
Drone Pembunuh Soleimani Vs Roket Iran, Canggih Mana?
Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
09 January 2020 07:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran resmi telah melancarkan puluhan roket ke pangkalan udara AS-Irak, pada Rabu dini hari, (8/1/2020). Serangan ini merupakan balasan terhadap aksi militer AS yang menewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani.
Menurut militer AS, Teheran menembakkan lebih dari selusin rudal balistik dari wilayah Iran terhadap setidaknya dua pangkalan militer Irak yang menampung personel koalisi yang dipimpin AS.
Diduga roket yang digunakan untuk menyerang pangkalan udara ini adalah Roket Katyusha. Roket Katyusha juga digunakan Iran untuk menyerang kedutaan besar AS di Irak dua hari sebelumnya. Dalam serangan ini enam orang dilaporkan terluka.
Seberapa canggih roket ini? Katyusha merupakan roket artileri buatan Rusia. Peluncur roket ini dirancang oleh Georgy Langemak dan diproduksi oleh Plant Comintern in Voronezh.
Mengutip globalsecurity.org, Katyusha merupakan roket yang dibuat pada perang dunia ke II dan menjadi senjata rahasia Uni Soviet. Peluncuran roket ini menggunakan mobil truk dengan jarak tembak hingga 20,4 kilometer dan bisa ditembakkan dalam jumlah banyak secara bersamaan.
Roket ini berukuran kecil dengan daya ledak tinggi tetapi akurasinya rendah dan butuh waktu lebih lama untuk mengisi ulang. Para tentara Uni Soviet menamai roket ini dengan nama Katie.
Pada perang dingin (cold war) di tahun 70-an Katyusha menjadi roket yang cukup populer dan diekspor ke beberapa negara seperti Romania, Yugoslavia hingga Korea Utara.
Serangan balasan Iran ini diprakarsai karena Petinggi militer Iran Jenderal Qasem Soleimani terbunuh dalam sebuah serangan militer yang dilakukan tentara Amerika Serikat (AS) pada Jumat pekan lalu.
Serangan tersebut atas perintah Presiden AS Donald Trump dan menggunakan pesawat tanpa awak (drone) MQ-9 Reaper. Drone ini diterbangkan dari markas US Central Command yang berlokasi di Qatar.
Lalu seperti apa kecanggihan drone MQ-9 Reaper? Drone ini terbang nyaris tanpa suara dan meluncurkan misil Hellfire yang menghancurkan konvoi mobil Jenderal Iran tersebut.
Pesawat tanpa awak ini memiliki daya jelajah 1.150 mil dengan kemampuan terbang di ketinggian 50.000 kaki.
MQ-9 Reaper disebut sebagai drone "bersenjata, multi misi, daya terbang menengah dan tahan lama", seperti dikutip dari New York Post, Rabu (8/1/2020).
Selain itu Drone ini juga disebut sebagai alat pengintai terhadap target berprofil tinggi, sensitif terhadap waktu, bisa membantu mencari target dan digunakan untuk operasi perang yang tidak teratur.
Drone berharga US$64,2 juta per unit (Rp 898,9 miliar) ini dapat membawa 4 misil Hellfire berdaya ledak cukup dasyat dan mampu menghancurkan tank.
Menurut laporan media setempat, penyerangan ini menggunakan misil Hellfire R9X 'Ninja' yang dimodifikasi. Moncongnya terdiri dari semacam bilah-bilah pisau tajam dan mematikan.
Drone mematikan ini mulai dioperasikan sebagai senjata oleh AS pada 2007 lalu. Pada September 2015, angkatan udara AS memiliki 93 drone MQ-9 Reaper di gudang senjatanya.
"(Penerbangan drone ini) hampir hening," ujar perusahaan pembuat drone ini dalam situsnya. "Drone ini merupakan pengakuan signifikan terhadap peran dalam perang jarak jauh di Angkatan Udara AS."
(sef/sef) Next Article Tak Hanya Drone, AS juga Miliki Senjata Militer Canggih Ini
Menurut militer AS, Teheran menembakkan lebih dari selusin rudal balistik dari wilayah Iran terhadap setidaknya dua pangkalan militer Irak yang menampung personel koalisi yang dipimpin AS.
Diduga roket yang digunakan untuk menyerang pangkalan udara ini adalah Roket Katyusha. Roket Katyusha juga digunakan Iran untuk menyerang kedutaan besar AS di Irak dua hari sebelumnya. Dalam serangan ini enam orang dilaporkan terluka.
![]() |
Mengutip globalsecurity.org, Katyusha merupakan roket yang dibuat pada perang dunia ke II dan menjadi senjata rahasia Uni Soviet. Peluncuran roket ini menggunakan mobil truk dengan jarak tembak hingga 20,4 kilometer dan bisa ditembakkan dalam jumlah banyak secara bersamaan.
Roket ini berukuran kecil dengan daya ledak tinggi tetapi akurasinya rendah dan butuh waktu lebih lama untuk mengisi ulang. Para tentara Uni Soviet menamai roket ini dengan nama Katie.
Pada perang dingin (cold war) di tahun 70-an Katyusha menjadi roket yang cukup populer dan diekspor ke beberapa negara seperti Romania, Yugoslavia hingga Korea Utara.
Serangan balasan Iran ini diprakarsai karena Petinggi militer Iran Jenderal Qasem Soleimani terbunuh dalam sebuah serangan militer yang dilakukan tentara Amerika Serikat (AS) pada Jumat pekan lalu.
Serangan tersebut atas perintah Presiden AS Donald Trump dan menggunakan pesawat tanpa awak (drone) MQ-9 Reaper. Drone ini diterbangkan dari markas US Central Command yang berlokasi di Qatar.
Lalu seperti apa kecanggihan drone MQ-9 Reaper? Drone ini terbang nyaris tanpa suara dan meluncurkan misil Hellfire yang menghancurkan konvoi mobil Jenderal Iran tersebut.
Pesawat tanpa awak ini memiliki daya jelajah 1.150 mil dengan kemampuan terbang di ketinggian 50.000 kaki.
![]() |
MQ-9 Reaper disebut sebagai drone "bersenjata, multi misi, daya terbang menengah dan tahan lama", seperti dikutip dari New York Post, Rabu (8/1/2020).
Selain itu Drone ini juga disebut sebagai alat pengintai terhadap target berprofil tinggi, sensitif terhadap waktu, bisa membantu mencari target dan digunakan untuk operasi perang yang tidak teratur.
Drone berharga US$64,2 juta per unit (Rp 898,9 miliar) ini dapat membawa 4 misil Hellfire berdaya ledak cukup dasyat dan mampu menghancurkan tank.
Menurut laporan media setempat, penyerangan ini menggunakan misil Hellfire R9X 'Ninja' yang dimodifikasi. Moncongnya terdiri dari semacam bilah-bilah pisau tajam dan mematikan.
Drone mematikan ini mulai dioperasikan sebagai senjata oleh AS pada 2007 lalu. Pada September 2015, angkatan udara AS memiliki 93 drone MQ-9 Reaper di gudang senjatanya.
"(Penerbangan drone ini) hampir hening," ujar perusahaan pembuat drone ini dalam situsnya. "Drone ini merupakan pengakuan signifikan terhadap peran dalam perang jarak jauh di Angkatan Udara AS."
(sef/sef) Next Article Tak Hanya Drone, AS juga Miliki Senjata Militer Canggih Ini
Most Popular