
Berharta Rp 57 T, Ini Pembuat 'Drone Pembunuh' Soleimani
Roy Franedya, CNBC Indonesia
09 January 2020 15:11

Jakarta, CNBC Indonesia - DroneĀ MQ-9 Reaper mendadak jadi buah bibir. Pasalnya, pesawat tanpa awak ini jadi senjata yang digunakan militer AS dalam serangan yang menewaskan petinggi militer Iran Jenderal Qassem Soleimani.
Drone seharga US$ 16 juta atau setara Rp 224 miliar (asumsi US$1 = Rp 14.000) merupakan senjata khusus yang diproduksi oleh General Atomics. Di belakang perusahaan pembuat senjata ini adalah Neal Blue yang kini menjadi Chairman dan menguasai 80%. Sisanya 20% dimiliki adiknya Linden Blue.
Lalu bagaimana keduanya membangun kekayaannya dari drone? Pada 1986 kedua bersaudara ini mendapatkan peluang unik. Chevron yang mengakuisisi Gulf Oil ingin menjual anak usahanya termasuk General Atomics.
Setelah negosiasi, General Atomics resmi dijual seharga US$60 juta. Namun Neal Blue dengan cepat ingin merubah bisnis perusahaan ke bidang penerbangan. Ia memikirkan cara untuk menata uang citra perusahaan.
"Neal Blue berbicara tentang drone dan teknologi lainnya paling tidak dua atau tiga kali seminggu," ujar Tom Dillon yang menjadi senior vice president program pertahanan tahun 1984-1988, seperti dilansir dari Forbes, Kamis (9/1/2020).
Dari hal inilah kemudian lahir Project Birdie sebuah drone unik dengan berbiaya rendah dan tanpa awal karena menggunakan sistem GPS bawaan.
Pada awalnya perusahaan kesulitan mendapatkan pelanggan hingga kemudian CIA membeli drone perusahaan untuk dipakai dalam perang Balkan tahun 1993. Setahun kemudian General Atomics mendapatkan kontrak senilai US$31,7 juta dari angkatan laut AS untuk membuat drone yang lebih canggih yang kemudian menjadi MQ-1 Predator, drone perang pertama buatan perusahaan.
Berkat bisnis inilah Neal Blue akhirnya menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Forbes mencatat awal tahun ini kekayaan mencapai US$4,1 miliar atau setara Rp 57,4 triliun.
Namun bisnis perusahaan mendapat saingan dengan semakin banyak pemain di pasar. Saat ini pasar drone militer dikuasai Northrop Grumman dengan drone andalannya RQ-4 Global Hawk yang mampu menjelajah 60.000 kaki. Drone inilah yang ditembak jatuh Iran pada Juni 2019.
(roy/dru) Next Article Miliuner di Balik Drone AS Pembunuh Jenderal Iran Soleimani
Drone seharga US$ 16 juta atau setara Rp 224 miliar (asumsi US$1 = Rp 14.000) merupakan senjata khusus yang diproduksi oleh General Atomics. Di belakang perusahaan pembuat senjata ini adalah Neal Blue yang kini menjadi Chairman dan menguasai 80%. Sisanya 20% dimiliki adiknya Linden Blue.
Lalu bagaimana keduanya membangun kekayaannya dari drone? Pada 1986 kedua bersaudara ini mendapatkan peluang unik. Chevron yang mengakuisisi Gulf Oil ingin menjual anak usahanya termasuk General Atomics.
![]() |
"Neal Blue berbicara tentang drone dan teknologi lainnya paling tidak dua atau tiga kali seminggu," ujar Tom Dillon yang menjadi senior vice president program pertahanan tahun 1984-1988, seperti dilansir dari Forbes, Kamis (9/1/2020).
Dari hal inilah kemudian lahir Project Birdie sebuah drone unik dengan berbiaya rendah dan tanpa awal karena menggunakan sistem GPS bawaan.
![]() |
Pada awalnya perusahaan kesulitan mendapatkan pelanggan hingga kemudian CIA membeli drone perusahaan untuk dipakai dalam perang Balkan tahun 1993. Setahun kemudian General Atomics mendapatkan kontrak senilai US$31,7 juta dari angkatan laut AS untuk membuat drone yang lebih canggih yang kemudian menjadi MQ-1 Predator, drone perang pertama buatan perusahaan.
Berkat bisnis inilah Neal Blue akhirnya menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Forbes mencatat awal tahun ini kekayaan mencapai US$4,1 miliar atau setara Rp 57,4 triliun.
Namun bisnis perusahaan mendapat saingan dengan semakin banyak pemain di pasar. Saat ini pasar drone militer dikuasai Northrop Grumman dengan drone andalannya RQ-4 Global Hawk yang mampu menjelajah 60.000 kaki. Drone inilah yang ditembak jatuh Iran pada Juni 2019.
(roy/dru) Next Article Miliuner di Balik Drone AS Pembunuh Jenderal Iran Soleimani
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular