
Kelola Simpanan Rp1,2 T, Bank Digital Pertama Australia Tutup

Jakarta, CNBC Indonesia - Volt Bank, bank digital murni pertama di Australia, akan menutup, mengembalikan deposito dan menjual piutang KPR-nya setelah gagal menggalang modal untuk melanjutkan operasi.
Keruntuhannya merupakan pukulan berat bagi model bisnis bank digital, yang dipromosikan oleh pemerintah dan regulator Australia.
Kenaikan inflasi dan suku bunga tahun ini telah mempersulit banyak bank digital yang murni beroperasi secara online. Disebut juga neobank, jangankan bersaing dengan pemberi pinjaman yang sudah mapan di Australia, menggalang dana saja menjadi jauh lebih sulit di kondisi perekonomian saat ini, demikian dikutip dari Reuters, Kamis (30/6/2022).
Meskipun pandemi dan pembatasan Covid-19 memicu permintaan besar untuk pinjaman rumah di Australia, peralihan ke bekerja di rumah juga mendorong bank tradisional untuk mulai beralih ke digital. Hal ini tentu lebih mudah dalam segi waktu persetujuan untuk pinjaman, yang mengikis keunggulan layanan para neobank.
"Kami telah mempertimbangkan semua opsi tetapi pada akhirnya kami telah melakukan panggilan ini demi kepentingan terbaik pelanggan kami," kata pendiri dan CEO Volt Steve Weston dalam sebuah pernyataan. "Seluruh tim Volt sangat kecewa telah mencapai titik ini." imbuhnya.
Perusahaan tersebut memiliki simpanan sebesar 113 juta dolar Australia (sekitar Rp 1,2 triliun) dan piutang pinjaman kepemilikan rumah sebesar 80 juta dolar Australia per April, menurut data pemerintah, sebagian kecil dari pasar hipotek senilai 3 triliun dolar Australia.
Volt adalah yang ketiga dari empat neobank atau bank digital terkemuka yang disetujui dalam gelombang awal oleh regulator Australia. Artinya hanya menyisakan Judo yang dimiliki secara pribadi, yang memiliki hipotek US$ 5,5 miliar pada April.
Setahun yang lalu, Volt mengumpulkan 85 juta dolar Australia, termasuk keterlibatan broker hipotek Australian Finance Group (AFG) yang membayar 15 juta dolar Australia untuk 8% saham.
Volt kembali berusaha menggalang dana pada Februari ini dengan harapan dapat mengumpulkan 200 juta dolar Australia lagi, ungkap seseorang yang mengetahui rencana tersebut mengatakan kepada Reuters.
AFG mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya kecewa dengan keruntuhan Volt tetapi menambahkan pendapatannya di masa depan tidak terpengaruh.
Penutupan juga mempengaruhi pelanggan pertukaran cryptocurrency BTC Markets, yang tahun lalu disetujui Volt untuk menyediakan layanan perbankan.
"Jumlah dana pelanggan yang sangat terbatas ada di Volt sebagai bagian dari uji coba," kata BTC Markets dalam sebuah pernyataan.
Beberapa pelanggan BTC Markets juga memiliki akses ke sistem keamanan pembayaran yang dijalankan Volt untuk mentransfer uang. BTC Markets mengatakan sedang menghubungi mereka untuk membuat pengaturan alternatif.
(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tertekan di China, Fintech Jack Ma Bikin Bank Digital di Sini