermes, dalam sebuah pernyataan dikutip dari CNAluxury, Jumat (13/8/2020).
Di Asia (tidak termasuk Jepang), penjualan anjlok 9%. Namun berangsur-angsur pulih ketika China membuka kembali toko-toko di daratan.
Namun, Hermes mencatat bahwa aktivitas di Hong Kong dan Makau tetap turun. Ini karena langkah-langkah pengendalian perbatasan.
Sedangkan di Jepang, penjualan turun 23%. Meski begitu Hermes mencatat bahwa adanya pemulihan sangat dinamis berkat loyalitas pelanggan lokal.
"Penjualan sangat kuat terutama pada platform online Hermes yang baru," tulis media itu mengutip Dumas.
Penjualan di AS adalah yang paling terpukul bahkan turun 42%. Sementara Eropa yang sangat terpengaruh oleh turis tanpa menghitung Prancis di dalamnya mencatat penurunan 36%.
"Sementara negara asal Hermes, Prancis, mencatat penurunan 38 persen," tulis CNA lagi.
Bertumpu pada online
Sebenarnya bila dilihat lagi, ada perubahan tren penjualan. Di mana penjualan online tumbuh dua digit di seluruh Asia.
Penjualan online di paruh pertama meningkat lebih dari 100% di China. Bahkan menurut laporan Jing Daily angka ini terus naik meski pembukaan toko dilakukan.
Hermes juga mengumumkan bahwa mereka telah meningkatkan tenaga kerja. Hampir 300 orang di bagian produksi yang membuat total karyawan menjadi 15.698 orang.
Meskipun terjadi ketidakpastian ekonomi, geopolitik dan moneter di seluruh dunia masih terjadi Hermes mengatakan masih optimistis. Terutama untuk pertumbuhan pendapatan dalam jangka menengah.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Corona Pukul Peritel Mewah Global
