
Startup
Tolak Beri Akses ke Pemerintah, Rusia Blokir Telegram
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
16 April 2018 18:50

Moscow, CNBC Indonesia - Regulator telekomunikasi Rusia pada hari Senin (16/4/2018) mengatakan telah mulai memblokir akses ke layanan perpesanan Telegram setelah pemilik layanan itu menolak ikuti perintah untuk memberi Rusia akses keamanan ke pesan rahasia penggunanya.
Lembaga pengawas, Roskomnadzor mengatakan lewat sebuah pernyataan di situsnya, pihaknya sudah mengirimkan pemberitahuan kepada operator telekomunikasi tentang pemblokiran akses ke Telegram di Rusia.
Layanan yang dibuat oleh pengusaha Rusia itu memiliki lebih dari 200 juta pengguna global dan berada di peringkat ke-sembilan sebagai aplikasi pesan ponsel paling populer.
Kantor berita Interfax mengutip seorang pejabat lembaga pengawas yang berkata butuh waktu beberapa jam untuk menyelesaikan pemblokiran akses. Sampai Senin siang, aplikasi Telegram masih berfungsi dengan normal di Moscow.
Roskomnadzor menjalankan keputusan yang dijatuhkan Pengadilan Rusia pada hari Jumat (13/4/2018), bahwa Telegram harus diblokir karena melanggar regulasi Rusia, seperti dilansir dari Reuters.
Telegram menolak permintaan Federal Security Service (FSB) Rusia untuk memberi mereka akses kepada pesan pengguna yang ter-enkripsi.
FSB berkata mereka membutuhkan akses untuk pekerjaannya, termasuk melindungi negara dari serangan teroris. Namun, Telegram berkata untuk mengikuti permintaan tersebut berarti melanggar privasi pengguna.
Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov adalah pionir media sosial di Rusia, tetapi meninggalkan negara itu di tahun 2014. Setelah itu, dia menjadi kritikus yang vokal untuk kebijakan Kremlin tentang kebebasan internet.
Telegram digunakan di berbagai negara bekas Uni Soviet dan Timur Tengah.
Selain populer di kalangan jurnalis dan anggota oposisi politik Rusia, Telegram juga digunakan oleh Kremlin untuk berkomunikasi dengan reporter dan menyusun conference call rutin dengan Juru Bicara Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pada hari Senin, Kantor Juru Bicara meminta jurnalis yang sebelumnya berlangganan pesan di Telegram untuk berganti ke pesan yang sudah dibuat di layanan pesan berbeda bernama ICQ. Layanan pesan tersebut adalah bagian dari grup teknologi mail.ru di Rusia.
(roy/roy) Next Article Setelah Telegram, Rusia Juga Blokir Alamat IP Google & Amazon
Lembaga pengawas, Roskomnadzor mengatakan lewat sebuah pernyataan di situsnya, pihaknya sudah mengirimkan pemberitahuan kepada operator telekomunikasi tentang pemblokiran akses ke Telegram di Rusia.
Layanan yang dibuat oleh pengusaha Rusia itu memiliki lebih dari 200 juta pengguna global dan berada di peringkat ke-sembilan sebagai aplikasi pesan ponsel paling populer.
Telegram menolak permintaan Federal Security Service (FSB) Rusia untuk memberi mereka akses kepada pesan pengguna yang ter-enkripsi.
FSB berkata mereka membutuhkan akses untuk pekerjaannya, termasuk melindungi negara dari serangan teroris. Namun, Telegram berkata untuk mengikuti permintaan tersebut berarti melanggar privasi pengguna.
Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov adalah pionir media sosial di Rusia, tetapi meninggalkan negara itu di tahun 2014. Setelah itu, dia menjadi kritikus yang vokal untuk kebijakan Kremlin tentang kebebasan internet.
Telegram digunakan di berbagai negara bekas Uni Soviet dan Timur Tengah.
Selain populer di kalangan jurnalis dan anggota oposisi politik Rusia, Telegram juga digunakan oleh Kremlin untuk berkomunikasi dengan reporter dan menyusun conference call rutin dengan Juru Bicara Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pada hari Senin, Kantor Juru Bicara meminta jurnalis yang sebelumnya berlangganan pesan di Telegram untuk berganti ke pesan yang sudah dibuat di layanan pesan berbeda bernama ICQ. Layanan pesan tersebut adalah bagian dari grup teknologi mail.ru di Rusia.
(roy/roy) Next Article Setelah Telegram, Rusia Juga Blokir Alamat IP Google & Amazon
Tags
Related Articles
Recommendation


Dokter Ahli Ungkap Kebiasaan Pagi yang Merusak Jantung

Penampakan Ribuan Biksu Turun ke Jalan, Tuntut Damai 2 Tetangga RI

Petaka Mengerikan Hantam Negara Eropa, Hewan Ternak Jadi Korban

Daftar Iuran BPJS Kesehatan 12 Agustus 2025, Kelas 1-2 Bayar Segini

Apple Bangun Pabrik di AS, Nasibnya Langsung Berubah Sekejap

Pemimpin Malaysia-RI Diam-Diam Bertemu, Bahas Rencana Penyatuan Negara

Kiamat HP Segera Tiba, Penggantinya Sudah Ramai Bermunculan

RI Bakal Punya BBM 'Baru' Tahun Depan, Ini Nama Produknya
Most Popular