RI Ambisi Jadi 'Raja' Digital ASEAN, OJK Ungkap Skenarionya

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
10 June 2021 19:14
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso (Tangkapan Layar Sekretariat Presiden)
Foto: Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso (Tangkapan Layar Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis prospek perekonomian digital Indonesia memiliki masa depan yang cerah dan bisa menopang ekonomi secara keseluruhan. Dalam 10 tahun ke depan, produk domestik bruto (PDB) nasional diperkirakan mencapai Rp 24.000 triliun.

Pertumbuhan ekonomi digital ke depan diproyeksikan tumbuh delapan kali lipat dari Rp 632 triliun menjadi Rp 4.531 triliun di mana sektor e-commerce akan berkontribusi hingga Rp 1.900 triliun.

"Indonesia akan punya GDP lebih dari 55% daripada GDP digital ASEAN. Jumlahnya sekitar Rp 323 triliun dan akan tumbuh Rp 401 triliun pada 2030," kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.

Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengemukakan sektor keuangan tidak akan pernah terpisahkan dari perkembangan digitalisasi ekonomi. Apalagi, di tengah upaya pemerintah memajukan ekonomi digital.

"Bagaimanapun juga setiap individu, orang, perusahaan pasti bersentuhan dengan sektor keuangan berkaitan dengan menggunakan jasa payment, transfer, currency, lending, deposit," kata Wimboh usai rapat terbatas, Kamis (10/6/2021).

Wimboh mengatakan OJK telah memiliki berbagai kebijakan untuk mempercepat transformasi bisnis sektor keuangan ke arah digital. Wimboh mengutarakan, hal ini merupakan sebuah keharusan di tengah persaingan digital.

"Mau tidak mau harus berbasis digital. Karena kalau tidak berbasis digital, maka semua produk ini akan diberikan dan di serve oleh sektor mungkin di luar Indonesia karena ini kalau sudah digital pasti border line," jelasnya.

Indonesia telah memiliki masterplan dalam upaya mentransformasi digitalisasi di sektor keuangan. Misalnya, berbagai layanan perbankan saat ini bisa diakses tanpa harus hadir secara fisik.

"Nah ini semua akan mempermudah dan memberikan servis yang lebih baik lebih murah lebih cepat dan menjangkau kawasan yang lebih jauh. Karena ada daerah yang tentunya tidak bisa kita hadiri secara fisik," jelasnya.

Wimboh juga angkat bicara perihal perkembangan bisnis fintech P2P lending yang kian menjamur. Berdasarkan catatan OJK, jumlah pinjaman melalui P2P lending sudah mencapai Rp 194,1 triliun.

"Di samping itu juga untuk raising fund di pasar modal sudah bisa menggunakan digital dengan kita sebut security crowdfunding," katanya.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Positif ke Ekonomi, Bank Digital Bikin Orang Banyak Belanja

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular