
Fintech Menjamur, Bos BCA: Perusahaan Besar Gak Boleh Serakah
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
11 November 2019 18:49

Jakarta, CNBC Indonesia- Berkembangnya teknologi, digitalisasi, hingga berkembangnya financial technology (fintech) turut memicu disrupsi pada industri perbankan. Kehadiran fintech membuat masyarakat bisa bertransaksi sebanyak-banyaknya di luar sistem perbankan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan sebagai perusahaan besar BCA tidak boleh memonopoli di bisnis perbankan. Menurutnya BCA memperkuat di sisi payment system yang menjadi kekuatan utama perusahaan.
"Sebagai perusahaan besar kita tidak boleh serakah. Tidak boleh semua dimonopoli," kata Jahja, Senin (11/11/2019).
Menurutnya Fintech seperti peer to peer lending, tetap melakukan kegiatannya, menjangkau pasar yang tidak dijangkau BCA.
"Yang kaya P2P yang kecil-kecil itu, sebelumnya kan kami tidak melakukan itu. Menurut saya biarin aja fintech yang menjalankan," katanya.
Dalam kesempatan yang sama Direktur BCA Santoso mengatakan adanya fintech, baik payment maupun lending tidak mengkhawatirkan perusahaan. Kehadiran fintech justru memberikan nilai tambah, dan semua ada masanya.
Meski demikian pihaknya tetap mencermati perkembangan fintech yang saat ini tengah gencar mengumpulkan data konsumen yang loyal.
"BCA welcome untuk transaksi kecil yang bisa dilakukan fintech karena memberikan efisiensi. Kita tidak perlu khawatir dengan fintech, karena mereka memberikan nilai tambah. Kita tidak saling mematikan tapi saling mendukung," kata Santoso.
Meski tidak turut mengambil pasar fintech lending, BCA tetap bertransformasi menjadi bank digital. Saat ini 95% transaksi BBCA terjadi di luar cabang, kebutuhan penambahan cabang pun tidak seperti dulu lagi.
Jahja menegaskan BCA telah menjadi digital bank. Terutama dengan kerja sama yang dibangun dengan berbagai e-Commerce seperti Traveloka, Tiket.com, Tokopedia, Blibli, hingga yang berdagang di platform Instagram ataupun Facebook.
"Kami sudah digital bank, mau apalagi. BCA ada virtual account. Kalau pernah belanja di Tokopedia atau di bukalapak, semua sudah bisa pakai BCA, artinya kita sudah digital bank," kata Jahja
(roy/roy) Next Article Ini Reformasi Digital OJK di 2020
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan sebagai perusahaan besar BCA tidak boleh memonopoli di bisnis perbankan. Menurutnya BCA memperkuat di sisi payment system yang menjadi kekuatan utama perusahaan.
"Sebagai perusahaan besar kita tidak boleh serakah. Tidak boleh semua dimonopoli," kata Jahja, Senin (11/11/2019).
"Yang kaya P2P yang kecil-kecil itu, sebelumnya kan kami tidak melakukan itu. Menurut saya biarin aja fintech yang menjalankan," katanya.
Dalam kesempatan yang sama Direktur BCA Santoso mengatakan adanya fintech, baik payment maupun lending tidak mengkhawatirkan perusahaan. Kehadiran fintech justru memberikan nilai tambah, dan semua ada masanya.
Meski demikian pihaknya tetap mencermati perkembangan fintech yang saat ini tengah gencar mengumpulkan data konsumen yang loyal.
"BCA welcome untuk transaksi kecil yang bisa dilakukan fintech karena memberikan efisiensi. Kita tidak perlu khawatir dengan fintech, karena mereka memberikan nilai tambah. Kita tidak saling mematikan tapi saling mendukung," kata Santoso.
Meski tidak turut mengambil pasar fintech lending, BCA tetap bertransformasi menjadi bank digital. Saat ini 95% transaksi BBCA terjadi di luar cabang, kebutuhan penambahan cabang pun tidak seperti dulu lagi.
Jahja menegaskan BCA telah menjadi digital bank. Terutama dengan kerja sama yang dibangun dengan berbagai e-Commerce seperti Traveloka, Tiket.com, Tokopedia, Blibli, hingga yang berdagang di platform Instagram ataupun Facebook.
"Kami sudah digital bank, mau apalagi. BCA ada virtual account. Kalau pernah belanja di Tokopedia atau di bukalapak, semua sudah bisa pakai BCA, artinya kita sudah digital bank," kata Jahja
(roy/roy) Next Article Ini Reformasi Digital OJK di 2020
Most Popular