
Lippo Lepas Sebagian Besar Saham OVO, Wajarkah?
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
29 November 2019 10:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri Lippo Group Mochtar Riady mengungkapkan Lippo kini hanya memiliki 30-an persen sama OVO. Sisanya sudah dilepas atau dijual. Lalu apa kata pengamat?
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy menganggap pelepasan sebagian saham ini merupakan sesuatu yang wajar.
"Wajar Lippo melihat ada kecenderungan saat ini bukan saatnya untuk bakar duit. Arahnya e-commerce mendapat tuntutan dari investor untuk hasilkan keuntungan. Trennya di tahun-tahun mendatang gitu. Wajar ada kekhawatiran oleh Lippo," kata Yusuf Rendy di Jakarta (28/11/2019).
Yusuf Rendy menambahkan aksi bakar uang lewat diskon dan cashback yang berlebihan bisa berbahaya karena bisa memengaruhi masa depan perusahaan.
"Saya melihat masalah ekonomi digital kaya bubble. Dia tidak selamanya bertahan untuk misalnya dalam aksi-aksi bakar duit," lanjut Rendy.
Sebelumnya, Mochtar Riady menjelaskan Lippo sudah menjual dua pertiga saham OVO karena tidak kuat mendanai aksi bakar uang yang dilakukan dompet digital ini.
President OVO Karaniya Dharmasaputra mengungkapkan dalam dunia startup setiap investor bisa terdilusi jumlah kepemilikan sahamnya bila tidak ikut dalam aksi korporasi penambahan modal.
"Misalnya kalau saya invest ada dua pilihan ketika company membutuhkan capital baru, apakah saya ingin menambah kepemilikan modal saya atau saya memilih tidak ikut menambah kepemilikan modal. Kalau saya tidak ikut otomatis saham saya terdelusi," ujar Karaniya menjawab pertanyaan mengenai Lippo melepas sebagian kepemilikan di OVO, Kamis (28/11/2019).
Karaniya juga menjawab bakar uang adalah proses yang biasa dalam perusahaan teknologi. Namun dia mengatakan bahwa proses bakar uang diperusahaan teknologi berbeda dengan perusahaan konvensional.
Presiden Direktur Multipolar Group dan Direktur Lippo Group Adrian Suherman mengatakan sangat berkomitmen dalam mendukung pertumbuhan juga perkembangan OVO sebagai perusahaan fintech e-money Indonesia.
"Untuk itu sejak awal kami percaya bahwa membesarkan OVO tentunya memerlukan mitra yang dapat melengkapi visi dan misi kami dalam perkembangan fintech e-money," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (28/11/2019).
Adrian Suherman menambahkan dengan membuka peluang bagi mitra untuk mendukung OVO, kami tentunya percaya bahwa dengan ini OVO dapat tumbuh dan berkembang. Komitmen besar kami, dengan membawa mitra baru, adalah agar OVO terus dapat meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.
"Sebagai pendiri OVO, kami tentunya akan selalu aktif mendukung dan menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Kami bangga dapat terus menjadi bagian dari sebuah usaha yang telah menjadi aspek penting dalam keseharian masyarakat Indonesia, dan akan terus mendukung program pemerintah, BI juga OJK dalam meningkatkan inklusi keuangan negara," jelasnya.
(roy/roy) Next Article Pengakuan Mochtar Riady Soal Lippo Sudah Jual 70% Saham OVO
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy menganggap pelepasan sebagian saham ini merupakan sesuatu yang wajar.
"Wajar Lippo melihat ada kecenderungan saat ini bukan saatnya untuk bakar duit. Arahnya e-commerce mendapat tuntutan dari investor untuk hasilkan keuntungan. Trennya di tahun-tahun mendatang gitu. Wajar ada kekhawatiran oleh Lippo," kata Yusuf Rendy di Jakarta (28/11/2019).
"Saya melihat masalah ekonomi digital kaya bubble. Dia tidak selamanya bertahan untuk misalnya dalam aksi-aksi bakar duit," lanjut Rendy.
Sebelumnya, Mochtar Riady menjelaskan Lippo sudah menjual dua pertiga saham OVO karena tidak kuat mendanai aksi bakar uang yang dilakukan dompet digital ini.
President OVO Karaniya Dharmasaputra mengungkapkan dalam dunia startup setiap investor bisa terdilusi jumlah kepemilikan sahamnya bila tidak ikut dalam aksi korporasi penambahan modal.
"Misalnya kalau saya invest ada dua pilihan ketika company membutuhkan capital baru, apakah saya ingin menambah kepemilikan modal saya atau saya memilih tidak ikut menambah kepemilikan modal. Kalau saya tidak ikut otomatis saham saya terdelusi," ujar Karaniya menjawab pertanyaan mengenai Lippo melepas sebagian kepemilikan di OVO, Kamis (28/11/2019).
Karaniya juga menjawab bakar uang adalah proses yang biasa dalam perusahaan teknologi. Namun dia mengatakan bahwa proses bakar uang diperusahaan teknologi berbeda dengan perusahaan konvensional.
Presiden Direktur Multipolar Group dan Direktur Lippo Group Adrian Suherman mengatakan sangat berkomitmen dalam mendukung pertumbuhan juga perkembangan OVO sebagai perusahaan fintech e-money Indonesia.
"Untuk itu sejak awal kami percaya bahwa membesarkan OVO tentunya memerlukan mitra yang dapat melengkapi visi dan misi kami dalam perkembangan fintech e-money," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (28/11/2019).
Adrian Suherman menambahkan dengan membuka peluang bagi mitra untuk mendukung OVO, kami tentunya percaya bahwa dengan ini OVO dapat tumbuh dan berkembang. Komitmen besar kami, dengan membawa mitra baru, adalah agar OVO terus dapat meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.
"Sebagai pendiri OVO, kami tentunya akan selalu aktif mendukung dan menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Kami bangga dapat terus menjadi bagian dari sebuah usaha yang telah menjadi aspek penting dalam keseharian masyarakat Indonesia, dan akan terus mendukung program pemerintah, BI juga OJK dalam meningkatkan inklusi keuangan negara," jelasnya.
(roy/roy) Next Article Pengakuan Mochtar Riady Soal Lippo Sudah Jual 70% Saham OVO
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular