Bos BCA: Kami Sudah Digital Bank

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
11 November 2019 18:16
BBCA telah bertransformasi menjadi bank digital. Saat ini 95% transaksi BBCA terjadi di luar cabang, kebutuhan penambahan cabang pun tidak seperti dulu lagi.
Foto: PT Bank Central Asia Tbk. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) telah bertransformasi menjadi bank digital. Saat ini 95% transaksi BBCA terjadi di luar cabang, kebutuhan penambahan cabang pun tidak seperti dulu lagi

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menegaskan BCA telah menjadi digital bank. Terutama dengan kerja sama yang dibangun dengan berbagai e-Commerce seperti Traveloka, Tiket.com, Tokopedia, Blibli, hingga yang berdagang di platform Instagram ataupun Facebook.


"Kami sudah digital bank, mau apalagi. BCA ada virtual account. Kalau pernah belanja di Tokopedia atau di Bukalapak, semua sudah bisa pakai BCA, artinya kita sudah digital bank," kata Jahja, Senin (11/11/2019).

Berbagai fitur sebagai digital bank pun menurut Jahja, BCA telah memilikinya. Dia mencontohkan adanya fitur oneclick yang bisa digunakan untuk top up dompet elektronik, keyboard BCA untuk kemudahan transfer uang, hingga membuka tabungan tanpa harus datang ke cabang.

"Millennial yang masih digital. Dulu ATM 70% dari seluruh transaksi sekarang turun ke 17%. Masih banyak yang pakai tapi turun dibandingkan total transaksi," katanya.

Berdasarkan data BCA, nasabah BCA makin banyak yang berpindah ke mobile banking dan internet banking untuk transaksi yang membuat transaksi di kantor cabang anjlok. Bila pada 2007 transaksi nasabah di cabang mencapai 17% dari total transaksi, maka pada Agustus 2019 transaksi nasabah di cabang tinggal 1,8%.

Pengguna mobile banking malah naik tinggi dari dari 4,2% menjadi 46,5%. Internet banking melambung dari 7,6% menjadi 28,5%.

"Dari sisi value, transaksi di cabang dari 56% menjadi 50%. Ternyata di Indonesia masih dibutuhkan eksistensi cabang terutama untuk handling uang tunai, kliring, cek dan lainnya dan transaksi nilai besar," ujar Jahja.

Jahja menambahkan ke depan akan terjadi revolusi cara masyarakat bertransaksi dalam bidang ritel. Contohnya seperti di China di mana pengemis datang bukan dengan topi tetapi gadget.

"Tapi kalau bisnis perbankan saya yakin bisnis korporasi, komersial, UKM dan konsumer loan KPR dan KKB masih tetap butuh konvensional hanya proses di bank akan sangat cepat. Lalu dengan korporasi ada sistem layanan sendiri dan kalau bisa connect, kita bisa layani dengan baik," jelasnya



(roy/roy) Next Article Saingi Artos, BCA Bakal Sulap Bank Royal Jadi Bank Digital

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular