
Indonesia Jadi Sentra Fesyen Dunia di 2025, Mimpi atau Bukan?
Arina Yulistara, CNBC Indonesia
27 March 2018 11:37

Jakarta, CNBC Indonesia- Melihat perkembangan hijab yang semakin pesat, pemerintah menargetkan Indonesia menjadi pusat mode busana muslim dunia di 2020. Tak hanya itu, pemerintah rupanya juga mencanangkan Indonesia sebagai salah satu sentra fashion dunia di 2025 sehingga bisa menjadi pusat inspirasi dan acuan tren industri fashion global.
Menanggapi rencana pemerintah ini, desainer senior Dina Midiani mengatakan bahwa para pelaku mode harus optimis untuk bisa mencapai target tersebut. Menurut Dina, Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa sehingga pantas menjadi salah satu pusat fashion dunia.
"Sebenarnya kalau ngomong bisa ya harus optimis. Indonesia pelaku modenya banyak, kaya sumber daya alam banyak, inspirasi budaya, konsumennya banyak. Komponen itu ada, tapi komponen yang ada ini harus kuat, gimana nih supaya kuat? Ya harus bersatu semua bagian sehingga gaungnya kencang. Kita harus jalan bareng-bareng," jelas Dina saat berbincang dengan CNBC Indonesia di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (26/3/2018).
Ya, wanita yang pernah mengajar di sekolah mode seperti ESMOD dan Susan Budiarjo itu menuturkan kalau saat ini seluruh komponen belum bisa jalan bersamaan. Ini akan menyulitkan Indonesia menjadi salah satu pusat mode dunia di 2025 terutama bila harus bersaing dengan Paris, Milan, dan New York.
Pelaku mode masih asyik dengan karyanya dan pemerintah juga memiliki program masing-masing. Jika tidak bersatu maka Indonesia akan ketinggalan jauh dengan negara lain.
"Semua masih jalan sendiri-sendiri, pemerintah satu kementerian dan kementerian lain punya program sendiri. Sebenarnya nggak salah ya cuma susah buat Indonesia bisa bergaung namanya kalau nggak bersatu. Ada juga kita ketinggalan belum lagi pasar kita potensinya besar yang menjadi target negara lain," tambah Dina.
Secara terang-terangan, National Chairman Indonesia Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma turut mengatakan kalau Indonesia sulit mencapai target sebagai sentra mode dunia di 2025. Butuh waktu lebih banyak lagi untuk membenahi industri fashion Tanah Air.
Selain dukungan pemerintah yang dianggap masih kurang, Ali mengatakan kalau banyak pelaku mode belum sadar untuk go global. Beberapa desainer muda juga masih belum paham bagaimana strategi bisnis dan label mereka sehinga bisa masuk ke pasar internasional.
"Menurut saya masih butuh waktu lebih banyak karena melihat kondisi sekarang. Pelaku mode masih membuat kemasannya secara lokal belum internasional sehingga sulit bersaing dengan brand luar negeri. Mereka juga belum paham bagaimana cara mencari investor dan sebagainya," paparnya.
(gus/gus) Next Article 3 Hambatan Fesyen Indonesia untuk Go Global
Menanggapi rencana pemerintah ini, desainer senior Dina Midiani mengatakan bahwa para pelaku mode harus optimis untuk bisa mencapai target tersebut. Menurut Dina, Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa sehingga pantas menjadi salah satu pusat fashion dunia.
Ya, wanita yang pernah mengajar di sekolah mode seperti ESMOD dan Susan Budiarjo itu menuturkan kalau saat ini seluruh komponen belum bisa jalan bersamaan. Ini akan menyulitkan Indonesia menjadi salah satu pusat mode dunia di 2025 terutama bila harus bersaing dengan Paris, Milan, dan New York.
Pelaku mode masih asyik dengan karyanya dan pemerintah juga memiliki program masing-masing. Jika tidak bersatu maka Indonesia akan ketinggalan jauh dengan negara lain.
"Semua masih jalan sendiri-sendiri, pemerintah satu kementerian dan kementerian lain punya program sendiri. Sebenarnya nggak salah ya cuma susah buat Indonesia bisa bergaung namanya kalau nggak bersatu. Ada juga kita ketinggalan belum lagi pasar kita potensinya besar yang menjadi target negara lain," tambah Dina.
Secara terang-terangan, National Chairman Indonesia Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma turut mengatakan kalau Indonesia sulit mencapai target sebagai sentra mode dunia di 2025. Butuh waktu lebih banyak lagi untuk membenahi industri fashion Tanah Air.
Masih butuh waktu lebih banyak karena melihat kondisi sekarang. Pelaku mode masih membuat kemasannya secara lokal belum internasional.Ali Charisma, National Chairman IFC |
Selain dukungan pemerintah yang dianggap masih kurang, Ali mengatakan kalau banyak pelaku mode belum sadar untuk go global. Beberapa desainer muda juga masih belum paham bagaimana strategi bisnis dan label mereka sehinga bisa masuk ke pasar internasional.
"Menurut saya masih butuh waktu lebih banyak karena melihat kondisi sekarang. Pelaku mode masih membuat kemasannya secara lokal belum internasional sehingga sulit bersaing dengan brand luar negeri. Mereka juga belum paham bagaimana cara mencari investor dan sebagainya," paparnya.
(gus/gus) Next Article 3 Hambatan Fesyen Indonesia untuk Go Global
Most Popular