Alasan Ibu Kota RI Harus Pindah: Karena Jawa Sudah Lelah
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
17 May 2019 10:41
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro kembali membeberkan beberapa alasan pemerintah berencana memindahkan ibu kota ke luar Jawa. Hal tersebut dikemukakan Bambang melalui akun Instagram pribadinya, seperti dikutip CNBC Indonesia, Jumat (17/5/2019).
"Alasan pertama, karena Jawa sudah lelah. Lebih dari separuh penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa yang luasnya lebih kecil dibandingkan Papua, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi," kata Bambang.
Kepadatan penduduk di Jawa, sambung Bambang, apabila terus berlanjut maka tak akan ada lagi ruang yang tersisa di pulau tersebut. Terutama, dari sisi ketersediaan air bersih dan pangan.
Bambang mengemukakan, saat ini sebagian besar wilayah Jawa sudah mengalami krisis air bersih.
"Satu rumah punya satu sumur bor, maka sama saja pelan-pelan kita menenggelamkan pulau Jawa," jelasnya.
Selain air, juga ada masalah pangan. Bambang mengatakan, alasan Belanda mengincar Jawa ketika zaman penjajahan tak lepas dari tanah di Pulau Jawa yang subur.
"Namun ketika ada 150 juta orang hidup dan beranak pinak, pelan-pelan lahan sawah yang subur tergerus menjadi perumahan, cluster, dan townhouse. Lihat saja di sekeliling Anda, berapa banyak sawah yang kini dipasang iklan KPR atau promo perumahan baru," tutur Bambang
"Jika diteruskan, mau di mana lagi kita menanam padi? Kalau tidak ada padi, bagaimana kita akan makan nasi? Jika tidak ada air bersih dan pangan, bagaimana kita akan hidup?,"
"Sudah saatnya ada pemerataan dan mobilisasi manusia dari Jawa menuju daerah-daerah lain. Pemindahan Ibu Kota adalah trigger awal untuk pemerataan," tegas Bambang.
Simak video terkait pemindahan ibu kota di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Bangun Ibu Kota Baru, Cukupkah Satu Periode Pemerintahan?
"Alasan pertama, karena Jawa sudah lelah. Lebih dari separuh penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa yang luasnya lebih kecil dibandingkan Papua, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi," kata Bambang.
Kepadatan penduduk di Jawa, sambung Bambang, apabila terus berlanjut maka tak akan ada lagi ruang yang tersisa di pulau tersebut. Terutama, dari sisi ketersediaan air bersih dan pangan.
 Foto: Dialog Nasional Pemindahan Ibu Kota Negara (Instagram) |
Bambang mengemukakan, saat ini sebagian besar wilayah Jawa sudah mengalami krisis air bersih.
"Satu rumah punya satu sumur bor, maka sama saja pelan-pelan kita menenggelamkan pulau Jawa," jelasnya.
Selain air, juga ada masalah pangan. Bambang mengatakan, alasan Belanda mengincar Jawa ketika zaman penjajahan tak lepas dari tanah di Pulau Jawa yang subur.
"Namun ketika ada 150 juta orang hidup dan beranak pinak, pelan-pelan lahan sawah yang subur tergerus menjadi perumahan, cluster, dan townhouse. Lihat saja di sekeliling Anda, berapa banyak sawah yang kini dipasang iklan KPR atau promo perumahan baru," tutur Bambang
"Jika diteruskan, mau di mana lagi kita menanam padi? Kalau tidak ada padi, bagaimana kita akan makan nasi? Jika tidak ada air bersih dan pangan, bagaimana kita akan hidup?,"
"Sudah saatnya ada pemerataan dan mobilisasi manusia dari Jawa menuju daerah-daerah lain. Pemindahan Ibu Kota adalah trigger awal untuk pemerataan," tegas Bambang.
Simak video terkait pemindahan ibu kota di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Bangun Ibu Kota Baru, Cukupkah Satu Periode Pemerintahan?
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular