Luka Masa Kecil Di Balik Karir Sepakbola Lukaku

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
19 June 2018 16:27
Di balik kesuksesannya saat ini, Lukaku menyimpan cerita masa kecil penuh luka
Foto: REUTERS/Marcos Brindicci
Jakarta, CNBC Indonesia- Belgia mengalahkan Panama dengan skor 3-0 pada pertandingan Piala Dunia 2018 hari Senin (18/6/2018) berkat bantuan bintang sepakbola berusia 25 tahun bernama Romelu Lukaku.

Pemain penyerang yang merupakan anggota klub Manchester United (MU) ini memegang rekor pencetak rekor terbanyak untuk Tim Nasional Belgia. Dia adalah satu dari lima pemain yang berhasil mencetak 50 gol di Liga Premier sebelum berusia 23 tahun. Dalam pertandingan dengan Panama, pemain berkebangsaan Antwerp ini mencetak dua gol.



Dalam sebuah postingan yang baru-baru ini dipublikasikan The Players Tribune, Lukaku mengungkapkan pendidikan buruk adalah motivasi terbesarnya. Dia juga menjelaskan bagaimana dia membiarkan tantangan mendorongnya untuk semakin maju, alih-alih menahannya untuk berkembang, dilansir dari CNBC International.

Lukaku membagikan pengalaman ketika keluarganya harus tidur di lantai dan beraktivitas tanpa listrik selama berminggu-minggu. Ibunya mencampur susu dengan air supaya bisa membuat makanan-makanan yang terbuat dari roti dan susu tahan lama. "Kami miskin. Tidak hanya susah, tapi miskin," tulisnya. "Saya tahu kami berjuang. Namun, ketika dia mencampur air dengan susu, saya sadar [perjuangan] itu semua berakhir, tahu kan maksud saya? Itulah kehidupan kami."

Kesadaran itu membuatnya bertekad membangun hidup yang lebih baik untuk dirinya sendiri dan keluarga. "Saya tidak mengatakan sepatah kata pun. Saya tidak mau membuatnya tertekan. Saya hanya melahap makan siang. Namun saya bersumpah ke Tuhan, saya berjanji ke diri sendiri hari itu. Rasanya seperti seseorang menjentikkan jarinya dan membangunkan saya. Saya segera tahu apa yang harus dilakukan, dan apa yang akan saya lakukan," tulis Lukaku.

"Saya tidak bisa melihat ibu saya hidup seperti itu. Tidak, tidak, tidak. Saya tidak bisa."

Bagi Lukaku, jalan keluarnya adalah sepak bola. Dia mengarahkan pandangannya dengan menjadi pemain profesional di usia 16 tahun, usia termuda bagi seorang atlet untuk diperbolehkan berkompetisi secara profesional. Dia pun memperlakukan setiap momen di lapangan seakan-akan dia sudah berada di Piala Dunia.

Demi memperoleh lebih banyak waktu bermain sembari bekerja untuk tim Under 19, Lukaku bertaruh dengan pelatihnya di awal musim bahwa dia bisa mencetak 25 gol dalam waktu sekitar lima bulan sampai bulan Desember. Jika gagal, dia akan kembali ke bangku penonton, dan jika menang si pelatih harus membuat pancake (kue dadar) untuk tim setiap harinya.

"Itu adalah taruhan terkonyol yang pernah dilakukan seseorang," tulis Lukaku. "Saya berusia 25 tahun di bulan November. Kami memakan pancake sebelum Natal. Biarlah itu menjadi pelajaran. Jangan main-main dengan seorang anak laki-laki yang lapar!"

Lukaku menjalankan permainan profesional pertamanya 11 hari setelah ulang tahun ke-16 tahun dan berjalan ke ruang loker mengenakan "pakaian olahraga yang buruk", tidak seperti teman-teman timnya yang mengenakan pakaian mahal. Dia berkata masih menghadapi pertanyaan-pertanyaan rasis terkait status warga negara Belgia-nya karena dia keturunan Kongo, walaupun dia lahir di Antwerp dan tumbuh besar di Liege juga Brussels.

Tantangan-tantangan itu, jelasnya, adalah pelajaran ketangguhan yang membuatnya menjadi atlet yang lebih baik.

"Orang-orang di sepakbola senang berbicara tentang ketangguhan mental. Saya adalah sosok terkuat yang pernah Anda temui," tulisnya. "Karena saya ingat duduk di kegelapan dengan saudara laki-laki dan ibu saya, berdoa, dan berpikir, percaya, tahu ... sesuatu akan terjadi."
(gus) Next Article Modal Rp 2,9 Juta Jadi Rp 14 M, Pria Ini Tajir Lewat Celana!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular