Diblokir Trump, Huawei Jadi Rival Google Android & Apple iOS

Redaksi, CNBC Indonesia
22 May 2020 08:27
FILE PHOTO: A surveillance camera is seen in front of the Huawei logo outside its factory campus in Dongguan, Guangdong province, China, March 25, 2019. REUTERS/Tyrone Siu/File Photo
Foto: Huawei (REUTERS/Tyrone Siu)
Jakarta, CNBC Indonesia - Petinggi Huawei Technologies mengklaim sistem operasi (OS) ponsel miliknya bisa bersaing dengan Google Android dan Apple iOS. Huawei meluncurkan OS sendiri setelah dijegal oleh Presiden AS Donald Trump tak bisa gunakan teknologi Google.

"Huawei berada dalam posisi menghadirkan ekosistem yang setara dengan ekosistem Google dan Apple," ujar Eric Tan, Vice Presiden Huawei Huawei untuk layanan cloud konsumen dalam bisnis konsumernya, seperti dilansir dari CNBC International, Jumat (22/5/2020). "Kami memiliki kepercayaan diri menjadi salah satu developer dengan ekosistem teratas di dunia."


Smartphone Huawei telah lama mengandalkan Android. Tetapi pada 2019, Donald Trump memasukkan Huawei dalam daftar hitam (blacklist) yang melarang raksasa teknologi China untuk menggunakan teknologi AS.

Menghadapi tantangan ini, Huawei meluncurkan sistem operasi sendiri bernama HarmonyOS yang diluncurkan pada Agustus 2019.

Petinggi Huawei juga mengungkap keunggulan lain HarmonyOS di mana bisa bekerja di sejumlah perangkat Huawei selain smartphone, yang dapat menarik developer membuat aplikasi. Ada juga Huawei Mobile Services (HMS), kumpulan berbagai aplikasi Huawei dari peta hingga pembayaran ke app store-nya.

Namun para peneliti pesimis dengan klaim ini. Huawei memang berjaya di China. Tetapi di negeri Tirai Bambu ini Google diblokir. Tanpa Android tak masalah bagi pengguna. Namun pengguna luar China sangat bergantung pada Google Android dan Apple iOS.

"Tidak akan mudah bagi Huawei membangun perpustakaan aplikasi utama di luar China, karena banyak dari mereka bergantung pada Google untuk hal-hal seperti manajemen hak digital, lokasi, pembayaran, dan layanan notifikasi," ujar Bryan Ma, Vice President IDC.

"Pengembang seringkali harus selektif pada proyek mana mereka akan bergabung, dan faktor kunci dalam pengambilan keputusanitu adalah apakah ada cukup critical mass dalam basis pengguna untuk membenarkan waktu dan upaya yang dihabiskan untuk porting aplikasi."

Direktur Riset Counterpoint Research, Neil Shah mengatakan jumlah aplikasi yang ada di toko aplikasi Huawei masih terbatas dan mereka belum memiliki aplikasi utama atau aplikasi sejuta umat yang merupakan milik perusahaan AS.

"Di luar China, itu akan sulit karena sebagian besar aplikasi utama berasal dari pengembang besar AS - Netflix, properti Facebook (Instagram, WhatsApp), aplikasi Google, dll - yang jelas dilarang untuk berkolaborasi dengan Huawei," kata Shah. "Jadi secara keseluruhan, tanpa pengembang utama di dalamnya, akan sulit menjualnya."


[Gambas:Video CNBC]




(roy/roy) Next Article Pendiri Huawei: Trump Terlalu Perhatian pada Kami

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular