Miliuner di Balik Drone AS Pembunuh Jenderal Iran Soleimani

Roy Franedya, CNBC Indonesia
09 January 2020 13:32
Mengenal miliuner pemilik perusahaan pembuat drone MQ-9 Reaper yang membunuh petinggi militer Iran Jenderal Qassem Soleimani.
Foto: MQ-9 Reaper (Dok. General Atomics Aeronautical Systems)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Iran kembali memanas. Pekan lalu, militer AS, atas perintah Presiden Donald Trump, melakukan serangan militer di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak, yang menewaskan petinggi militer Iran Jenderal Qasem Soleimani.

Serangan ini menggunakan drone (pesawat tanpa awak) MQ-9 Reaper yang menembakkan setidaknya dua misil Hellfire ke rombongan kendaraan Qassem Soleimani.


Richard Whittle, penulis buku Predator: The Secret Origins of the Drone Revolution, menulis drone "bisa dibilang adalah teknologi militer baru yang paling penting sejak era rudal balistik antarbenua bersenjata nuklir."

MQ-9 Reaper sendiri merupakan salah satu senjata paling penting di gudang senjata AS. Drone ini memiliki bobot 2,5 ton dengan daya jelajah 1.200 mil dan dijual US$16 juta atau setara Rp 224 miliar (asumsi US$1 = Rp 14.000).

Miliuner di Balik Drone Trump Pembunuh Jendral Iran SoleimaniFoto: Neal Blue, Chairman & CEO General Atomics (Dok. General Atomics)

Drone ini diproduksi oleh General Atomics, perusahaan produsen senjata yang berbasis di San Diego. Di belakang perusahaan ini ada Neal Blue sebagai chairman dan pemilik 80% saham perusahaan. Ia disebut sebagai bapak de facto revolusi drone. Sebanyak 20% lagi saham dimiliki adiknya Linden Blue.

Dalam daftar orang terkaya di dunia versi Forbes, Neal Blue berada di peringkat 179 dengan kekayaan US$4,1 miliar (Rp 57,4 triliun).

Miliuner di Balik Drone Trump Pembunuh Jendral Iran SoleimaniFoto: Infografis/Drone Mq9 Reaper (CNBC Indonesia/Edward Ricardo)

Melansir Forbes, Kamis (9/1/2020), General Atomics pertama kali memperkenalkan drone predator 25 tahun lalu. Drone ini digunakan memata-matai pasukan Serbia oleh pemerintahan Presiden Bill Clinton. Drone predator ini juga menjadi salah satu senjata pertama AS di Afghanistan setelah kejadian terorisme 9/11 yang dilakukan Al-Qaeda.

General Atomics tidak menanggapi permintaan wawancara Forbes yang membahas soal penjualan drone kepada militer AS dan pemerintah lain di seluruh dunia. General Atomics juga enggan mengonfirmasi kebenaran informasi tentang pendapatan US$2,1 miliar per tahun dari bisnis drone militer.

[Gambas:Video CNBC]


(roy/miq) Next Article Begini Sangarnya MQ9 Reaper, Drone Trump yang Bunuh Soleimani

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular