
Elon Musk & Janet Yellen Lagi Cemas Lihat Bitcoin, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha dan pemilik perusahaan produsen mobil listrik, Elon Musk memutuskan untuk menghentikan pembelian mobil miliknya menggunakan Bitcoin. Keputusan ini menyusul adanya riset yang menyebutkan bahwa transaksi Bitcoin memiliki dampak lingkungan karena penggunaan energi yang meningkatnya.
Dilansir dari CNBC International, Jumat (14/5/2021), Elon Musk dalam keterangannya menyebutkan adanya kekhawatiran bahwa Bitcoin menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat pesat.
Dia juga menyinggung data dari peneliti di Universitas Cambridge yang menunjukkan lonjakan penggunaan listrik bitcoin tahun ini.
Namun demikian, Tesla tidak akan menjual Bitcoinnya yang saat ini nilainya mencapai US$ 2,5 miliar. Namun transaksi Bitcoin baru akan kembali dilakukan setelah adanya transisi ke energi yang lebih berkelanjutan.
"Kami juga melihat cryptocurrency lain yang menggunakan kurang dari 1% energi Bitcoin/transaksi," imbuhnya.
Lalu sebenarnya apa yang membuat pengusaha ini khawatir?
Sebenarnya bukan hanya Musk yang khawatir dengan kondisi tersebut. Kritikus bitcoin telah lama waspada terhadap dampaknya terhadap lingkungan. Cryptocurrency menggunakan lebih banyak energi daripada seluruh negara seperti Swedia dan Malaysia, menurut Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin Cambridge.
Untuk memahami mengapa bitcoin sangat boros energi, harus dilihat teknologi yang mendasarinya, yakni blockchain.
Bitcoin bersifat desentralisasi, artinya tidak dikontrol oleh otoritas tunggal mana pun dan public ledger dari Bitcoin terus diperbaharui oleh jaringan komputer di seluruh dunia.
Para 'penambang' Bitcoin ini menjalankan komputer yang dibuat khusus untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks untuk membuat transaksi berhasil. Ini adalah satu-satunya cara untuk mencetak bitcoin baru.
Mereka tidak menjalankan operasi ini secara gratis. Mereka harus mengeluarkan banyak uang untuk menyiapkan peralatan khusus. Hal utama untuk model Bitcoin, mereka menyebutknya 'bukti kerja' adalah harapan untuk mendapatkan Bitcoin jika berhasil memecahkan algoritma yang kompleks.
Perlu dicatat bahwa dogecoin, yang harganya naik secara liar akhir-akhir ini karena dukungan dari Musk, juga menggunakan mekanisme yang sama.
Seorang profesor di University of Sussex Business School, Carol Alexander menyebutkan bahwa kesulitan penambang Bitcoin ini karena ukuran dari upaya jaringan yang diperlukan untuk menambang cryptocurrency terus naik dalam tiga tahun terakhir.
"Semakin banyak listrik yang digunakan, itu berarti bahwa kesulitan jaringan juga akan meningkat (dan) lebih banyak penambang yang datang karena tingkat hash akan meningkat," kata dia, dikutip Jumat (14/5/2021).
Sementara itu, Musk bukanlah satu-satunya yang khawatir tentang dampak lingkungan dari bitcoin.
Pada Februari, Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen memperingatkan bahwa koin digital sangat tidak efisien untuk melakukan transaksi dan menggunakan jumlah energi yang mengejutkan.
