Mas Nadiem, Masalah Siswa Bukan Cuma Kuota Internet Lho

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
31 August 2020 13:33
Belasan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar sistem online di ruang aula kelurahan Jatirahayu, Bekasi, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Belasan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar sistem online di ruang aula kelurahan Jatirahayu, Bekasi, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Subsidi kuota internet disebut bukanlah satu-satunya solusi atas permasalahan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang saat ini menjadi sorotan.

"Problemnya banyak anak yang tak punya gadget, dikasih kuota percuma. Ada juga punya gadget, dikasih kuota, tapi sinyalnya tidak ada. Inventaris dulu masalahnya," ujar Pengamat Pendidikan, Indra Charismiadji kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Senin (1/9/2020).

Dia menyarankan bisa dilakukan rapat koordinasi dengan dinas pendidikan di seluruh Indonesia, sehingga semua masalah bisa disesuaikan. Sebab, apa yang menjadi permasalahan agar tepat sasaran.


"Kalau lihat sendiri, kuota internet ini, ada satu hal yang ternyata tidak disampaikan oleh masyarakat. kuota internet berlaku bagi mereka yang menggunakan ponsel pra bayar. pasca bayar tak ada subsidi, tapi semua dipaksa registrasi, memberikan nomor hape. Ini satu hal, sekitar 2 minggu lalu, lagi ada instansi yang incar data-data pendidikan kita," terangnya.

Menurutnya data yang menyangkut peserta didik dan pengajar menjadi incaran, sebab ini bisa menjadi daftar konsumen. Di masa datang, bukan tak mungkin semakin banyak data yang diincar. Sehingga menurutnya harus ada kepastian dari pemerintah bagaimana agar data tersebut tidak bocor.

"Banyak sekali yang bisa memanfaatkan, korporasi siapa yang tidak mau memanfaatkan data ini. siapa saja calon konsumer kita. data tinggal dikirim. Dari sisi politik banyak manfaat. Kalau data sampai jatuh ke tangan asing sama dengan menelanjangi diri kita sendiri," terangnya.

Menurutnya, dalam PJJ yang saat ini dilakukan ada 3 hal penting yang harus dilakukan. Pertama infrastruktur yang melingkupi alat dan akses. Kedua adalah infrastruktur yaitu bagaimana menggunakan learning manajemen sistem yang bisa diakses oleh seluruh anak Indonesia.

"Ketiga kultur, kultur mengajar di era digital berbeda dengan era tatap muka. digital ini mengenal pembelajaran yang tak harus sinkron semua sama. guru-guru masih belum banyak tahu, bagaimana mengajar tidak boros kuota. Ini momentum paling tepat upgrade dunia pendidikan kita ke dunia pendidikan modern," pungkasnya.


(res/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Izinkan Sekolah Tatap Muka, Ayah Bunda Sepakat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular