Internasional

Setelah Telegram, Rusia Juga Blokir Alamat IP Google & Amazon

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 April 2018 18:13
Rusia juga telah meminta Google dan Apple untuk menghapus Telegram dari toko aplikasinya.
Foto: REUTERS/Baz Ratner
Jakarta, CNBC Indonesia - Regulator komunikasi pemerintah Rusia pada hari Selasa (17/4/2018) mengatakan telah memblokir alamat IP (Internet Protocol) yang dimiliki oleh Google dan Amazon, dengan alasan IP tersebut digunakan aplikasi Telegram yang akan mulai dilarang digunakan di Moskow pekan ini.

Lembaga pengawas Rusia, Roskomnadzor, mulai memblokir Telegram, layanan pesan singkat yang populer di Rusia, pada hari Senin setelah perusahaan menolak mematuhi perintah pengadilan yang meminta Telegram memberikan akses ke pesan terenkripsi penggunanya kepada layanan keamanan negara.


Pimpinan Roskomnadzor, Alexander Zharov, mengatakan lembaga tersebut telah memblokir 18 jaringan cabang dan cukup banyak alamat IP milik Google dan Amazon, seperti diberitakan oleh Interfax.

"Kami telah memberi tahu kedua perusahaan bahwa sejumlah besar alamat IP yang ada di layanan clouds kedua perusahaan telah diblokir atas dasar putusan pengadilan (untuk memblokir Telegram)," ujar Zharov.

Pemblokiran alamat IP tersebut membuat pengguna internet di Rusia tidak bisa mengakses Telegram dan layanan lainnya yang berasal dari server Google dan Amazon, dilansir dari CNBC International.

Beberapa pengguna telah menghindari pemblokiran dengan mengakses menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN), di mana mereka membuat pengaturan yang menjadikan mereka seolah-olah mengakses internet dari negara lain.

Zharov mengatakan kepada Interfax bahwa Roskomnadzor berharap akan mendapat 'jawaban resmi yang serius' dari Amazon dan Google sampai hari Rabu.

Perusahaan-perusahaan AS tidak langsung merespon saat dimintai komentarnya oleh Reuters pada hari Selasa terkait keputusan yang dibuat Rusia.

'Ketahanan Digital'

CEO Telegram Pavel Durov menyerukan perlawanan digital dan mengatakan ia telah berencana memberi hibah senilai jutaan dolar dalam bentuk mata uang digital Bitcoin kepada setiap orang dan perusahaan yang menjalankan proksi dan VPN untuk mendukung kebebasan berinternet.

Durov menulis di Telegramnya bahwa tidak terjadi penurunan jumlah pengguna secara signifikan sejak Rusia menerapkan aturan tersebut karena beberapa pengguna mengakses Telegram menggunakan VPN dan proksi. Ia juga berterima kasih pada Apple, Google, Amazon, dan Microsoft, karena tidak ambil bagian dalam kegiatan sensor politik tersebut.

Durov, yang merupakan pelopor media sosial di Rusia, meninggalkan negara itu pada tahun 2014 dan telah menjadi penentang kebijakan yang diadopsi oleh Kremlin dalam hal kebebasan berinternet.

Telegram digunakan secara luas di seluruh negara bekas Uni Soviet dan juga di Timur Tengah. Sekitar 7% di antaranya berasal dari Rusia.


Selain sering digunakan oleh jurnalis dan anggota oposisi politik Rusia, Telegram juga digunakan Kremlin untuk berkomunikasi dengan reporter dan untuk melakukan panggilan rutin dengan juru bicara Presiden Vladimir Putin.

Kantor juru bicara pada hari Senin meminta jurnalis yang sebelumnya berlangganan chatting di Telegram untuk beralih menggunakan ICQ, yang merupakan layanan perpesanan dari kelompok teknologi the Russian Mail.ru.

Dilansir dari Reuters, regulator telekomunikasi Rusia juga telah meminta Google dan Apple untuk menghapus Telegram dari toko aplikasinya, mengutip berita Interfax.
(prm) Next Article Tolak Beri Akses ke Pemerintah, Rusia Blokir Telegram

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular