Pasar Kripto Rentan Bergoyang, Ini Penyebabnya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 July 2022 17:25
Harga Bitcoin anjlok
Foto: Reuters

4. Mudah terpengaruh dengan kondisi makroekonomi global

Salah satu penyebab kejatuhan kripto pada tahun ini adalah kondisi makroekonomi global yang masih belum membaik.

Makroekonomi adalah gambaran besar atas kondisi ekonomi, yang tercermin dari sejumlah indikator, antara lain inflasi, tingkat pengangguran, dan sebagainya, serta bagaimana pengaruh hubungan tersebut pada kondisi ekonomi secara luas.

Selain itu, ada juga beberapa contoh peristiwa penting dalam lingkup ekonomi makro, seperti peperangan, kondisi geopolitik yang tidak stabil, dan pandemi.

Keterkaitan antara kejadian-kejadian tersebut bisa berdampak pada situasi ekonomi, dan menjadi faktor yang memengaruhi harga Bitcoin dan kripto lainnya.

Kondisi makroekonomi yang kurang mendukung seperti inflasi di AS dan global yang terus meninggi, sikap agresif bank sentral Negara Barat yang menaikan suku bunga acuannya, masih terjadinya gangguan rantai pasokan, dan perang Rusia-Ukraina yang masih terjadi membuat pasar kripto mengalami kejatuhan pada periode Mei hingga kini.

Saat suku bunga rendah dan pinjaman uang jadi lebih murah, investor cenderung tertarik untuk mengambil investasi yang berisiko tinggi, termasuk Bitcoin.

Sebaliknya, saat suku bunga naik, investor lebih memilih untuk pindah ke instrumen investasi yang lebih rendah risikonya. Itu lah mengapa, harga Bitcoin cenderung turun saat ada kenaikan suku bunga di suatu negara.

Di sisi lain, saat situasi ekonomi makro berimbas buruk pada ekonomi suatu negara dan menyebabkan devaluasi mata uang fiat, Bitcoin berpotensi jadi alternatif mata uang tersebut.

Contohnya adalah El Salvador, yang pernah mengalami inflasi tinggi, hingga menghancurkan daya beli mata uang lokal. Pemerintah El Salvador justru melihat adopsi Bitcoin secara positif, dan jadi alternatif untuk bangkit dari kondisi ekonomi yang lesu.

5. Ingin berlomba-lomba sebagai market maker kripto

Berhubungan dengan poin kedua dan ketiga, banyak pihak terutama yang sudah membuat token kripto dan cenderung sukses, sedikit lupa dengan tujuan utamanya yakni bersanding dengan fiat money.

Mereka para pendiri kripto yang sukses membawa token buatannya menjadi terkenal dan harganya yang cukup tinggi seakan tidak lagi mengingat niat baiknya membentuk token tersebut dan mereka cenderung hanya untuk mencari 'cuan' di tengah hype kripto.

Sebagai contoh yang terjadi di Terra, di mana sang developer membuat dua tokennya yakni Terra Luna dan TerraUSD agar dapat menjadi token yang saling terkait untuk memenuhi ambisinya sebagai stablecoin algoritma terbaik.

Bahkan, ambisi developer Terra yakni yakni Do Kwon tergolong sudah berhasil, di mana harga token Luna (kini Luna Classic atau LUNC) sempat melampung cukup tinggi menyentuh kisaran US$ 110 per keping pada awal April lalu. Adapun harga awal LUNA berada di kisaran US$ 1.

Namun, kesuksesan Do Kwon dan Terra hanya sementara saja. Pada awal Mei lalu, harganya ambruk hingga ke bawah US$ 1, bahkan sangat jauh dari US$ 1.

Sedangkan stablecoin satu-satunya di ekosistem Terra yakni TerraUSD atau UST (kini TerraClassicUSD-USTC) tak mampu mempertahankan pasaknya di US$ 1.

Terra memiliki ambisi sebagai platform yang menciptakan stablecoin yang dikaitkan dengan uang resmi yang diterbitkan oleh bank sentral.

Tujuannya untuk mendukung sistem pembayaran global dengan settlement yang cepat dan terjangkau seperti contohnya Alipay di blockchain. Pengembang menawarkan target satu koin senilai US$ 1.

LUNA memiliki peran yang vital untuk menstabilkan harga dari stablecoin yang ada di ekosistem Terra dan mengurangi volatilitas pasar. Ketika UST turun sedikit maka LUNA akan dijual atau dibakar (dihancurkan) untuk menstabilkan harga.

UST merupakan stablecoin algoritmik. Alih-alih memiliki uang tunai dan aset riil lainnya yang disimpan sebagai cadangan untuk mendukung token, proyek ini menggunakan campuran kode yang komplek dan LUNA untuk menstabilkan harga.

Kejatuhan LUNA dan UST pun membuat banyak perusahaan kripto terpuruk karena mereka memiliki eksposur token keduanya dan juga melayani transaksi nasabah yang menggunakan LUNA dan UST, baik penyimpanan maupun kredit.

Tak hanya Terra saja, banyak pihak kripto, baik perusahaan atau individu yang juga memiliki pemikiran yang sama yakni menjadi market maker kripto, tetapi tak sedikit mereka akhirnya hanya mencari 'lahan basah' dari tren investasi kripto.

Dengan banyak pihak yang seperti itu, tentunya aset kripto memang sangat berisiko, apalagi saat ini aturan yang mengatur pihak-pihak tersebut pun belum ada.

Oleh karena itu, banyak pihak yang sudah cukup berpengalaman di dunia keuangan dan ekonomi seakan cukup terganggu dengan kehadiran kripto ini.

Selain karena kripto dapat mengancam posisi mereka sebagai pihak yang dapat mengendalikan moneter suatu negara, pasar kripto juga dapat melahirkan banyak pihak yang menyimpang dan tentunya ingin mendapatkan 'cuan' dengan cara yang instan dan tidak benar.

Namun, pasar kripto bisa dapat menjadi aset masa depan, jika ada aturan atau regulasinya yang mengatur, sehingga tidak semua orang dapat membuat kripto hanya dengan alasan 'iseng' atau tanpa berpengalaman.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/roy)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular