
Tetap Hits, Ini Sederet Kuliner Legendaris di Jakarta
Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
21 September 2019 18:10

Bagi yang suka ngopi sembari ingin menikmati suasana tempo dulu, Anda bisa datang ke Kopi Es Tak Kie. Bisnis ini sudah di jalankan oleh Latif Yulus alias Ayauw yang merupakan generasi ke-3 penerus bisnis ini.
Ayauw sedikit bercerita bahwa bisnis ini didirikan oleh sang kakek, Liong Kwie Tjong dari China Daratan dari tahun 1927. Bisnis ini dimulai dari kopi sebuah gerobak yang berdiri di sekitar pasar Glodok.
Kedai ini terus berkembang sampai sekarang. Bahkan Ayauw pun berkeliling Indonesia untuk meracik kopi dan mendapatkan rasa khas dari kedai kopinya.
Saat generasi pertama, kedai kopi Tak Kei hanya berupa gerobak dorong yang bisa pindah-pindah tempat. Kopi yang dipasok pun berasal dari pasar di sekitar Glodok.
"Ya jadi bisnis ini awalnya dari kakek saya dari Tiongkok dan dulu hanya dari sebuah gerobak saja. Kemudian kita sewa tempat ini hingga sekarang ya begini saja, sederhana tidak banyak berubah. Saya lanjutkan bisnis ini dan saya generasi ke-3," ujar Ayauw kepada CNBC Indonesia.
Siapa sangka meski lokasinya berada di dalam pasar dan kawasan pecinan, beberapa orang asing bahkan orang ternama pun banyak yang berkunjung. Buka dari pukul 06.30 hingga 14.00 tempat ini bisa dikunjungi puluhan orang setiap harinya.
Lantas bagaimana bisnis ini bertahan hingga 92 tahun? Ayauw pun mengatakan bahwa dia selalu menjaga kualitas dan menerima kritik konsumen dan segera memperbaikinya.
Varian kopi yang disajikan pun tidak variatif, bahkan hanya dua yakni kopi hitam dan kopi susu.
Namun, rasa yang ditawarkan memiliki signature tersendiri, dan dijamin tidak ditemukan di tempat lain. Untuk harga es kopi susu ini terbilang sangat terjangkau yakni Rp 15 ribu.
(hps/hps)
Ayauw sedikit bercerita bahwa bisnis ini didirikan oleh sang kakek, Liong Kwie Tjong dari China Daratan dari tahun 1927. Bisnis ini dimulai dari kopi sebuah gerobak yang berdiri di sekitar pasar Glodok.
Kedai ini terus berkembang sampai sekarang. Bahkan Ayauw pun berkeliling Indonesia untuk meracik kopi dan mendapatkan rasa khas dari kedai kopinya.
"Ya jadi bisnis ini awalnya dari kakek saya dari Tiongkok dan dulu hanya dari sebuah gerobak saja. Kemudian kita sewa tempat ini hingga sekarang ya begini saja, sederhana tidak banyak berubah. Saya lanjutkan bisnis ini dan saya generasi ke-3," ujar Ayauw kepada CNBC Indonesia.
Siapa sangka meski lokasinya berada di dalam pasar dan kawasan pecinan, beberapa orang asing bahkan orang ternama pun banyak yang berkunjung. Buka dari pukul 06.30 hingga 14.00 tempat ini bisa dikunjungi puluhan orang setiap harinya.
Lantas bagaimana bisnis ini bertahan hingga 92 tahun? Ayauw pun mengatakan bahwa dia selalu menjaga kualitas dan menerima kritik konsumen dan segera memperbaikinya.
Varian kopi yang disajikan pun tidak variatif, bahkan hanya dua yakni kopi hitam dan kopi susu.
Namun, rasa yang ditawarkan memiliki signature tersendiri, dan dijamin tidak ditemukan di tempat lain. Untuk harga es kopi susu ini terbilang sangat terjangkau yakni Rp 15 ribu.
(hps/hps)
Next Page
Bubur Cikini HR Suleman
Pages
Most Popular