Nasib Man City Diumumkan Hari Ini, Peta Liga Inggris Berubah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 July 2020 10:26
Doc.Mancherter City/Mancity.com
Foto: Doc.Mancherter City/Mancity.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, Mahkamah Arbitrase Olahraga (CAS) akan memutuskan perkara banding yang diajukan klub Liga Primer Inggris, Manchester City, atas vonis Asosiasi Sepakbola Eropa (UEFA) atas kasus pelanggaran Financial Fair Play (FFP). Putusan CAS akan menentukan peta persaingan klub Inggris untuk jatah Liga Champions dan Liga Europa musim depan.

Pada Februari lalu, UEFA memberi sanksi larangan tampil di kompetisi antar-klub Eropa bagi City selama dua musim plus denda EUR 30 juta (Rp 490,59 miliar dengan kurs saat ini). Klub yang bermarkas di Etihad Stadium itu dinilai telah menyalahi aturan FFP dan tidak menunjukkan sikap kooperatif saat UEFA melakukan investigasi.

Atas vonis UEFA tersebut, The Citizens melakukan banding ke CAS dan hasilnya akan diumumkan hari ini. Jika CAS memutuskan City tidak bersalah, maka vonis UEFA akan batal demi hukum. Kevin De Bruyne dan sejawat tetap bisa berlaga di Liga Champions musim depan, karena kemungkinan besar City akan mengakhiri Liga Primer musim 2019/2020 di posisi kedua, hanya kalah dari sang juara Liverpool.

"Saya akan tidur saja, karena toh saya tidak bisa melakukan apa-apa. Seandainya saya bisa. Kita tunggu Senin, itu saja," ujar Josep 'Pep' Guardiola, Manajer City, seperti dikutip dari BBC.

Namun kalau CAS menolak banding City, atau mengurangi durasi hukuman menjadi setahun, maka sang tetangga berisik dari Manchester United itu bakal absen dari kompetisi antar-klub Eropa musim 2020/2021. Artinya, akan ada perubahan jatah tiket ke Liga Champions dan Liga Europa dari Negeri Big Ben.

Nantinya, tim yang finis di peringkat kelima akan mendapat 'boarding pass' ke Liga Champions. Berdasarkan klasemen hingga pekan ke-35, klub-klub Inggris yang akan berlaga di Liga Champions musim depan adalah Liverpool, Chelsea, Leicester City, dan Manchester United. Wolverhampton Wanderers berpotensi ikut tampil di kompetisi antar-klub paling bergengsi di Eropa tersebut, jika anak asuh Manajer Nuno Espirito Santo berhasil menjuarai Liga Europa.

Kalau sampai Wolves lolos ke Liga Champions, maka jatah klub Inggris di Liga Europa akan menarik. Andai Arsenal menjuarai Piala FA dan finis di bawah peringkat delapan, maka tim yang berada di urutan sembilan bisa bermain di Liga Europa musim depan.

Bayangkan, finis di peringkat sembilan tetapi masih bisa tampil di kompetisi antar-klub Eropa. Ini hanya bisa terjadi gara-gara masalah yang menghantam City. Kalau City baik-baik saja, maka situasi tidak akan semenarik ini...

Apa itu FFP? Bagaimana FFP bisa menjadi batu sandingan bagi City?

FFP mulai diberlakukan oleh UEFA pada 2011. Klub di Eropa harus memenuhi persyaratan keuangan, dalam arti memenuhi seluruh kewajiban yang harus dibayarkan.

Sejak 2013, klub harus memenuhi kewajiban impas (break-even) dalam laporan keuangannya. Pengeluaran harus seimbang dengan pemasukan, tidak boleh memupuk utang.

Untuk mengawasi penegakan aturan ini, Club Financial Control Body (CFCB) akan menganalisis laporan keuangan klub dalam tiga tahun terakhir.

Sebenarnya UEFA bukan tidak memperbolehkan klub untuk merugi. Klub boleh ekspansif dan kemudian mencatatkan kerugian, tetapi harus dalam batas aman yaitu EUR 30 juta (Rp 444,94 miliar) dalam tiga tahun. Kerugian itu juga harus segera ditutup oleh pemilik atau pihak yang berafiliasi dengan klub.

Jika pemilik klub menyuntikkan dana melalui perusahaan yang terkait dengan dirinya, maka UEFA akan melakukan investigasi. Ada perhitungan, apakah jumlah dana yang disuntikkan itu sesuai dengan nilai pasar atau ada 'penggelembungan'.

Nah, ini yang terjadi di City. Pada 2011, UEFA berjanji akan melakukan investigasi terhadap kerja sama City dengan Etihad Airways, perusahaan penerbangan asal Uni Emirat Arab (UEA).

Etihad adalah perusahaan milik pemerintah daerah Abu Dhabi, dengan Mohamed Mubarak Al Mazrouei sebagai CEO. Mohamed Mubarak Al Mazrouei adalah salah satu direktur di Manchester City. Mohamed Mubarak Al Mazrouei dan pemilik Manchester City, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, adalah anggota keluarga kerajaan Abu Dhabi.

Football Leaks mengungkapkan bahwa sebenarnya Abu Dhabi United Group (ADUG) adalah sponsor City yang sebenarnya. Dalam laporan keuangan City, Etihad memang ditulis membayar sponsorship GBP 67,5 juta (Rp 1,2 triliun). Namun hanya GBP 8 juta (Rp 142,93 milar) yang benar-benar datang dari Etihad, sisanya adalah duit ADUG. Jika entitas-entitas yang terkait menyumbang lebih dari 30% total pendapatan klub, maka UEFA akan melihatnya sebagai satu entitas.

"Tujuan dari FFP bukan untuk membuat semua klub menjadi setara, tetapi mendorong klub agar membangun kesuksesan secara jangka panjang dan berkesinambungan. Bukan sekadar mencari solusi instan. Klub perlu meningkatkan kesadaran akan investasi masa depan.

"Utang yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pada masa depan (stadion, akademi, insfrastruktur, dan sebagainya) adalah standar praktik di industri ini. Namun utang untuk membiayai keperluan jangka pendek seperti gaji atau transfer pemain bisa menciptakan masalah di arus kas sehingga harus dikelola dengan efektif. FFP bertujuan untuk menghindarkan klub dari utang yang tidak terkelola dengan baik,"sebut keterangan di situs resmi UEFA.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Next Page
Apa Itu FFP?
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular