Merger OVO-DANA, Bisakah Grab Kalahkah Gojek & Kuasai RI?

Roy Franedya, CNBC Indonesia
13 September 2019 07:08
Merger OVO-DANA, Bisakah Grab Kalahkah Gojek & Kuasai RI?
Foto: Grab (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Grab Holdings sedang siapkan strategi baru untuk kalahkan Gojek. Grab dikabarkan sedang dalam pembicaraan untuk menggabungkan (merger) aplikasi dompet digital (e-wallet) OVO dan DANA untuk kalahkan GoPay.

Hal ini dilaporkan oleh Reuters mengutip seorang sumber yang namanya tak ingin disebut, seperti dilansir CNBC Indonesia, Jumat (13/9/2019).


Dalam laporan Reuters disebut Grab tertarik untuk membeli mayoritas saham DANA, dompet digital milik Elang Mahkota Teknologi (Emtek) dan Ant Financial, kemudian menggabungkannya dengan OVO. Dinyatakan Grab dan Lippo Group adalah pemegang saham OVO.

Tidak segera jelas berapa nilai kesepakatan tersebut. Namun dalam laporan Finance Asia, mengutip seorang sumber, valuasi OVO mencapai US$ 2,9 miliar. Adapun valuasi DANA belum bisa ditentukan.

Lanjut ke halaman selanjutnya >>> Potensi bisnis pembayaran digital


Ambisi Grab untuk menjadi pemain utama di pasar pembayaran digital dengan menggusur Gojek dan GoPay sudah menunjukkan betapa menariknya bisnis.

Bisnis pembayaran digital memang sedang berkembang pesat di Indonesia, bisnis itu tumbuh seiring dengan booming e-commerce dan beralihnya masyarakat Indonesia ke arah cashless sosiety (tanpa uang tunai).


Riset iPrice dan App Annie mengatakan tahun 2018 transaksi e-wallet Indonesia sudah tembus US$1,5 miliar dan diprediksi pada 2023 akan tembus US$ 25 miliar.

Mengutip Statista, tahun ini valuasi pembayaran digital di Indonesia akan tembus US$32,44 miliar atau setara Rp 454,16 triliun (asumsi USS1 = Rp 14.000). Jumlah penggunanya diprediksi mencapai 147,1 juta dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 260 juta jiwa.

Dari pasar tersebut sebesar US$31,84 miliar merupakan pembayaran digital di bidang perdagangan. Saat ini penetrasi digital commerce atau penggunaan dompet digital untuk perdagangan sudah mencapai 54,59% dan akan terus meningkat seiring dengan beralihnya masyarakat ke pembayaran non-tunai.

Statista memprediksi rata-rata tiap tahun industri pembayaran digital di Indonesia akan tumbuh 11,4%. Pada 2023 nilai transaksi pembayaran digital diramalkan mencapai US$50,01 miliar (Rp 700,14 triliun).

Riset dari MDI Ventures & Mandiri Sekuritas memperkirakan volume transaksi mobile payment sebesar US$16,4 miliar pada 2019. Angka itu setara 2% dari gross domestik bruto (GDP) Indonesia sebesar US$888,6 miliar. Sedangkan potensi pasar ini akan melonjak menjadi US$30 miliar atau setara Rp459 triliun pada 2020 atau seperlima di dunia.


Lanjut ke halaman berikutnya >>> Mampukah OVO & DANA Gusur GoPay?



Cara paling ampuh untuk menaklukan Gojek memang mengalahkan GoPay. Maklum, GoPay dan GoFood (pengantaran makanan) kini menjadi mesin pencetak uang bagi Gojek.

Dalam riset AlphaWise dan Morgan Stanley yang bertajuk "Indonesia Banks: Fintech continues to lead digital payment market" terungkap GoPay dan OVO merupakan dua dompet digital yang memiliki awareness yang sangat tinggi dengan jumlah pengguna yang besar.


Dalam riset Morgan Stanley disebutkan pada 2017 lalu setengah transaksiGojek, mencapai 100 juta transaksi per bulan diproses melalui Gopay. Rata-rata GoPay menangahi transaksi mencapai 1,6 juta per hari. Morgan Stanley menyebut nilai transaksi Gojek tahun lalu mencapai Rp 89 triliun.

Riset iPrice dan App Annie mengungkap pada kuartal II-2019 e-wallet paling populer di Indonesia adalah GoPay. Peringkat selanjutnya adalah OVO dan DANA. GoPay konsisten berada diperingkat nomor satu sejak kuartal IV-2017. iPrice dan App Annie mendasarkan hal ini berdasarkan jumlah download aplikasi dan pengguna aktif bulanan.

Penggabungan OVO dan DANA mungkin akan meningkatkan valuasi perusahaan dan jumlah penggunanya. Namun semuanya kembali kepada pengguna lebih nyaman menggunakan dompet digital yang mana.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular