Dear MU, Fokus Saja ke Liga Malam Jumat!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 December 2019 11:48
Dear MU, Fokus Saja ke Liga Malam Jumat!
Manajer Manchester United Ole Gunnar Solskjaer (REUTERS/Piroschka van de Wouw)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak ditinggalkan oleh manajer legendaris Sir Alex Ferguson pada 2013, klub sepakbola asal Inggris Manchester United (MU) masih saja menjalani masa transisi. David Moyes, Louis Van Gaal, Jose Mourinho, sampai Ole Gunnar Solskjaer belum bisa membawa United ke masa kejayaan seperti era Ferguson.

Pada musim 2018/2019, United terlempar dari posisi empat besar dan finis di urutan enam. Ini membuat David De Gea dan kolega absen dari Liga Champions Eropa dan harus terima bermain di kompetisi antar-klub Eropa kelas dua, Liga Europa.


Musim ini, performa United masih angin-anginan. Meski menang kala menjamu Newcastle United pada laga Boxing Day tengah pekan ini, United masih tercecer di peringkat delapan.


United mengoleksi 28 poin dari 19 pertandingan di Liga Primer Inggris musim 2019/2020. Masih ada separuh musim, United bisa saja finis di empat besar karena jarak dari Chelsea di peringkat keempat hanya tiga poin.

Namun perjalanan ke arah sana lumayan berat. United masih harus bertemu tim-tim tangguh seperti Arsenal (2 Januari 2020), Liverpool (19 Januari 2020), Wolverhampton Wandeders (2 Februari 2020), Chelsea (18 Februari 2020), Manchester City (7 Maret 2020), Tottenham Hotspur (14 Maret 2020), sampai Leicester City (17 Mei 2020).

Harus diakui, skuad United saat ini relatif kurus. Tidak seperti Manchester City atau Liverpool, United kekurangan pelapis yang mumpuni kala pemain utama tidak bisa tampil.

Baca: MU Butuh 'Servis Besar', dan Itu Mahal...

Misalnya saat penyerang asal Prancis Anthony Martial cedera. United tidak punya penyerang tengah sehingga terpaksa memainkan pemuda minim pengalaman bernama Mason Greenwood. United tidak mengantisipasi kepergian Romelu Lukaku ke Inter Milan (Italia) dengan merekrut penyerang baru.

United juga minim opsi di posisi tengah. Paul Pogba, eks pemain termahal dunia kala diboyong United dari Juventus (Italia), sempat mengalami cedera yang agak panjang. United sama sekali tidak punya pengganti gelandang kreatif, sehingga lini tengah Setan Merah bak macan ompong.

Di belakang, sisi yang menjadi sorotan adalah bek kiri. United punya Luke Shaw, tetapi pelapisnya kurang meyakinkan. Ashley Young sudah tidak young lagi, sehingga Solskjaer kadang melirik anak muda lulusan akademi, Brandon Williams.

Pilihan di posisi bek tengah juga tidak banyak. Duet inti adalah Harry Maguire-Victor Lindelof, tetapi saat salah satunya tidak bisa diturunkan solusinya adalah Phil Jones. Kita semua tahu bagaimana kualitas eks pemain Blackburn Rovers ini.

[Gambas:Video CNBC]



Dengan skuad yang seadanya ini, sepertinya tidak akan mudah buat United untuk bertarung memperebutkan posisi empat besar. Jalan masih terlalu panjang, sulit berharap United bisa tampil konsisten dengan skuad yang alakadarnya.

Meski tantangan menuju empat besar bakal berat, tetapi United masih punya peluang untuk lolos ke Liga Champions musim depan. Caranya adalah dengan menjuarai liga malam Jumat, eh Liga Europa.


Sejak 2018, Asosiasi Sepakbola Eropa (UEFA) mengubah format Liga Champions. Mulai saat itu, pemenang Liga Europa otomatis lolos ke fase grup Liga Champions musim selanjutnya. Tidak pakai acara kualifikasi-kualifikasian segala.

"Dua puluh enam tim akan langsung lolos ke babak penyisihan grup Liga Champions, termasuk pemenang Liga Champions dan Liga Europa musim sebelumnya. Ditambah enam klub yang melalui babak kualifikasi," sebut keterangan tertulis UEFA tertanggal 27 Februari 2018.

United punya peluang besar untuk menjuarai kompetisi ini. Memang ada tim kuat 'buangan' Liga Champions seperti Inter Milan atau RB Salzburg, tetapi bukan berarti United tidak bisa menyingkirkan mereka.

Syaratnya, skuat United harus bugar. United harus tampil dengan 100% pemain inti yang fit, jangan ada pelapis. United yang seperti ini punya potensi untuk mengalahkan tim seperti Inter Milan.



Oleh karena itu, sebaiknya United tidak perlu terlalu ngoyo di Liga Primer. Jangan menganggap remeh, tetapi juga jangan memaksakan diri. Jika ada pemain yang cedera atau kelelahan di liga domestik, maka bisa mempengaruhi kemungkinan United untuk menjadi yang terbaik di Liga Europa.

Piala FA? Lupakan. Pemenang Piala FA hanya akan bermain di Liga Europa.

Piala Liga? Apalagi.

Tampil di Liga Champions, selain gengsi, juga mendatangkan uang yang jauh lebih banyak ketimbang liga malam Jumat. Untuk musim 2019/2020, UEFA menyediakan total hadiah sekitar EUR 1,95 miliar (Rp 30,26 triliun) buat para peserta Liga Champions.

Sebagai permulaan, 32 klub yang berlaga di fase grup akan mendapatkan hadiah EUR 15,25 juta (Rp 236,68 miliar). Plus bonus EUR 1,7 juta (Rp 26,38 miliar) untuk setiap kemenangan dan EUR 900.000 (Rp 13,97 miliar) untuk hasil imbang.

Angka-angka itu bak bumi-langit jika dibandingkan dengan Liga Europa. Total hadiah yang disediakan UEFA untuk kompetisi ini adalah EUR 560 juta (Rp 8,69 triliun). Tidak sampai 30% dari total hadiah di Liga Champions.

Seluruh klub yang lolos ke fase grup Liga Europa mendapat hadiah awal EUR 2,92 juta (Rp 45,32 miliar). Ditambah bonus kemenangan EUR 570.000 (Rp 8,85 miliar) dan EUR 190.000 (Rp 2,95 miliar) untuk hasil seri. Jauh ketimbang Liga Champions.

Oleh karena itu, ada baiknya United melupakan Liga Primer, Piala FA, Piala Liga, dan sebagainya. Fokuskan kekuatan, prioritaskan tujuan untuk menjuarai Liga Europa. Sebab ternyata sang liga malam Jumat menyimpan harta karun bernilai tinggi yaitu tiket menuju Liga Champions.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular