Social Distancing di Filipina Bikin Heboh & Penuh Kontroversi

Roy Franedya, CNBC Indonesia
14 September 2020 19:43
Men buy face masks to help curb the spread of the COVID-19 in Caloocan city, Philippines on Wednesday, Aug. 19, 2020. Philippine President Rodrigo Duterte has decided to ease a mild coronavirus lockdown in the capital and four outlying provinces to further reopen the country's battered economy despite having the most reported infections in Southeast Asia. (AP Photo/Aaron Favila)
Foto: Filipina (AP/Aaron Favila)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para ahli kesehatan mengkritik kebijakan pemerintah Filipina yang mengurangi jarak sosial ketika menaiki kendaraan umum. Kebijakan ini disebut bisa membuat virus corona Covid-19 makin tinggi di negeri jiran ini.

Mulai Senin (14/9/2020), pemerintah Filipina mewajibkan setiap penumpang menggunakan pelindung wajah (face shield) dan masker serta jarak sosial minimal 75 centimeter (cm). Pada 28 September jarak sosial ini berkurang menjadi 50cm dan 12 Oktober menjadi 30 cm. World Health Organization (WHO) sendiri mematok standar minimum jaga jarak adalah 1 meter.

Selain memangkas jarak, Kementerian Transportasi meminta para pengguna jasa transportasi publik waspada ketika kendaraan penuh dan menyarankan menaiki kendaraan lainnya.

"Ini akan berisiko, sembrono dan kontrak-intuitif dan menunda perataan kurva," ujar Anthony Leachon, mantan President Philippine College of Physicians, seperti dikutip dari Reuters, Senin (14/9/2020). "Sekalipun memakai pelindung wajah dan masker, mengurangi jarak sosial akan berbahaya."

"Kemungkinan kami akan melihat peningkatan kasus dan pemulihan kami akan lambat jika kita melakukan ini sekarang," kata ahli epidemiologi Antonio Dans.

Anthony Dans adalah anggota aliansi profesional kesehatan yang bulan lalu memohon lockdown Manila. Ia meminta kebijakan ini guna menghentikan menumpuknya pasien Covid-19 di rumah sakit.

Kebijakan pengurangan jarak sosial di Filipina merupakan salah satu cara untuk membantu ekonomi bangkit setelah berkontraksi 5,5% tahun ini, penyusutan terburuk dalam 35 tahun. Sistem transportasi Manila terkenal sangat padat.

"Membuka kembali ekonomi tidak akan pernah terjadi kecuali penularan virus dikendalikan," tambah Anthony Leachon, yang juga mantan penasihat satuan tugas COVID-19 pemerintah.

Menurut data Worldometers, hingga Senin (14/9/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Filipina sudah tembus 265.888 kasus di mana 4.630 pasien meninggal dunia. Saat ini kasus aktif mencapai 53.754 kasus.

[Gambas:Video CNBC]




(roy/dru) Next Article Duterte Siap Jadi 'Kelinci Percobaan' Vaksin Covid-19 Rusia!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular