
MQ-9 Reaper, Drone Pembunuh Soleimani & Miliuner di Baliknya
Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
10 January 2020 10:12

Informasi tambahan, Di belakang perusahaan pembuat drone militer canggih ini adalah Neal Blue yang kini menjadi Chairman dan menguasai 80%. Sisanya 20% dimiliki adiknya Linden Blue.
Pada 1986 kedua bersaudara ini mendapatkan peluang unik. Chevron yang mengakuisisi Gulf Oil ingin menjual anak usahanya termasuk General Atomics.
Setelah negosiasi, General Atomics resmi dijual seharga US$60 juta. Namun Neal Blue dengan cepat ingin merubah bisnis perusahaan ke bidang penerbangan. Ia memikirkan cara untuk menata uang citra perusahaan.
"Neal Blue berbicara tentang drone dan teknologi lainnya paling tidak dua atau tiga kali seminggu," ujar Tom Dillon yang menjadi senior vice president program pertahanan tahun 1984-1988, seperti dilansir dari Forbes, Kamis (9/1/2020).
Dari hal inilah kemudian lahir Project Birdie sebuah drone unik dengan berbiaya rendah dan tanpa awal karena menggunakan sistem GPS bawaan.
Pada awalnya perusahaan kesulitan mendapatkan pelanggan hingga kemudian CIA membeli drone perusahaan untuk dipakai dalam perang Balkan tahun 1993. Setahun kemudian General Atomics mendapatkan kontrak senilai US$31,7 juta dari angkatan laut AS untuk membuat drone yang lebih canggih yang kemudian menjadi MQ-1 Predator, drone perang pertama buatan perusahaan.
Berkat bisnis inilah Neal Blue akhirnya menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Forbes mencatat awal tahun ini kekayaan mencapai US$4,1 miliar atau setara Rp 57,4 triliun.
Namun bisnis perusahaan mendapat saingan dengan semakin banyak pemain di pasar. Saat ini pasar drone militer dikuasai Northrop Grumman dengan drone andalannya RQ-4 Global Hawk yang mampu menjelajah 60.000 kaki. Drone inilah yang ditembak jatuh Iran pada Juni 2019.
(roy/roy)
Pada 1986 kedua bersaudara ini mendapatkan peluang unik. Chevron yang mengakuisisi Gulf Oil ingin menjual anak usahanya termasuk General Atomics.
Setelah negosiasi, General Atomics resmi dijual seharga US$60 juta. Namun Neal Blue dengan cepat ingin merubah bisnis perusahaan ke bidang penerbangan. Ia memikirkan cara untuk menata uang citra perusahaan.
Dari hal inilah kemudian lahir Project Birdie sebuah drone unik dengan berbiaya rendah dan tanpa awal karena menggunakan sistem GPS bawaan.
Pada awalnya perusahaan kesulitan mendapatkan pelanggan hingga kemudian CIA membeli drone perusahaan untuk dipakai dalam perang Balkan tahun 1993. Setahun kemudian General Atomics mendapatkan kontrak senilai US$31,7 juta dari angkatan laut AS untuk membuat drone yang lebih canggih yang kemudian menjadi MQ-1 Predator, drone perang pertama buatan perusahaan.
Berkat bisnis inilah Neal Blue akhirnya menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Forbes mencatat awal tahun ini kekayaan mencapai US$4,1 miliar atau setara Rp 57,4 triliun.
Namun bisnis perusahaan mendapat saingan dengan semakin banyak pemain di pasar. Saat ini pasar drone militer dikuasai Northrop Grumman dengan drone andalannya RQ-4 Global Hawk yang mampu menjelajah 60.000 kaki. Drone inilah yang ditembak jatuh Iran pada Juni 2019.
(roy/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular