
Pasar Kripto Rentan Bergoyang, Ini Penyebabnya

Namun apa yang menjadi penyebab kripto sangat rentan tergoyah? Berikut ini alasannya.
1. Tidak memiliki Fundamental
Untuk mendapatkan jawabannya, kita perlu menelusuri dan membandingkan sifat alamiah mata uang kripto dengan aset yang dianggap sejenis, yakni emas dan mata uang kertas.
Emas memiliki nilai intrinsik. Ia juga bisa dijadikan alat penyimpan nilai sehingga seluruh dunia menerima dan mengoleksinya sebagai aset investasi. Ketika orang membeli emas, dia tahu betul bahwa siapapun bakal mengakui dan menerima bahwa yang dia beli adalah logam bernilai.
Logam mulia ini juga pernah diakui sebagai alat tukar dan alat pembayaran di peradaban lampau berbagai negara. Kini, fungsi tersebut telah digantikan oleh uang kertas (fiat money) yang, seperti halnya mata uang kripto, sebenarnya tidak memiliki nilai intrinsik.
Lalu sama-sama tak bernilai intrinsik, kenapa mata uang kertas diterima sebagai alat pembayaran sedangkan mata uang kripto diragukan dan "dinyinyiri" terus oleh tokoh pemerintahan dan ekonom seluruh dunia?
Berbeda dari emas, uang kertas memang tidak memiliki nilai intrinsik karena hanya dibuat sekian detik di mesin cetak. Namun ia bernilai, dipercaya sebagai alat tukar, alat pembayaran, dan alat penyimpan nilai karena keberadaan negara. Negara yang membuatnya bernilai.
Kertas yang ditandatangani oleh pejabat negara tersebut menyimpan nilai 'adikodrati', berupa kemampuan untuk ditukarkan dengan barang dan jasa secara langsung-meski semua orang mengetahui yang dipindahtangankan itu kodratnya hanyalah sepotong kertas.
Sederhananya, nilai fundamental uang kertas muncul ketika dia bisa dipertukarkan (alias menjadi alat tukar) dan diterima sebagai alat pembayaran yang sah. Poinnya terletak pada: penentu ada/tidaknya nilai fundamental sebagai alat tukar. Bukan pada benda yang dipertukarkan itu.
Dalam hal ini, mata uang kripto berada satu kasta di bawah uang kertas. Jangankan punya nilai intrinsik, bentuk fisik saja ia tak ada. Dia hanya memiliki wujud maya (digital) yang bisa dibuktikan, terekam, dan nyaris muskil dimanipulasi, berkat kecanggihan teknologi blockhain.
Muncul sejak tahun 2009, Bitcoin dkk memang tidak lantas bisa dipakai bertransaksi di dunia nyata. Namun di dunia maya, sejak tahun 2011 Bitcoin telah dipakai sebagai alat tukar dan alat pembayaran oleh sesama pelaku jual-beli di pasar gelap (black market), yakni Silk Road.
Aplikasi darknet (internet gelap yang tak bisa diakses dengan protokol biasa) ini dikembangkan oleh Ross Ulbricht. Ketika Ross ditangkap pihak berwenang setelah orang-orang bertransaksi narkoba di Silk Road, mereka menemukan Bitcoin yang bernilai nyaris US$ 1 miliar di jaringan tersebut.
Diakui ataupun tidak, Ross adalah sumbu yang mengaitkan alasan keberadaan (raison d'étre) Bitcoin dengan Silk Road. Milenial, yang baru berusia 29 tahun ketika merilis Silk Road tersebut, adalah penganut mazhab ekonomi libertarian yang menolak sentralisme fiskal dan moneter di ekonomi.
Menurut dia, masyarakat harus diberi ruang untuk menentukan peredaran barang dan jasa dalam sistem yang setara dan otonom. Kaum libertarian menolak sentralisasi kebijakan dan peredaran mata uang-sesuatu yang menurut Nouriel, dalam tulisan berjudul "The Big Blockhain Lie" (2018), sebagai gerakan libertarian anarkis.
Namun kini mata uang kripto kian populer setelah beberapa konglomerat menerimanya sebagai alat pembayaran, seperti misalnya Elon Musk-yang gemar pompom kripto dan kemarin perusahaannya meraup Rp 1,5 triliun dari trading Bitcoin.
Bahkan, beberapa negara sudah mengakui Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, seperti di El Salvador yang telah mengesahkan Bitcoin dan dapat disandingkan dengan fiat money yang berlaku di El Salvador.
2. Siapa saja bisa buat kripto
Salah satu risiko dari aset kripto yakni karena semua orang bisa membuatnya, asal orang tersebut paham dengan sistem dasar blockchain dan sistem dasar terkait kripto lainnya.
Lapisan pendiri kripto tidak hanya mereka yang memiliki kekayaan atau bahkan ingin menjadikannya sebagai tandingan fiat money. Pembuatan kripto juga hanya berdasarkan 'iseng' atau kondisi tren yang sedang hype saat itu.
Salah satu contoh kripto yang dibuat karena adanya hype yakni koin digital (token) Squid Game, di mana developer membuatnya atas tren film serial Netflix yang berjudul sama.
Namun, token tersebut hanya bertahan tidak lebih dari sebulan saja, di mana ada skandal yang dihadapinya. Developer token berkode SQUID tersebut pun kabur setelah harganya melesat cukup tinggi.
Di Indonesia sendiri, para artis juga sempat membuat kripto agar tak ketinggalan tren yang sedang naik daun saat itu.
Beberapa artis RI maupun keluarganya yang membuat kripto seperti contoh Leslar Coin yang dibuat oleh pasangan artis Lesty Kejora dan Rizky Billar, I-COIN yang dibuat oleh anak Ustadz Yusuf Mansur, token ASIX yang dibuat oleh pasangan artis Anang dan Ashanty bersama CEO IDM Token MC Basyar, dan lain-lainnya.
Dengan banyak orang yang secara 'gampang' membuat kripto, maka kapabilitasnya cenderung diragukan. Apalagi, aset kripto yang sifatnya cenderung desentralized atau tidak diawasi ketat oleh regulator, maka semua orang bisa saja membuatnya.
Bahayanya adalah jika orang tersebut membuat atas dasar 'iseng' atau ingin mencari 'cuan' dengan cara yang cepat dan tentunya salah.
3. Mudah digerakkan oleh orang yang punya pengaruh besar
Kripto juga dapat mudah digerakan oleh pihak-pihak yang memiliki pengaruh besar. Contohnya saja Elon Musk.
Setiap kali Elon Musk membuat pernyataan di Twitter-nya seputar Bitcoin atau aset kripto lainnya, cuitan tersebut dapat memicu gejolak keuangan.
Tak jarang, harga Bitcoin atau kripto lainnya mudah bergerak karena 'ulah' Elon Musk. Akhir Januari lalu, ia mengganti isi keterangan profil Twitter miliknya dengan pernyataan "Saya adalah suporter Bitcoin". Alhasil, nilai Bitcoin naik 20% tak lama setelah ia memperbarui profil Twitternya.
Pengaruh Elon Musk tidak terbatas hanya pada Bitcoin semata. Sebelumnya, aset kripto lain bernama Dogecoin juga ikut melambung harganya setelah pemilik Tesla itu membuat gempar dunia media sosial.
Ia mencuit bahwa Dogecoin merupakan aset digital favoritnya. Pernyataan tersebut membuat harga Dogecoin sempat meningkat drastis lebih dari 100%.
Tercatat, pada Januari 2020 harga Dogecoin berkisar di angka Rp 28 per koinnya. Dan setelah pernyataan dari Elon Musk tersebut harganya melambung tinggi hingga menyentuh Rp 190 lebih.
Bahkan, Dogecoin yang sempat merosot pun dikaitkan dengan ulah Musk. Para komunitas kripto sempat berekspektasi adanya lonjakan minat terhadap Dogecoin setelah penampilan Elon Musk di Saturday Night Live pada Mei 2021, harga Dogecoin justru malah turun hingga 34%.
Para penggemar Dogecoin secara serentak membuka Twitter dan streaming langsung melalui kanal YouTube yang dikhususkan untuk menonton acara tersebut. Di saat yang sama, mereka juga melacak pergerakan Dogecoin. Sayangnya terjadi penurunan harga Dogecoin yang terus-menerus hingga lebih dari 30%.
Selain Dogecoin, adapula token yang juga bergambar anjing Shiba Inu, yakni token Shiba Inu (SHIB), di mana Musk juga sempat mempengaruhinya.
Pada Oktober 2021, Harga SHIB naik hampir 91% selama 24 jam. Memecoin tersebut mengalami peningkatan besar setelah tweet Musk, bahkan meroket lebih dari 240 persen dalam 7 hari terakhir. Elon Musk hanya mengunggah gambar hewan peliharaannya Floki, anak anjing Shiba Inu, di atas mobil Tesla.
Berdasarkan paparan fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa tweet Elon Musk cenderung berdampak pada pergerakan harga aset kripto. Namun, perlu untuk diingat jika membeli dan menjual aset kripto hanya berdasarkan pada tweet investor lain (walaupun seorang miliarder) bukanlah keputusan investasi yang rasional.
(chd/roy)
