Aan Mansyur Sebut Era Digital Menguntungkan Penulis Buku

Arina Yulistara, CNBC Indonesia
21 March 2018 14:22
Aan Mansyur menyebut era digital menguntungkan penulis buku, penjualan buku jadi semakin tersebar dan meningkat.
Foto: Arina Yulistara
Jakarta, CNBC Indonesia- Di zaman yang serba digital, banyak yang mempertanyakan tentang nasib penulis dan industri buku. Apakah masih banyak yang membaca buku cetak atau mulai beralih ke buku digital?

Kekhawatiran menjadi ketika sejumlah toko buku akhirnya tutup karena perubahan perilaku masyarakat di dunia digital. Tak hanya toko buku, beberapa media cetak juga ikut tutup karena penurunan penjualan di era media sosial.



Tetapi menurut penulis terkenal Aan Mansyur penjualan buku justru meningkat di dunia yang serba online. "Setiap tahun di Indonesia semakin banyak media cetak yang tutup tapi dunia pembukuan terus meningkat. Sekarang penjualan di toko buku juga mungkin turun tapi penjualan buku tetap meningkat karena banyak orang beli lewat online. Mungkin orang sudah jarang ke toko buku karena macet dan lain sebagainya, kalau beli buku online hanya tinggal tunggu," papar Aan saat ditemui di acara Kemenperin Book Fair 2018 di kantor Kementerian Perindustrian, Selasa (21/3/2018).

Berdasarkan pengalaman, Aan menuturkan kalau ia merasa penjualan buku melalui online memang lebih besar cakupannya. Ia bercerita kalau ada satu toko buku online yang hanya memasarkan buku hasil karyanya lewat Instagram dan bisa menjual hingga lebih dari 2.500 eksemplar.

Selain itu, penjualan yang dipasarkan melalui online juga mengalami peningkatan secara signifikan. Bisa dilihat berdasarkan jumlah pre-order. Peningkatan ini menurut Aan terjadi karena di era yang serba digital masyarakat Indonesia memiliki kesadaran membaca lebih tinggi dibandingkan sepuluh atau dua puluh tahun lalu.

"Sekarang kita di era di mana masyarakatnya jauh lebih banyak mmbaca daripada sepuluh tahun lalu baik baca status orang, berita online, atau buku. Jadi dunia digital ini punya kesempatan besar sekali buat dunia literasi. Buku terakhir saya 'Sebelum Sendiri' itu diterbitkan oleh penerbit kecil di Jogja, saya pikir kalau PO paling 500 eksemplar, ternyata dalam 2 minggu saja yang PO lebih dari 2.500 dan sekarang sudah dicetak ulang berkali-kali padahal hanya dijual online tak dipasarkan di toko buku konvensional," kata pria asal Bone, Sulawesi Selatan itu.

Aan pun menilai kalau perkembangan teknologi saat ini memudahkan orang menerbitkan buku sehingga bermunculan penerbit-penerbit kecil. Tren media sosial juga memudahkan penerbit untuk mendistribusikan bukunya ke segala macam pasar dan daerah.

Pria 36 tahun ini turut mengatakan kalau dunia digital mampu membantu perekonomian daerah termasuk dalam dunia perbukuan. Jika penerbit kecil sebelumnya harus 'ikut' penerbit besar untuk membantu memasarkan bukunya kini mereka bisa langsung ke konsumen dengan berjualan online. Ini tentu akan memangkas biaya-biaya yang dapat meningkatkan penjualan dari si penerbit kecil.

"Dunia digital memberikan kesempatan semakin banyak penerbit kecil bisa mengjangkau pasarnya lebib luas. Salah satu yang makan biaya besar adalah penjualan di toko buku sehingga kini mereka bisa langsung jualan online dan kita sendiri juga dapat harga yang semakin terjangkau," tambahnya.
(gus/gus) Next Article Kata Pujangga Ini, Menikah Tak Cukup Modal Cinta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular