Ketakutan Zuckerberg Terbukti, Tiktok Salip Facebook

Roy Franedya, CNBC Indonesia
20 January 2020 19:02
Ketakutan Zuckerberg Terbukti, Tiktok Salip Facebook
Foto: TikTok (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Aplikasi asal China TikTok mencetak rekor baru, didownload lebih dari 700 juta kali selama 2019. Pencapaian ini mengalahkan Facebook dan Messenger, tetapi masih di belakang WhatsApp, yang didownload lebih dari 850 juta kali.

Menurut laporan terbaru dari Sensor Tower, TikTok telah menanjak secara stabil ke puncak Top Apps chart. Pada 2018 TikTok masih berada di posisi empat di belakang WhatsApp, Messenger dan Facebook, tetapi berhasil mengkudeta posisi Instagram.


Pasar terbesar TikTok tahun lalu adalah India, di mana 44% pengunduh berasal dari negeri Bollywood ini, meskipun aplikasi ini sempat dilarang sementara oleh pemerintah pada bulan April, seperti dilansir dari Digital Trends, Senin (20/1/2020).

Di China, TikTok merupakan aplikasi yang paling banyak diunduh. Aplikasi milik Bytedance ini bernama Douyin. China menyumbang 78% pendapatan TikTok pada kuartal IV-2019.

Sepanjang 2019, TikTok memperoleh pendapatan sebesar US$176,9 juta hasil dari berbagai skema monetisasi yang dijalankan perusahaan untuk menciptakan profitabilitas.

Meski menjadi aplikasi populer, TikTok juga diselimuti kontroversi karena harus membayar denda US$5,7 juta di Inggris karena melanggar Undang-Undang Perlindungan Privasi Online Anak-anak.

[Gambas:Video CNBC]


Bocoran video tentang rapat internal Facebook pada Juli 2019 lalu menunjukkan dengan jelas kekhawatiran CEO Facebook Mark Zuckerberg akan pesatnya pertumbuhan peminat TikTok. Ia meminta para karyawannya untuk 'menjungkalkan' TikTok sebelum aplikasi video pendek ini semakin besar dan kuat.

Dalam pertemuan tersebut, seorang karyawan menanyakan apakah Mark Zuckerberg khawatir dengan pertumbuhan cepat TikTok , terutama di kalangan pengguna berusia muda.


"Iya. Maksud saya, TikTok baik-baik saja," ujar Mark Zuckerberg seperti dikutip dari Business Insider. "TikTok, perusahaan asal Beijing Bytedance, benar-benar produk internet konsumen pertama yang dikembangkan salah satu raksasa teknologi China yang cukup diterima semua orang."

Mark Zuckerberg juga menyoroti soal perkembangan TikTok yang diperkirakan sudah menyalip Instagram di India, salah satu pasar utama Facebook Group.

Dalam rekaman tersebut, Mark Zuckerberg menyampaikan salah satu cara menghadapi TikTok adalah dengan meluncurkan Lasso di pasar yang belum dimasuki TikTok seperti Meksiko. Lasso merupakan aplikasi video pendek menyerupai TikTok. Aplikasi ini diluncurkan tahun lalu nama belum dapat sambutan sebaik TikTok.

"Pertama-tama kita mencoba hal ini dan melihat apakah cara ini bisa bekerja di negara di mana TikTok belum besar sebelum kita bersaing dengan di negara-negara yang mereka kuasai," terang Mark Zuckerberg.



Facebook tentu tak senang bila disalip oleh pesaing. Untuk mengalahkan biayanya ada dua cara yang dilakukan Facebook. Pertama menciptakan fitur yang sama dengan pesaingnya. Contohnya fitur Instagram yang dibuat mirip dengan Snapchat.

Kedua, dengan aplikasi baru sejenis. Untuk menyaingi TikTok, Facebook meluncurkan aplikasi Lasso. Bentuknya sama-sama sebagai aplikasi video pendek. Aplikasi ini diluncurkan pada 2018 lalu.

Saat ini Lasso baru tersedia di Amerika Serikat (AS) dan Meksiko. Pada kuartal I-2020, Lasso dikabarkan akan meluncur di India. Ini menjadi persaingan langsung karena TikTok sangat berjaya di India.

Untuk mempromosikan Lasso, Facebook dikabarkan akan menggaet para influenser dan selebritas. Facebook bahkan berapa membayar lebih mahal dari yang ditawarkan TikTok, seperti dikutip dari Hindustan Times.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular