
Ironi! India Raja Vaksin, Tapi 'Krisis' Vaksin Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang tsunami Covid-19 di India menyisakan kritikan bagi pemerintah setempat. Perdana Menteri Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata dikritik karena kurang kehati-hatian dan persiapan menghadapi masalah ini.
Mereka juga dianggap menempatkan politik di atas kepentingan masyarakat di India, dikutip laman CNBC Internasional, Rabu (5/5/2021).
Selain itu anggota parlemen dikritik karena mengizinkan jutaan dosis vaksin buatan India dieksport ke negara lain.
Hingga saat ini India memberikan 160 juta dosis vaksin Covid-19. Suntikannya berasal dari AstraZeneca yang diproduksi lokal sebagai Covishield dan vaksin asli produksi Bharat Biotech dengan nama Covaxin.
India juga mendapat tambahan pasokan setelah menyetujui penggunaan Sputnik V dari Rusia. Batch pertama pasokannya akan tersedia bulan Mei ini.
Sejauh ini baru 30 juta masyarakat India yang telah disuntikkan dua dosis vaksin. Namun jumlah itu sangat kecil yakni lebih dari 2% dari total populasi negara 1,3 miliar.
Dari jumlah yang divaksin itu hanya seperempatnya masyarakat di bawah usia 15 tahun. Sementara itu sejak 1 Mei, mereka yang berumur 18 tahun ke atas bisa mendapatkan vaksin.
Sayangnya perluasan ini juga mengalami kendala. Sebab India juga masih kekurangan pasokan vaksin di dalam negeri.
Masalah utama dari sulitnya program vaksinasi ini adalah populasi dewasa India jumlahnya sangat besar. Hal ini disampaikan Chandrakant Lahariya, seorang dokter berbasis New Delhi dan ahli vaksin.
Menurutnya jumlah populasi yang besar ini juga masih bermasalah bahkan jika pasokan yang diproyeksikan bisa terpenuhi. Lebih lanjut dia mengatakan masalah dasarnya adalah pasokan yang terbatas. Diiringi juga kebijakan yang tidak memperhatikan pasokan tersebut.
"Tidak ada rencana lebih lanjut yang bisa mengamankan pasokan itu, yang dibutuhkan dengan vaksinasi bagi 940 juta orang India," kata dia.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pfizer Minta Izin Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 di India