
Bekraf: Pelaku Ekonomi Kreatif Ogah Pinjam ke Bank
Arina Yulistara, CNBC Indonesia
11 April 2018 13:51

Jakarta, CNBC Indonesia- Pelaku usaha kreatif cenderung memulai bisnis mereka dengan modal pribadi baik dari tabungan maupun pinjam keluarga. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), 90% pelaku ekonomi kreatif membangun usaha dengan modal sendiri.
"Survei kami bekerjasama BPS (Badan Pusat Statistik) itu sekitar setahun atau dua tahun lalu, 90% pelaku ekonomi kreatif bisnis modal sendiri atau keluarga. Mereka banyak yang nggak mau karena takut riba, kenal bank sedikit, atau takut dengan debt collector," jelas Hanifah Makarim selaku Kasubdit Dana Masyarakat Direktorat Akses Non Perbankan, Deputi Akses Permodalan Bekraf di acara Blue Band Incubator Camp.
Tidak hanya karena takut pinjam dengan bank, Hanifah juga mengatakan kalau banyak pelaku kreatif yang tak mengerti bagaimana cara mendapatkan investor setelah usahanya berjalan. Sehingga survei juga menemukan kalau banyak pelaku industri kreatif atau startup yang tak bisa bertahan lama.
"Memang awalnya bikin bisnis harus modal sendiri dulu tapi kan ada levelnya. Kalau di dunia industri kreatif atau startup itu kita ada istilahnya life cycle jadi hanya 10% yang survive dalam 3 tahun pertama," tambahnya.
Hanifah menambahkan, para pengusaha kreatif yang tak bisa bertahan di tiga tahun pertama memulai bisnis memang faktor utamanya modal. Di samping itu, produknya tidak memiliki keunikan sehingga sulit bersaing dengan kompetitor.
Sebagai contoh, bolu Meranti khas Medan memiliki cita rasa unik dan berbagai topping menarik sesuai lidah orang Indonesia. Tak heran bisa bertahan lama sampai sekarang pun turis lokal maupun asing masih mencarinya ketika pergi ke Medan, Sumatera Utara.
Berbeda dengan kue selebriti yang menurut Hanifah hanya musiman dan tidak memiliki ciri khas. Jika membuat produk hanya mengikuti tren maka usaha yang dibangun pun dijamin tak bisa bertahan lama.
"Kalau bertahan lama berarti dia punya keunikan yang lain seperti bolu Meranti sampai sekarang orang masih nyari kalau ke Medan. Beda dengan kue artis dibuat saat sedang tren atau mengandalkan figure mereka tapi kalau trennya hilang gimana? Itu hanya musiman," kata Hanifah lagi.
(gus/gus) Next Article 55% Pelaku Usaha Kreatif di Indonesia adalah Wanita
"Survei kami bekerjasama BPS (Badan Pusat Statistik) itu sekitar setahun atau dua tahun lalu, 90% pelaku ekonomi kreatif bisnis modal sendiri atau keluarga. Mereka banyak yang nggak mau karena takut riba, kenal bank sedikit, atau takut dengan debt collector," jelas Hanifah Makarim selaku Kasubdit Dana Masyarakat Direktorat Akses Non Perbankan, Deputi Akses Permodalan Bekraf di acara Blue Band Incubator Camp.
"Memang awalnya bikin bisnis harus modal sendiri dulu tapi kan ada levelnya. Kalau di dunia industri kreatif atau startup itu kita ada istilahnya life cycle jadi hanya 10% yang survive dalam 3 tahun pertama," tambahnya.
Hanifah menambahkan, para pengusaha kreatif yang tak bisa bertahan di tiga tahun pertama memulai bisnis memang faktor utamanya modal. Di samping itu, produknya tidak memiliki keunikan sehingga sulit bersaing dengan kompetitor.
Sebagai contoh, bolu Meranti khas Medan memiliki cita rasa unik dan berbagai topping menarik sesuai lidah orang Indonesia. Tak heran bisa bertahan lama sampai sekarang pun turis lokal maupun asing masih mencarinya ketika pergi ke Medan, Sumatera Utara.
Berbeda dengan kue selebriti yang menurut Hanifah hanya musiman dan tidak memiliki ciri khas. Jika membuat produk hanya mengikuti tren maka usaha yang dibangun pun dijamin tak bisa bertahan lama.
"Kalau bertahan lama berarti dia punya keunikan yang lain seperti bolu Meranti sampai sekarang orang masih nyari kalau ke Medan. Beda dengan kue artis dibuat saat sedang tren atau mengandalkan figure mereka tapi kalau trennya hilang gimana? Itu hanya musiman," kata Hanifah lagi.
(gus/gus) Next Article 55% Pelaku Usaha Kreatif di Indonesia adalah Wanita
Most Popular