
Benarkah Pengangguran RI Turun Gegara Jadi Driver Ojol?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
24 October 2019 12:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa angkat bicara soal tudingan penurunan pengangguran di Indonesia karena masyarakat beralih jadi driver ojek online (ojol).
Menurutnya, penurunan tenaga kerja di Indonesia bukan karena menjamurnya driver ojek online tetapi karena adanya peralihan pekerjaan.
"Itu enggaklah [pengangguran turun karena jadi driver ojek online]. Ya memang ada shifting dari pekerjaan, karena adanya shifting dan pas ada lapangan pekerjaan yang dibutuhkan," ujarnya di Istana Negara, Jakarta, Kamis (24/2019).
Suharso menambahkan sekarang ini rekrutan baru atau kelas pekerja produktif tidak mau bekerja dengan kontrak kerja yang lama tetapi ingin kontrak singkat seperti bekerja dengan bayaran per jam.
"Jadi akan diantisipasi, bagaimana akomodasi merek ke depan. Kalau dilakukan akan luar biasa. Jadi enggaklah [pengangguran turun karena jadi ojol]," tegasnya.
Sebelumnya, mantan menteri Keuangan Chatib Basri mengkritik laporan realisasi RPJM 2014-2019, tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 5,34% pada tahun 2018 dari 5,94% pada tahun 2014. Menurutnya ada yang harus diperhatikan dari angka tersebut.
Menurutnya, pemerintah tidak banyak menciptakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan klasifikasi dan kualitas lulusan dengan pendidikan tinggi. Klasifikasi pekerjaan yang ada, sambung Chatib dari tingkat SD hingga SMP ini biasanya lebih kepada non-educated.
"Misalnya pekerjaan informal. Driver Ojol. Nah tamatan SD sampai SMP ini biasanya pekerjaan apa saja diambil. Bagaimana tamatan Universitas? Mana mau jadi tukang sapu kan?" terangnya.
"Jika tak mau terjebak di middle income trap maka pemerintah perlu menyediakan lapangan pekerjaan yang well educated. Harus di-create job baru di sektor formal," imbuhnya.
(roy/dru) Next Article Saat Ribuan PNS Layaknya Pegawai Startup, Kerja di Rumah!
Menurutnya, penurunan tenaga kerja di Indonesia bukan karena menjamurnya driver ojek online tetapi karena adanya peralihan pekerjaan.
"Itu enggaklah [pengangguran turun karena jadi driver ojek online]. Ya memang ada shifting dari pekerjaan, karena adanya shifting dan pas ada lapangan pekerjaan yang dibutuhkan," ujarnya di Istana Negara, Jakarta, Kamis (24/2019).
![]() |
"Jadi akan diantisipasi, bagaimana akomodasi merek ke depan. Kalau dilakukan akan luar biasa. Jadi enggaklah [pengangguran turun karena jadi ojol]," tegasnya.
Sebelumnya, mantan menteri Keuangan Chatib Basri mengkritik laporan realisasi RPJM 2014-2019, tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 5,34% pada tahun 2018 dari 5,94% pada tahun 2014. Menurutnya ada yang harus diperhatikan dari angka tersebut.
Menurutnya, pemerintah tidak banyak menciptakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan klasifikasi dan kualitas lulusan dengan pendidikan tinggi. Klasifikasi pekerjaan yang ada, sambung Chatib dari tingkat SD hingga SMP ini biasanya lebih kepada non-educated.
"Misalnya pekerjaan informal. Driver Ojol. Nah tamatan SD sampai SMP ini biasanya pekerjaan apa saja diambil. Bagaimana tamatan Universitas? Mana mau jadi tukang sapu kan?" terangnya.
"Jika tak mau terjebak di middle income trap maka pemerintah perlu menyediakan lapangan pekerjaan yang well educated. Harus di-create job baru di sektor formal," imbuhnya.
(roy/dru) Next Article Saat Ribuan PNS Layaknya Pegawai Startup, Kerja di Rumah!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular