
Special Features
Menuai Laba dari Fenomena Hijrah
Gustidha Budiartie & Arina Yulistara, CNBC Indonesia
25 March 2018 18:29

Jakarta, CNBC Indonesia- Setahun terakhir, hijrah seakan menjadi fenomena. Entah. bagaimana perbaikan di dalamnya, tetapi yang kasat di mata adalah semakin banyak orang berbondong-bondong ingin menyempurnakan tampilannya agar tampak lebih islami.
Terutama untuk kaum wanita, keinginan mereka untuk menutup aurat tampaknya masih sama kuat dengan syahwat berbelanja. Tak afdhol rasanya jika sudah mengumumkan hijrah, tapi tak belanja jilbab syari, gamis, kaus kaki wudhu, khimar, kaus punggung tangan, dan perintilan lainnya yang mungkin tak ada di zaman nabi, tapi kini muncul dan menjadi kebutuhan.
Di balik semakin hebohnya kebutuhan busana para wanita solehah ini, tentu ada yang tersenyum cerah karena mendapat berkah lewat dagangannya.
Lihat saja penjualan jilbab di situs HijUp, e-commerce ini mengakui penjualan 'hijab' (istilah lebih gaul untuk jilbab) meroket sejak awal tahun ini. Chief Community Officer HijUp Hanna Faridl menjelaskan penjualan hijab syari seperti khimar (jilbab yang menjulur sampai pergelangan tangan dan bokong) naik pesat dibanding 2017.
Tidak hanya khimar yang laris di pasaran, kaos kaki wudhu rupanya juga diburu muslimah. Meski baru di awal tahun, penjualan kedua item ini bahkan sudah meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu.
"Variasi khimar semakin banyak dan penjualannya semakin meningkat. Kaos kaki juga tinggi dua kali lipat dibanding tahun lalu dan kebanyakan di HijUp itu kaos kaki wudhu paling diminati," papar Hanna kepada CNBC Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (22/3/2018).
Hanna mengakui peningkatan penjualan tersebut dipengaruhi oleh fenomena wanita muslim Indonesia yang hijrah. Mereka berusaha untuk mengubah diri lebih baik dengan memutuskan berhijab atau mengikuti pengajian.
"Sebenarnya satu kata yang mempresentasikan fashion muslim di 2018, hijrah. Kenapa kaos kaki wudhu banyak dicari ya mungkin karena bagian dari berhijrah itu. Sekarang juga banyak pengajian, event HijUp yang ada pengajiannya memiliki engagement lebih tinggi dari yang nggak," tambahnya.
Hijrah juga membawa untung desainer di balik label busana syar'i Si.Se.Sa, Senaz. Desainer yang menjual koleksinya dengan harga rata-rata mulai Rp 500 ribu ini mengatakan kalau banyaknya wanita muslim Indonesia yang memutuskan hijrah mempengaruhi penjualan Si.Se.Sa di 2018.
"Alhamdulillah berpengaruh, yang banyak diminati dari produk Si.Se.Sa satu set khimar dan gamis," ujar Senaz kepada CNBC Indonesia.
Selain khimar dan gamis, Senaz mengatakan aksesori juga banyak diminati muslimah Indonesia. Aksesori yang dimaksud bukan kalung atau gelang melainkan ciput (dalaman jilbab) dan manset tangan yang membantu menutup pergelangan tangan ke atas.
Sayang, baik HijUp maupun Si.Se.Sa enggan menyebut angka penjualan maupun laba yang mereka peroleh dari meroketnya pesanan busana syariah setahun terakhir ini. Semoga saja hijrah bukan bagian dari tren yang mempersoalkan tampilan luar dan peluang bisnis belaka. Jangan sampai proses perbaikan diri ini sebatas memoles tampilan luar dan melahirkan jargon "Bagimu hijrahmu, bagiku peluang bisnisku."
(gus/gus) Next Article 8 Cara Menghilangkan Bau Ketiak dan Mencegahnya Datang Lagi
Terutama untuk kaum wanita, keinginan mereka untuk menutup aurat tampaknya masih sama kuat dengan syahwat berbelanja. Tak afdhol rasanya jika sudah mengumumkan hijrah, tapi tak belanja jilbab syari, gamis, kaus kaki wudhu, khimar, kaus punggung tangan, dan perintilan lainnya yang mungkin tak ada di zaman nabi, tapi kini muncul dan menjadi kebutuhan.
Lihat saja penjualan jilbab di situs HijUp, e-commerce ini mengakui penjualan 'hijab' (istilah lebih gaul untuk jilbab) meroket sejak awal tahun ini. Chief Community Officer HijUp Hanna Faridl menjelaskan penjualan hijab syari seperti khimar (jilbab yang menjulur sampai pergelangan tangan dan bokong) naik pesat dibanding 2017.
Tidak hanya khimar yang laris di pasaran, kaos kaki wudhu rupanya juga diburu muslimah. Meski baru di awal tahun, penjualan kedua item ini bahkan sudah meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu.
"Variasi khimar semakin banyak dan penjualannya semakin meningkat. Kaos kaki juga tinggi dua kali lipat dibanding tahun lalu dan kebanyakan di HijUp itu kaos kaki wudhu paling diminati," papar Hanna kepada CNBC Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (22/3/2018).
Hanna mengakui peningkatan penjualan tersebut dipengaruhi oleh fenomena wanita muslim Indonesia yang hijrah. Mereka berusaha untuk mengubah diri lebih baik dengan memutuskan berhijab atau mengikuti pengajian.
"Sebenarnya satu kata yang mempresentasikan fashion muslim di 2018, hijrah. Kenapa kaos kaki wudhu banyak dicari ya mungkin karena bagian dari berhijrah itu. Sekarang juga banyak pengajian, event HijUp yang ada pengajiannya memiliki engagement lebih tinggi dari yang nggak," tambahnya.
Hijrah juga membawa untung desainer di balik label busana syar'i Si.Se.Sa, Senaz. Desainer yang menjual koleksinya dengan harga rata-rata mulai Rp 500 ribu ini mengatakan kalau banyaknya wanita muslim Indonesia yang memutuskan hijrah mempengaruhi penjualan Si.Se.Sa di 2018.
"Alhamdulillah berpengaruh, yang banyak diminati dari produk Si.Se.Sa satu set khimar dan gamis," ujar Senaz kepada CNBC Indonesia.
Selain khimar dan gamis, Senaz mengatakan aksesori juga banyak diminati muslimah Indonesia. Aksesori yang dimaksud bukan kalung atau gelang melainkan ciput (dalaman jilbab) dan manset tangan yang membantu menutup pergelangan tangan ke atas.
Sayang, baik HijUp maupun Si.Se.Sa enggan menyebut angka penjualan maupun laba yang mereka peroleh dari meroketnya pesanan busana syariah setahun terakhir ini. Semoga saja hijrah bukan bagian dari tren yang mempersoalkan tampilan luar dan peluang bisnis belaka. Jangan sampai proses perbaikan diri ini sebatas memoles tampilan luar dan melahirkan jargon "Bagimu hijrahmu, bagiku peluang bisnisku."
(gus/gus) Next Article 8 Cara Menghilangkan Bau Ketiak dan Mencegahnya Datang Lagi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular