
Ancaman Baru Bagi Ekonomi AS, Korsel & Jepang: Resesi Seks
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
14 December 2019 08:24

Mirisnya, tak hanya AS yang dilanda resesi sex. Korea Selatan dan Jepang juga menyusul. Korsel misalnya, muncul kelompok feminis radikal bernama "4B" atau "Four Nos" yang mendukung hal tersebut.
Menurut laporan AFP, Four Nos sendiri merupakan kepanjangan dari 'no dating, no sex, no marriage, and no child-rearing', yang artinya adalah tidak berkencan, tidak melakukan seks, tidak menikah, dan tidak mengasuh anak.
Kelompok tersebut berisikan kumpulan wanita yang menolak norma patriarkal yang kaku dan bersumpah untuk tidak menikah, punya anak atau bahkan berkencan dan berhubungan seks.
Bonnie Lee, seorang profesional berusia 40-an yang hanya tinggal bersama anjingnya di dekat Seoul menyatakan bergabung dengan kelompok tersebut.
"Aku wanita normal (straight) yang tidak lagi tertarik menjalin hubungan dengan pria," kata Lee, sebagaimana dilaporkan AFP.
Dia menambahkan, "Saya selalu merasa bahwa sebagai seorang wanita ada lebih banyak kerugian daripada keuntungan dari menikah,".
Lee yang memiliki dua gelar master juga mengatakan bahwa menikah bisa membuat gelar pendidikan dan karir menjadi tidak ada artinya. Sebab, yang diharapkan dalam pernikahan adalah seorang wanita harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah, membesarkan anak-anak, dan merawat mertua yang menua.
"Di pasar pernikahan, kehidupan dan pengalaman kerja Anda sebelumnya tidak penting," kata Lee.
"Untuk alasan yang konyol, menjadi wanita berpendidikan tinggi juga menjadi poin minus. Yang paling penting sebagai calon istri adalah apakah Anda mampu merawat suami dan mertua Anda."
(roy/roy)
Menurut laporan AFP, Four Nos sendiri merupakan kepanjangan dari 'no dating, no sex, no marriage, and no child-rearing', yang artinya adalah tidak berkencan, tidak melakukan seks, tidak menikah, dan tidak mengasuh anak.
Kelompok tersebut berisikan kumpulan wanita yang menolak norma patriarkal yang kaku dan bersumpah untuk tidak menikah, punya anak atau bahkan berkencan dan berhubungan seks.
"Aku wanita normal (straight) yang tidak lagi tertarik menjalin hubungan dengan pria," kata Lee, sebagaimana dilaporkan AFP.
Dia menambahkan, "Saya selalu merasa bahwa sebagai seorang wanita ada lebih banyak kerugian daripada keuntungan dari menikah,".
Lee yang memiliki dua gelar master juga mengatakan bahwa menikah bisa membuat gelar pendidikan dan karir menjadi tidak ada artinya. Sebab, yang diharapkan dalam pernikahan adalah seorang wanita harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah, membesarkan anak-anak, dan merawat mertua yang menua.
"Di pasar pernikahan, kehidupan dan pengalaman kerja Anda sebelumnya tidak penting," kata Lee.
"Untuk alasan yang konyol, menjadi wanita berpendidikan tinggi juga menjadi poin minus. Yang paling penting sebagai calon istri adalah apakah Anda mampu merawat suami dan mertua Anda."
(roy/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular