
60% Pegawai Inggris Pilih Kerja Lebih Pagi, Pulang Cepat
Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
23 August 2018 13:51

Jakarta, CNBC Indonesia- Banyak perusahaan menerapkan kewajiban 8 jam kerja yakni mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore setiap hari. Namun menurut sebuah survey penelitian di Inggris, tampaknya sebentar lagi akan ada revolusi waktu kerja di beberapa perusahaan di sana.
Sebuah studi online oleh YouGov dan McDonald's UK menemukan fakta menarik bahwa hanya 6 persen orang Inggris yang terlihat bekerja secara teratur di kantor selama jangka waktu 9 pagi hingga 5 sore, dalam rilis yang ditulis Kamis (23/08/2018).
Temuan-temuan itu setelah mensurvei lebih dari 4.000 orang dewasa, berusia 16 tahun ke atas. Hasilnya, hampir 60% pegawai memilih untuk bekerja lebih pagi supaya bisa pulang lebih awal.
Pergeseran dari jam 8 hingga jam 4 itu dipandang sebagai hal yang paling disukai dan lebih dari sepertiga responden memilih periode ini. Dengan mayoritas dari mereka yang disurvei ingin menghindar diri dari jam kerja yang biasa.
Ini menunjukkan orang Inggris kini lebih mencari pekerjaan dengan waktu yang fleksibel, dan membuat mereka fokus pada kewajiban yang harus diselesaikan di luar kantor.
Sementara, dua pertiga pekerja yang sudah bekerja dengan waktu lebih fleksibel menyebut fleksibilitas ini membuat mereka bertahan di pekerjaan lebih lama. Dengan jam kerja fleksibel, kinerja mereka pun makin efektif.
Separuh dari peserta survey juga menginginkan bekerja di tempat yang lebih ramah, lokasi yang mudah dijangkau, gaji yang bagus, serta pilihan shift yang sesuai.
"Orang-orang mencari pekerjaan yang cocok untuk mereka. Harus diakui untuk menarik, mempertahankan dan memotivasi para pekerja, perusahaan harus menciptakan peluang yang benar-benar bekerja untuk orang-orang apa pun di usia mereka, tahap kehidupan, atau ambisi mereka. Kasus bisnisnya jelas, begitu juga kaitannya dengan peningkatan kebahagiaan dan kesejahteraan - orang tidak mau bekerja lagi 9-5," kata Paul Pomroy, CEO McDonald's Inggris & Irlandia, dalam sebuah pernyataan.
Namun sementara ini semua tampak ideal, lebih dari seperempat dari mereka yang bekerja mengatakan dalam studi bahwa mereka tidak berharap perusahaan mereka akan memungkinkan mereka untuk bekerja dengan jam kerja yang fleksibel, atau merasa tidak dapat bertanya.
"Lebih banyak organisasi perlu berpikir tentang kerja yang fleksibel," kata Peter Cheese, CEO Chartered Institute of Personalia dan Pengembangan, dalam sebuah pernyataan.
Peer mengatakan bahwa pemerintah memiliki peran untuk mendorong perubahan di pasar tenaga kerja, pengusaha juga perlu mengambil alih dan menempatkan pilihan kerja yang fleksibel. Hal ini bukan tidak mungkin dapat meningkatkan perilaku dan sikap terhadap kerja yang fleksibel untuk menciptakan hasil akhir yang menguntungkan baik untuk individu dan organisasi.
(gus) Next Article Modal Rp 2,9 Juta Jadi Rp 14 M, Pria Ini Tajir Lewat Celana!
Sebuah studi online oleh YouGov dan McDonald's UK menemukan fakta menarik bahwa hanya 6 persen orang Inggris yang terlihat bekerja secara teratur di kantor selama jangka waktu 9 pagi hingga 5 sore, dalam rilis yang ditulis Kamis (23/08/2018).
Pergeseran dari jam 8 hingga jam 4 itu dipandang sebagai hal yang paling disukai dan lebih dari sepertiga responden memilih periode ini. Dengan mayoritas dari mereka yang disurvei ingin menghindar diri dari jam kerja yang biasa.
Ini menunjukkan orang Inggris kini lebih mencari pekerjaan dengan waktu yang fleksibel, dan membuat mereka fokus pada kewajiban yang harus diselesaikan di luar kantor.
Sementara, dua pertiga pekerja yang sudah bekerja dengan waktu lebih fleksibel menyebut fleksibilitas ini membuat mereka bertahan di pekerjaan lebih lama. Dengan jam kerja fleksibel, kinerja mereka pun makin efektif.
Separuh dari peserta survey juga menginginkan bekerja di tempat yang lebih ramah, lokasi yang mudah dijangkau, gaji yang bagus, serta pilihan shift yang sesuai.
"Orang-orang mencari pekerjaan yang cocok untuk mereka. Harus diakui untuk menarik, mempertahankan dan memotivasi para pekerja, perusahaan harus menciptakan peluang yang benar-benar bekerja untuk orang-orang apa pun di usia mereka, tahap kehidupan, atau ambisi mereka. Kasus bisnisnya jelas, begitu juga kaitannya dengan peningkatan kebahagiaan dan kesejahteraan - orang tidak mau bekerja lagi 9-5," kata Paul Pomroy, CEO McDonald's Inggris & Irlandia, dalam sebuah pernyataan.
Namun sementara ini semua tampak ideal, lebih dari seperempat dari mereka yang bekerja mengatakan dalam studi bahwa mereka tidak berharap perusahaan mereka akan memungkinkan mereka untuk bekerja dengan jam kerja yang fleksibel, atau merasa tidak dapat bertanya.
"Lebih banyak organisasi perlu berpikir tentang kerja yang fleksibel," kata Peter Cheese, CEO Chartered Institute of Personalia dan Pengembangan, dalam sebuah pernyataan.
Peer mengatakan bahwa pemerintah memiliki peran untuk mendorong perubahan di pasar tenaga kerja, pengusaha juga perlu mengambil alih dan menempatkan pilihan kerja yang fleksibel. Hal ini bukan tidak mungkin dapat meningkatkan perilaku dan sikap terhadap kerja yang fleksibel untuk menciptakan hasil akhir yang menguntungkan baik untuk individu dan organisasi.
(gus) Next Article Modal Rp 2,9 Juta Jadi Rp 14 M, Pria Ini Tajir Lewat Celana!
Most Popular