No Panic! Cek Dulu Fakta Varian Virus Corona Baru di Inggris

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 December 2020 18:00
Ilustrasi Virus Covid-19 (Photo created by wirestock via Freepik)
Foto: Ilustrasi Virus Covid-19 (Photo created by wirestock via Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren pertambahan kasus Covid-19 harian di Inggris terus meningkat dalam hampir dua minggu terakhir. Kenaikan kasus yang sangat signifikan ini dikaitkan dengan penemuan varian baru virus Corona (SARS-CoV-2) yang saat ini merebak dan menjadi pemicu pandemi.

Pada 8 Desember lalu, kasus baru di Inggris bertambah di kisaran 15 ribu kasus dalam sehari. Kemarin (20/12/2020), dalam sehari Inggris mencatat ada 24 ribu kasus baru. Artinya dalam kurun waktu kurang dari dua pekan kasus baru melonjak hampir 50%. 

Kenaikan yang signifikan tersebut membuat Perdana Menteri Inggris Borish Johnson menetapkan lockdown yang lebih ketat. Usut punya usut kenaikan kasus harian tersebut berbarengan dengan ditemukannya varian virus baru oleh 60 otoritas kesehatan lokal di Inggris.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan Negeri Ratu Elizabeth, Matt Hancock. Varian tersebut kemudian dinamai VUI 202012/01 atau dalam klaster pohon filogenetiknya (pohon kekerabatan berdasarkan data genetik) disebut sebagai varian B.1.1.7. 

Saat ini ada satu publikasi yang sudah dimuat jurnal ilmiah dan beredar di media daring. Studi yang dilakukan oleh 10 ilmuwan dari konsorsium genomik Covid-19 Inggris (COG-UK) itu menemukan bahwa varian ini muncul akibat adanya mutasi.

Studi yang berjudul "Preliminary genomic characterisation of an emergent SARS-CoV-2 lineage in the UK defined by novel set of spike mutation" tersebut mengatakan bahwa varian ini muncul akibat adanya perubahan genetik (mutasi) pada protein Spike yang berfungsi untuk menginfeksi inang. 

Ada tiga perubahan genetik yang berhasil ditemukan dari karakterisasi tersebut. Mutasi pertama terjadi di sekuens asam amino yang punya peranan untuk berikatan dengan reseptor di manusia dan mencit.

Mutasi tersebut diidentifikasi sebagai mutasi yang mampu meningkatkan afinitas (kemampuan berikatan) dengan reseptor di inangnya. Dalam kasus ini adalah manusia dan mencit.

Perubahan genetik kedua adalah adanya delesi (hilangnya) asam amino pada urutan ke 69 dan 70 pada protein Spike. Mutasi jenis ini disebut mampu membuat virus dapat terhindar dari sistem pertahanan tubuh inang di beberapa kasus.

Kemudian mutasi yang terakhir adalah perubahan asam amino pada daerah di dekat gugus fungsi penting protein SARS-CoV-2. Kabar yang santer terdengar menyebut varian atau mutan B.1.1.7 tersebut menular lebih cepat.

Faktanya jika mengacu pada penelitian yang dilakukan COG-UK tersebut dampak mutasi dari strain baru ini belum diketahui. Namun pertumbuhan yang tinggi dan transmisi yang cepat ini semakin mendesak ilmuwan di berbagai negara untuk meningkatkan pemantauan genomik dan melakukan aktivitas karakterisasi.

Virus apalagi untuk jenis yang memiliki materi genetik berupa RNA memang terkenal dengan laju mutasi yang tinggi. Melihat karakteristiknya tersebut, Prof Alan McNally, seorang ahli di Universitas Birmingham mengatakan untuk tidak histeris. 

Prof Jonathan Ball, mengatakan informasi genetik pada banyak virus dapat berubah dengan sangat cepat dan terkadang perubahan ini dapat menguntungkan virus dengan memungkinkannya untuk menularkan secara lebih efisien atau melarikan diri dari vaksin atau perawatan.

Namun Profesor Virologi Molekuler di Universitas Nottingham tersebut melanjutkan bahwa banyak perubahan yang tidak berpengaruh sama sekali. Hal ini disampaikannya dalam wawancara dengan BBC News.

Menurutnya adanya mutasi yang menyebabkan strain baru tersebut tidak berarti penyakit akan lebih menular atau lebih berbahaya. Kuncinya tetap pada pemantauan dan penelitian agar bisa mendapatkan gambaran lengkap dan komprehensif terkait strain baru ini. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/roy) Next Article IDI Ungkap Fakta Virus Corona Varian Baru Inggris

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular