
Perkembangan Teknologi
Ikuti Langkah Rusia, Iran Larang Penggunaan Telegram
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 May 2018 13:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran mengikuti langkah Rusia yang melarang penggunaan aplikasi perpesanan Telegram. Pelarangan ini berkaitan dengan kekhawatiran atas digunakannya layanan populer tersebut untuk mengoordinasikan kegiatan ilegal.
Islamic Republic News Agency, kantor berita pemerintah Iran menyatakan larangan tersebut mulai berlaku Senin (30/4/2018).
Dilansir dari CNBC International, Telegram digunakan oleh para pemrotes anti-pemerintah selama terjadinya kerusuhan di awal tahun ini. Negara sempat melarang penggunaan layanan selama protes terjadi, tetapi hanya sementara waktu.
Telegram dianggap sebagai aplikasi perpesanan paling populer di Iran. Diperkirakan ada lebih dari 40 juta penduduk Iran mendaftar di aplikasi tersebut. Iran memiliki populasi lebih dari 80 juta orang.
Sebagai gantinya Iran telah mempromosikan aplikasi pesan yang disebut Soroush, buatan dalam sendiri. Aplikasi ini dilaporkan berisi emoji yang menampilkan wanita berjilbab yang menyerukan 'Death to America'.
Larangan secara tiba-tiba pada negara Islam itu memanaskan perdebatan soal kerahasian data pengguna. Regulator komunikasi Rusia melarang akses domestik ke Telegram karena Telegram melarang FSB, agen intelijen Rusia, yang mencoba mendapatkan akses ke enkripsi Telegram.
Pengusaha Rusia Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, menyerukan 'perlawanan digital' terhadap larangan Telegram di Rusia, meyakini bahwa langkah itu akan mengancam hak asasi manusia Rusia.
Sensor internet di Iran dan Rusia dapat memfilter situs web dan aplikasi apa yang dapat diakses oleh penduduknya. Untuk menyiasati ini, beberapa orang menggunakan virtual private networks (VPN) untuk mengakses situs web seolah-olah mereka terhubung dari negara lain.
Banyak penduduk Rusia memprotes langkah Kremlin yang memblokir Telegram di sebuah pawai di Moskow pada hari Senin, untuk mendukung kebebasan dan privasi berinternet.
(roy) Next Article Presiden Iran Tolak Pemblokiran Telegram
Islamic Republic News Agency, kantor berita pemerintah Iran menyatakan larangan tersebut mulai berlaku Senin (30/4/2018).
Dilansir dari CNBC International, Telegram digunakan oleh para pemrotes anti-pemerintah selama terjadinya kerusuhan di awal tahun ini. Negara sempat melarang penggunaan layanan selama protes terjadi, tetapi hanya sementara waktu.
Telegram dianggap sebagai aplikasi perpesanan paling populer di Iran. Diperkirakan ada lebih dari 40 juta penduduk Iran mendaftar di aplikasi tersebut. Iran memiliki populasi lebih dari 80 juta orang.
Larangan secara tiba-tiba pada negara Islam itu memanaskan perdebatan soal kerahasian data pengguna. Regulator komunikasi Rusia melarang akses domestik ke Telegram karena Telegram melarang FSB, agen intelijen Rusia, yang mencoba mendapatkan akses ke enkripsi Telegram.
Pengusaha Rusia Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, menyerukan 'perlawanan digital' terhadap larangan Telegram di Rusia, meyakini bahwa langkah itu akan mengancam hak asasi manusia Rusia.
Sensor internet di Iran dan Rusia dapat memfilter situs web dan aplikasi apa yang dapat diakses oleh penduduknya. Untuk menyiasati ini, beberapa orang menggunakan virtual private networks (VPN) untuk mengakses situs web seolah-olah mereka terhubung dari negara lain.
Banyak penduduk Rusia memprotes langkah Kremlin yang memblokir Telegram di sebuah pawai di Moskow pada hari Senin, untuk mendukung kebebasan dan privasi berinternet.
(roy) Next Article Presiden Iran Tolak Pemblokiran Telegram
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular