
Putin Bisa Happy, Vaksin Sputnik V Ampuh Lawan Mutasi Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil uji coba terbaru menunjukkan suntikan ulang dari vaksin asal Rusia, Sputnik V, efektif melindungi dari mutasi virus corona baru.
Bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan adanya peninjauan pada 15 Maret mendatang dari vaksin yang diproduksi negaranya untuk keefektifannya terhadap varian baru yang menyebar di berbagai belahan dunia.
"Penelitian yang dilakukan baru-baru ini oleh Gamaleya Center di Rusia menunjukkan bahwa vaksinasi ulang dengan vaksin Sputnik V bekerja sangat baik melawan mutasi virus korona baru, termasuk jenis virus korona di Inggris dan Afrika Selatan," kata Denis Logunov, Wakil Direktur Pusat Penelitian yang mengembangkan Sputnik V, dilansir dari Reuters, Minggu (28/2/2021).
![]() A medical worker moves a box of Russia's Sputnik V coronavirus vaccine out from a refrigerator prior to administering a vaccination in Moscow, Russia, Saturday, Dec. 5, 2020. Thousands of doctors, teachers and others in high-risk groups have signed up for COVID-19 vaccinations in Moscow starting Saturday, a precursor to a sweeping Russia-wide immunization effort. (AP Photo/Pavel Golovkin) |
Hasil uji coba tersebut diharapkan dapat segera dipublikasikan, tetapi ini adalah indikasi pertama tentang bagaimana pengujian tersebut berlangsung masih belum ada rincian lebih lanjut yang tersedia.
Suntikan vektor virus seperti Sputnik V dan yang dikembangkan AstraZeneca, yang menggunakan virus modifikasi yang tidak berbahaya sebagai kendaraan atau vektor, untuk membawa informasi genetik yang membantu tubuh membangun kekebalan terhadap infeksi di masa mendatang.
"Vaksinasi ulang menggunakan suntikan Sputnik V yang sama, berdasarkan vektor adenovirus yang sama. Uji coba tersebut mengindikasikan bahwa ini tidak mempengaruhi efektivitas," kata Logunov dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.
Beberapa ilmuwan mengatakan ada kemungkinan meningkatnya risiko bahwa tubuh juga mengembangkan kekebalan terhadap vektor itu sendiri, dengan menganggapnya sebagai penyusup dan mencoba untuk menghancurkannya. Namun para pengembang Sputnik V tidak menyetujui pendapat yang menilai akan menimbulkan masalah jangka panjang.
"Kami percaya bahwa vaksin berbasis vektor sebenarnya lebih baik untuk vaksinasi ulang di masa depan daripada vaksin berbasis platform lain," kata Logunov.
Dia mengatakan bahwa para peneliti menemukan bahwa antibodi yang spesifik untuk vektor yang digunakan oleh suntikan, dapat menghasilkan reaksi anti-vektor dan merusak kerja suntikan itu sendiri akan berkurang "paling cepat 56 hari setelah vaksinasi".
Kesimpulan ini didasarkan pada uji coba vaksin melawan Ebola yang dikembangkan sebelumnya oleh Gamaleya Institute menggunakan pendekatan yang sama seperti untuk suntikan Sputnik V.
Kekebalan vektor bukanlah masalah baru, tetapi telah mendapat sorotan baru karena perusahaan termasuk Johnson & Johnson mengantisipasi vaksinasi Covid-19 reguler, seperti suntikan influenza tahunan, mungkin diperlukan untuk memerangi varian baru virus corona.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top Putin! Rusia Bakal Pasarkan Vaksin Covid-19 Bulan Ini
