Aturan Keras Xi Jinping Bikin Tencent Kehilangan Rp 2.400 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan keras pemerintah China atas industri teknologinya ternyata berdampak besar pada Tencent Holding Ltd. Pada bulan ini perusahaan itu berubah dari kesayangan pasar jadi pecundang saham terbesar dunia.
Saham Tencent anjlok 23% pada bulan Juli ini, dan menghapus kapitalisasi pasar sekitar US$170 miliar (Rp2.460 triliun). Nasib yang sama juga dirasakan perusahaan China lain, termasuk Meituan dan Alibaba Group Holding Ltd.
Saham Tencent mengalami rebound 7,1% pada Kamis pagi. Ini mengikuti kenaikan harga saham di China saat otoritas setempat mengurangi kekhawatiran atas tindakan keras pada industri pendidikan swasta.
Tencent jadi korban utama kebijakan yang menyasar sejumlah raksasa teknologi China. Para perusahaan dianggap berpotensi mengancam keamanan data dan stabilitas keuangan negara itu.
Awal minggu ini juga terjadi peningkatan penjualan saham. Ini terjadi setelah Beijing melakukan perluasan pembatasan dengan memasukkan industri lain yang cukup populer seperti bimbingan belajar (bimbel) dan les privat.
Direktur Pelaksana Pegasus Fund Managers Ltd, Paul Pong melihat tidak ada akhir dari tindakan keras masalah ini pada pemerintah Xi Jinping. Menurutnya normal baru di masa depan saat prioritas utama pembuat kebijakan adalah mengenai keamanan data.
"Saya tidak melihat akhir dari tindakan keras regulasi. Keamanan data jadi prioritas utama untuk para pembuat kebijakan di tahun mendatang, ini normal baru," kata Paul Pong dikutip Business Standard, Kamis (29/7/2021).
"Penilaian harus disesuaikan untuk mengatasinya, terutama bagi raksasa teknologi seperti Tencent".
Aturan keras yang diterapkan pemerintah China menyebabkan sejumlah dampak pada Tencent. Misalnya kehilangan hak streaming musik eksklusif dan pengenalan denda.
Pada Minggu ini, perusahaan juga menangguhkan pendaftaran pengguna baru pada layanan WeChat. Tencent diminta untuk memperbaiki masalah soal aplikasi selulernya.
Terlepas mengenai kekhawatiran adanya tindakan hukuman lebih lanjut, sejumlah analis masih menahan diri tidak memotong target harga. Di antara 68 analis dengan peringkat pada Tencent, 62 diantaranya masih merekomendasikan sahamnya sebagai 'beli'.
(roy/roy)