
Kisah Startup China Bakar Uang Rp 14,6 T dalam 6 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah rahasia umum banyak startup pakai strategi bakar uang untuk mengejar pertumbuhan pengguna. Salah satunya Kuaishou yang membakar US$1 miliar atau setara Rp 14,6 triliun dalam enam bulan.
Kuaishou merupakan aplikasi video pendek seperti TikTok yang populer di China tetapi tak terkenal di luar Tiongkok. Aplikasi ini diluncurkan pada 2011 oleh mantan enginer Google. Di China Kuaishou merupakan rival dari Douyin, aplikasi milik Bytedance, pemilik TikTok.
Bloomberg melaporkan Kuaishou sudah berencana untuk menggalang dana dari pasar modal dengan mencatatkan saham perdana (IPO) di Bursa saham Hong Kong.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke otoritas bursa saham Hong Kong, pada semester I-2020 perusahaan mencatatkan kerugian bersih 6,8 miliar atau setara US$1 miliar. Adapun rugi operasional 7,75 miliar yuan. Padahal semester 1-2019 perusahaan mencatatkan laba operasional 1,1 miliar yuan.
Rugi besar ini merupakan bagian dari aksi promosi agresif perusahaan untuk mendukung aplikasi versi lite Kuaishou Express bagi masyarakat China yang kurang paham teknologi.
Pada semester I-2020, biaya penjualan dan pemasaran perusahaan meroket 354,1% menjadi 13,7 miliar yuan, padahal periode yang sama tahun lalu pos ini menghabiskan 3 miliar yuan.
Jadi pengguna akan dibayar ketika menggunakan aplikasi ini. Tetapi strategi ini tampaknya berhasil, buktinya aplikasi lite ini memiliki 100 juta pengguna aktif harian atau daily active user (DAU) dalam setahun.
Per Juni 2020, Aplikasi utama Kuaishou sendiri memiliki 302 juta pengguna harian, rata-rata penggunanya menghabiskan 85 menit per hari dalam aplikasi untuk menonton klip atau siaran langsung, seperti dikutip dari TechCrunch, Jumat (6/11/2020).
Meski dikenal sebagai aplikasi pendek, sebagian besar pendapatan Kuaishou, sebesar 68,5%, dari live streaming di mana penonton bisa mengirimkan barang virtual seharga 1-2.000 yuan kepada penyelenggara. Cara lain hasilkan uang dari iklan, menyumbang 28% dari pendapatan. Pendapatan dari e-commerce dan game kurang signifikan porsinya.
(roy/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Mr Trump, Anda Kalah Lagi Lawan TikTok China
