
Paling Beda! Bukan Disuntik, Vaksin China Ini Malah Disemprot

Jakarta, CNBC Indonesia - Ternyata Negeri Tirai Bambu punya kandidat vaksin yang berbeda dengan lainnya. Bukannya disuntikkan (intra-muscular injection), kandidat vaksin China ini malah disemprotkan ke hidung.
Adalah Beijing Wantai Biological Pharmacy yang bekerja sama dengan Xiamen University dalam pengembangan vaksin Covid-19. Kandidat vaksin ke-10 China yang mendapat restu uji klinis ke manusia ini menggunakan metode imunisasi dengan menyemprotkan ke hidung.
Bloomberg News melaporkan dan dikutip Kamis (24/9/2020), sekarang kandidat vaksin China ini sedang berada di tahap perekrutan fase uji klinis tahap I. Ada 60 sukarelawan yang ditargetkan untuk berpartisipasi dalam evaluasi klinis tahap I dengan 48 orang bakal divaksinasi sementara 12 lainnya masuk ke dalam kelompok kontrol (placebo).
Kandidat vaksin Beijing Wantai Biological Pharmacy menggunakan vektor virus influenza yang sudah disisipi kode genetik pengkode protein spike virus corona jenis baru yang sekarang menyebabkan pandemi Covid-19.
Metode yang digunakan untuk vaksinasi pun berbeda karena tak menggunakan jarum suntik melainkan melalui jalur pernapasan (intranasal spray). Metode vaksinasi model ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode suntik terutama untuk virus yang menginfeksi saluran pernapasan seperti flu dan Covid-19.
Vaksin yang diberikan dengan metode suntik dinilai kurang efektif untuk mencegah penyakit saluran pernapasan akibat patogen meskipun antibodi dihasilkan di darah orang yang diimunisasi. Namun akan sangat susah untuk menjangkau jaringan berlendir (mukosa) yang kebanyakan jadi lokasi virus bersarang.
Vaksin yang disuntikkan bisa memberikan respons imun sistemik sehingga bisa menurunkan risiko terserang penyakit yang parah. Namun tak bisa menghalangi virus untuk masuk ke saluran pernapasan sehingga susah untuk menangkal terjadinya pandemi.
Mengingat metode vaksinasi juga pernah dikembangkan untuk wabah flu babi 2009 silam, hasil uji praklinisnya menunjukkan mampu mereduksi kerusakan paru-paru secara signifikan di hewan model seperti mencit (tikus putih kecil) dan juga hamster.
Berbagai teknologi saat ini tengah dikembangkan untuk menyediakan vaksin Covid-19. Mulai dari tipe vaksinnya ada yang konvensional seperti virus yang dilemahkan atau diinaktivasi (Sinovac) sampai yang menggunakan teknologi tinggi seperti mRNA (Moderna), vektor virus (AstraZeneca).
Bagaimanapun juga semuanya punya plus minus masing-masing baik dari segi pengembangan sampai nanti ke masalah distribusinya. Progress pengembangan vaksin Covid-19 memang terbilang cepat.
Sampai dengan 22 September, WHO mencatat ada 38 kandidat vaksin Covid-19 yang sudah masuk uji klinis. Delapan di antaranya masuk uji klinis tahap final. Beberapa data uji klinis tahap awal menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Namun uji klinis tahap III sangatlah berbeda dengan uji klinis tahap sebelumnya karena jumlah partisipan yang direkrut jauh lebih banyak. Oleh karena itu terlepas dari berbagai pro kontra dan tingginya harapan seputar vaksin, guna mencegah penyebaran wabah lebih lanjut protokol kesehatan dan social distancing masih harus digalakkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banyak Orang AS Parno Vaksinasi Covid-19, Ada Apa Gerangan?