
Informan Irak: Suriah Bantu AS Membunuh Soleimani

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran dan AS berseteru kendati mulai dingin. Konflik ini bermula pada Jumat (3/1/2020) ketika pimpinan militer Iran Qasem Soleimani terbunuh oleh drone atau pesawat nirawak milik AS saat hendak bertolak ke Baghdad, Irak.
Sebenarnya bagaimana awal terjadinya serangan atas panglima pasukan elite Iran, Quds Force, tersebut? Berikut kronologinya sebagaimana dikutip CNBC Indonesia dari Reuters.
Jenderal Militer Iran Qassem Soleimani tiba di Bandara Damaskus dengan kendaraan kaca berwarna gelap dengan empat tentara dari Garda Revolusi Iran yang ikut bersamanya. Mereka parkir di dekat tangga yang mengarah ke pesawat Airbus A320 milik maskapai Cham Wings tujuan Baghdad.
![]() |
Menurut seorang karyawan maskapai Cham Wings, baik Soleimani maupun para prajurit tersebut telah terdaftar pada manifesto penumpang.
Mengutip sumber keamanan Irak, Soleimani menghindari penggunaan pesawat pribadi karena meningkatnya kekhawatiran tentang keamanannya sendiri.
Namun sepertinya penerbangan itu akan menjadi yang terakhir bagi Soleimani. Roket yang ditembakkan dari pesawat tak berawak AS membunuhnya saat ia meninggalkan Bandara Baghdad dalam konvoi dua kendaraan berlapis baja.
Bukan hanya Soleimani, orang yang menemuinya di bandara juga turut terbunuh, yaitu Abu Mahdi Muhandis, Wakil Kepala Pasukan Mobilisasi Populer (Popular Mobilization Forces/PMF) Irak.
![]() |
Lalu setelah beberapa menit serangan AS, Irak melakukan investigasi kejadian yang menewaskan dua pejabat tinggi itu. Badan Keamanan Nasional menutup bandara dan mencegah puluhan staf keamanan untuk pergi, termasuk polisi, petugas paspor dan agen intelijen.
Penyelidik berfokus pada bagaimana informan yang dicurigai di dalam Bandara Damaskus (Suriah) dan Baghdad berkolaborasi dengan militer AS untuk membantu melacak dan menentukan posisi Soleimani.
Penyelidikan dipimpin oleh Falih al-Fayadh, yang bertindak sebagai Penasihat Keamanan Nasional Irak dan Kepala PMF, lembaga yang berkoordinasi dengan milisi Syiah Irak.
Para penyelidik Badan Keamanan Nasional memiliki "indikasi kuat bahwa jaringan mata-mata di dalam Bandara Baghdad terlibat dalam pembocoran rincian keamanan sensitif" pada kedatangan Soleimani.
Para tersangka yaitu termasuk dua staf keamanan di Bandara Baghdad dan dua karyawan Cham Wings. Penyelidik Badan Keamanan Nasional percaya keempat tersangka, yang belum ditangkap, bekerja sebagai bagian dari kelompok yang lebih luas yang memberi informasi kepada militer AS.
Dua karyawan Cham Wings sedang diselidiki oleh intelijen Suriah. Sementara Badan Keamanan Nasional menyelidiki dua pekerja keamanan bandara, yang merupakan pekerja dari Layanan Perlindungan Fasilitas (Facility Protection Service) di negara itu, sebagaimana diungkapkan salah satu pihak Irak.
"Temuan awal tim investigasi Baghdad menunjukkan bahwa petunjuk pertama pada Soleimani berasal dari Bandara Damaskus," kata seorang pejabat, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (10/1/2020).
"Pekerjaan Bandara Baghdad mengkonfirmasi kedatangan target dan detail konvoinya."
Departemen Pertahanan AS menolak mengomentari apakah informan di Irak dan Suriah berperan dalam serangan itu. Pejabat AS, yang berbicara dengan syarat namanya anonim, mengatakan bahwa AS telah melacak dengan cermat gerakan Soleimani selama berhari-hari sebelum melakukan serangan.
Singkatnya, pesawat Soleimani mendarat di Bandara Baghdad sekitar pukul 12:30 pagi pada 3 Januari, menurut dua pejabat bandara mengutip rekaman dari kamera keamanannya.
Jenderal dan pengawalnya keluar dari pesawat di tangga langsung menuju landasan, melewati bea cukai. Muhandis menemuinya di luar pesawat, dan kedua pria itu masuk ke kendaraan berlapis baja yang sudah menunggu.
Ketika petugas keamanan bandara melihat, dua kendaraan menuju ke jalan utama yang mengarah keluar dari bandara. Kemudian, dua drone AS menghantam kendaraan yang membawa Soleimani dan Muhandis pada pukul 12.55 pagi. Mobil SUV yang membawa petugas keamanannya terhantam beberapa detik kemudian.
Untuk diketahui, sebagai komandan pasukan elite Quds Force Garda Revolusi, Soleimani menjalankan operasi klandestin di negara-negara asing dan merupakan tokoh kunci dalam kampanye lama Iran untuk mengusir pasukan AS keluar dari Irak.
Dia menghabiskan bertahun-tahun menjalankan operasi rahasia dan membina para pemimpin milisi di Irak untuk memperluas pengaruh Iran dan melawan kepentingan AS.
Pada Oktober lalu, Soleimani secara diam-diam meluncurkan serangan lanjutan terhadap pasukan AS yang ditempatkan di Irak, dan melengkapi milisi Irak dengan persenjataan canggih untuk melaksanakannya.
Serangan terhadap jenderal tersebut memicu kemarahan dan sumpah balas dendam yang meluas di Iran, yang sudah ditanggapi dengan serangan rudal terhadap dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan dan koalisi AS pada Rabu (8/1/2020).
(tas/tas) Next Article Kala Iran Hargai Kepala Trump Rp 1,1 T Karena Soleimani