Di OECD Paris, Bappenas: RI Bisa Pimpin Pasar E-commerce Asia

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
25 May 2019 09:34
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia terus berkomitmen untuk berinovasi dalam menerapkan ekonomi digital.
Foto: Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia terus berkomitmen untuk berinovasi dalam menerapkan ekonomi digital. Pasalnya hal ini yang mampu membuat Indonesia meningkatkan produktivitas ekonomi dan membuka kesempatan lapangan kerja baru.

Bahkan Indonesia diproyeksi menjadi pemimpin pasar digital atau e-commerce dengan pangsa pasar (share) hingga 52% pada 2025 mendatang.

Hal ini diungkapkan Bambang saat hadir dalam pertemuan tahunan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Ministerial Meeting 2019 di Paris, Perancis, dengan tema "Unlocking the Potential of Digital Transition: The Role of Governments and Importance of International Cooperation".


Saat ini OECD terdiri dari 36 negara angola dengan beberapa mitra kunci termasuk Indonesia. Organisasi ini didirikan pada 1960 dengan tujuan merumuskan kebijakan dalam bidang kesejahteraan masyarakat global.

"Indonesia diprediksi menjadi pemimpin pasar e-commerce Asia Tenggara dengan prediksi share sebesar 52% pada 2025. Capaian tersebut akan tercipta berkat dorongan perkembangan masyarakat kelas menengah dan perbaikan akses infrastruktur digital," ujar Bambang di Paris melalui keterangan resmi, dikutip Sabtu (25/5/2019).

Optimisme tersebut muncul salah satunya karena keberhasilan Indonesia di daftar peringkat teknologi informasi dan komunikasi dalam laporan Global Information Technology Report. Indonesia melesat ke peringkat 64 dari 148 negara pada 2015, naik signifikan dari peringkat 76 di 2013 dari 144 negara, mengacu daya World Economic Forum (WEF).

Namun, meski berhasil menduduki peringkat yang cukup baik, pertumbuhan teknologi informasi Indonesia masih dapat ditingkatkan dengan penyediaan infrastruktur yang lebih mumpuni.

"Indonesia membutuhkan usaha kolektif dari berbagai pihak, tak terbatas hanya pada pemerintah saja. Di era digital seperti saat ini, inklusi, efisiensi, dan inovasi sangat dibutuhkan agar teknologi informasi dan komunikasi Indonesia dapat terus meningkat kualitasnya," jelasnya.

Menurutnya, pemerintah Indonesia terus meningkatkan pelayanan teknologi komunikasi dan informasi bagi pengguna internet di Indonesia yang mencapai 143,26 juta jiwa atau sebesar 54,7% dari total penduduk Indonesia, sementara penetrasi gawai (telepon genggam/tablet) mencapai 50,1% pada 2017.

Hingga 2019, data Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan progres signifikan terkait teknologi informasi dan komunikasi Indonesia. Perkembangan itu di antaranya ada 478 dari total 514 kabupaten/kota sudah terjangkau Palapa Ring, dan 1086 Base Tranceiver Stations (BTS) sudah tersebar di area perbatasan dan tertinggal.

Selain itu ada 4.111 akses internet bagi sekolah, fasilitas kesehatan, dan kantor-kantor perkotaan, hingga penyediaan 150 Gbps (gigabyte per secondHigh Throughput Satellite.

"Tidak dapat dipungkiri, teknologi informasi harus menjadi salah satu prioritas pembangunan," katanya.

"Digitalisasi juga membantu Indonesia untuk menerapkan kebijakan yang lebih tepat dan akurat dengan menggunakan data valid yang tersedia melalui One Data Indonesia yang keseluruhan operasionalnya menggunakan teknologi informasi dan komunikasi," tegas lagi.


(tas) Next Article Proyeksi Ekonomi Digital ASEAN 2025 Diprediksi Turun, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular