
Bukalapak PHK Karyawan: Efisiensi & Efek Strategi Bakar Uang
Roy Franedya, CNBC Indonesia
11 September 2019 06:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Startup e-commerce tanah air, Bukalapak, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada ratusan karyawan pada beberapa divisi. Hal ini terungkap dari laporan beberapa karyawan yang mengaku mengalami langsung PHK tersebut.
Sumber CNBC Indonesia menyebutkan PHK tersebut dilakukan Bukalapak dengan alasan efisiensi.
"Ada ratusan yang kena. Kita (yang terkena PHK) sudah beberapa kali audiensi dengan manajemen di lokasi yang berbeda," sebut sumber CNBC Indonesia yang membisikkan kabar tersebut seperti ditulis Selasa (10/9/2019).
CNN Indonesia juga menuliskan karyawan di divisi Marketing hingga customer service Bukalapak termasuk yang menjadi 'korban' dari dugaan efisiensi perusahan. Beberapa divisi seperti engineer, marketing, dan costumer service menjadi 'korban' dari dugaan pemangkasan tersebut Bukalapak.
Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono mengatakan Bukalapak perlu menata diri setelah tumbuh besar secara cepat dalam waktu singkat.
"Di skala perusahaan seperti ini tentunya kami perlu untuk menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa atau bisa kami sebut sebagai a grown up company," ujarnya kepada CNBC Indonesia melalui layanan WhatsApp, Selasa (10/9/2019).
Intan Wibisono menambahkan langkah ini terutama untuk menjamin visi Bukalapak untuk terus tumbuh sebagai e-commerce berkelanjutan dalam jangka panjang.
"Keberlanjutan penting bagi kami ketika pertumbuhan GMV [Gross Merchandise Value] menjadi indikator penting bagi e-commerce. Perusahaan kami telah berkembang ke tahap selanjutnya dan telah berhasil menghasilkan peningkatan dalam monetisasi, memperkuat profitabilitas, yang berjalan dengan baik dan bahkan di atas harapan kami," jelas Intan Wibisono.
"Yang jelas kami menata diri secara terbatas dan selektif supaya kami bisa fokus untuk bisa implementasi strategi bisnis jangka panjang."
Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Keputusan Bukalapak untuk PHK ratusan karyawannya cukup mengagetkan. Pasal sektor e-commerce merupakan salah satu bagian ekonomi digital yang tumbuh cukup baik dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, Bukalapak juga termasuk e-commerce yang agresif merekrut karyawan. iPrice mencatat sejak 2018, Bukalapak rajin menambah 200-300 karyawan setiap kuartal. Pada Kuartal II-2019 total pekerja Bukalapak mencapai 2.933 karyawan.
Namun persaingan di sektor e-commerce memang sudah semakin ketat. Sektor ini disebut sudah memasuki periode konsolidasi yang membuat hanya sedikit e-commerce yang akan bertahan di pasar.
Ketua umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan, pada dasarnya e-commerce harus bisa menyeimbangkan strategi jangka panjang dan pendek agar bisa bertahan.
"Ya pada dasarnya harus bisa mem-balance short term (jangka pendek) dan long term (jangka panjang). Dari sisi spending (pengeluaran), hiring (perekrutan), termasuk juga product development (pengembangan produk)," kata Ignatius Untung, seperti dikutip dari detikcom, Selasa (10/9/2019).
Ignatius Untung menambahkan e-commerce juga harus bijaksana dalam mengalokasikan dana yang dimiliki. Salah satunya adalah kebiasaan bakar uang dan memberikan berbagai promo.
Menurut Untung, kebiasaan bakar uang tersebut memang membuat e-commerce menjadi lebih kompetitif. Cuma, bila pengelolaannya tak hati-hati justru bisa membuat perusahaan merugi.
"Walaupun sejujurnya memang nggak mudah, terutama karena bakar uangnya juga sudah dilakukan beramai-ramai. Kalau nggak ikutan ya memang jadi kurang kompetitif," tuturnya.
Strategi bakar uang memang jadi strategi pilihan e-commerce Indonesia untuk menggaet pelanggan. Strategi ini membuat e-commerce harus menanggung kerugian dari diskon yang diberikan sehingga membuat perusahaan mengalami defisit.
Untuk menutupi defisit dan melakukan strategi bakar uang berkelanjutan, e-commerce mengandalkan dana dari investor. Celakanya bila dana investor menipis dan e-commerce kesulitan mendapatkan investor baru, nasib e-commerce bisa diujung tanduk.
Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan fenomena PHK di Bukalapak ini mematahkan teori ada shifting besar-besaran dari konsumsi ritel konvensional ke ritel online.
"Faktanya kondisi ekonomi saat ini sama-sama berat baik bagi pemain konvensional maupun online," kata Bhima seperti dikutip dari detikcom.
Dia menjelaskan konsumsi rumah tangga memang rendah dikisaran 5%, kemudian kelas menengah dan atas yang tadinya diandalkan untuk mendorong konsumsi akhirnya terpaksa menahan belanja. "Konsumen sedang khawatir isu resesi ekonomi global, perang dagang, rendahnya harga komoditas," jelas dia.
Bhima Yudhistira Adhinegara menambahkan PHK Bukalapak merupakan peringatan untuk pemerintah yang menjadi pengambil kebijakan untuk perumbuhan ekonomi.
"Ini warning, sektor ritel kan di ujung dari rantai pasok. Artinya pemerintah perlu memperhatikan jangan-jangan di hulunya sudah lama terjadi PHK diam-diam," kata Bhima.
Dia mengungkapkan kondisi ini bisa mendorong pelemahan daya beli dan pertumbuhan ekonomi.
(roy/sef) Next Article Startup Unicorn Zaman Now: Bukalapak, Harus PHK Demi Cuan
Sumber CNBC Indonesia menyebutkan PHK tersebut dilakukan Bukalapak dengan alasan efisiensi.
"Ada ratusan yang kena. Kita (yang terkena PHK) sudah beberapa kali audiensi dengan manajemen di lokasi yang berbeda," sebut sumber CNBC Indonesia yang membisikkan kabar tersebut seperti ditulis Selasa (10/9/2019).
"Di skala perusahaan seperti ini tentunya kami perlu untuk menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa atau bisa kami sebut sebagai a grown up company," ujarnya kepada CNBC Indonesia melalui layanan WhatsApp, Selasa (10/9/2019).
Intan Wibisono menambahkan langkah ini terutama untuk menjamin visi Bukalapak untuk terus tumbuh sebagai e-commerce berkelanjutan dalam jangka panjang.
"Keberlanjutan penting bagi kami ketika pertumbuhan GMV [Gross Merchandise Value] menjadi indikator penting bagi e-commerce. Perusahaan kami telah berkembang ke tahap selanjutnya dan telah berhasil menghasilkan peningkatan dalam monetisasi, memperkuat profitabilitas, yang berjalan dengan baik dan bahkan di atas harapan kami," jelas Intan Wibisono.
"Yang jelas kami menata diri secara terbatas dan selektif supaya kami bisa fokus untuk bisa implementasi strategi bisnis jangka panjang."
Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Keputusan Bukalapak untuk PHK ratusan karyawannya cukup mengagetkan. Pasal sektor e-commerce merupakan salah satu bagian ekonomi digital yang tumbuh cukup baik dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, Bukalapak juga termasuk e-commerce yang agresif merekrut karyawan. iPrice mencatat sejak 2018, Bukalapak rajin menambah 200-300 karyawan setiap kuartal. Pada Kuartal II-2019 total pekerja Bukalapak mencapai 2.933 karyawan.
Namun persaingan di sektor e-commerce memang sudah semakin ketat. Sektor ini disebut sudah memasuki periode konsolidasi yang membuat hanya sedikit e-commerce yang akan bertahan di pasar.
Ketua umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan, pada dasarnya e-commerce harus bisa menyeimbangkan strategi jangka panjang dan pendek agar bisa bertahan.
"Ya pada dasarnya harus bisa mem-balance short term (jangka pendek) dan long term (jangka panjang). Dari sisi spending (pengeluaran), hiring (perekrutan), termasuk juga product development (pengembangan produk)," kata Ignatius Untung, seperti dikutip dari detikcom, Selasa (10/9/2019).
Ignatius Untung menambahkan e-commerce juga harus bijaksana dalam mengalokasikan dana yang dimiliki. Salah satunya adalah kebiasaan bakar uang dan memberikan berbagai promo.
Menurut Untung, kebiasaan bakar uang tersebut memang membuat e-commerce menjadi lebih kompetitif. Cuma, bila pengelolaannya tak hati-hati justru bisa membuat perusahaan merugi.
"Walaupun sejujurnya memang nggak mudah, terutama karena bakar uangnya juga sudah dilakukan beramai-ramai. Kalau nggak ikutan ya memang jadi kurang kompetitif," tuturnya.
Strategi bakar uang memang jadi strategi pilihan e-commerce Indonesia untuk menggaet pelanggan. Strategi ini membuat e-commerce harus menanggung kerugian dari diskon yang diberikan sehingga membuat perusahaan mengalami defisit.
Untuk menutupi defisit dan melakukan strategi bakar uang berkelanjutan, e-commerce mengandalkan dana dari investor. Celakanya bila dana investor menipis dan e-commerce kesulitan mendapatkan investor baru, nasib e-commerce bisa diujung tanduk.
Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan fenomena PHK di Bukalapak ini mematahkan teori ada shifting besar-besaran dari konsumsi ritel konvensional ke ritel online.
"Faktanya kondisi ekonomi saat ini sama-sama berat baik bagi pemain konvensional maupun online," kata Bhima seperti dikutip dari detikcom.
Dia menjelaskan konsumsi rumah tangga memang rendah dikisaran 5%, kemudian kelas menengah dan atas yang tadinya diandalkan untuk mendorong konsumsi akhirnya terpaksa menahan belanja. "Konsumen sedang khawatir isu resesi ekonomi global, perang dagang, rendahnya harga komoditas," jelas dia.
Bhima Yudhistira Adhinegara menambahkan PHK Bukalapak merupakan peringatan untuk pemerintah yang menjadi pengambil kebijakan untuk perumbuhan ekonomi.
"Ini warning, sektor ritel kan di ujung dari rantai pasok. Artinya pemerintah perlu memperhatikan jangan-jangan di hulunya sudah lama terjadi PHK diam-diam," kata Bhima.
Dia mengungkapkan kondisi ini bisa mendorong pelemahan daya beli dan pertumbuhan ekonomi.
(roy/sef) Next Article Startup Unicorn Zaman Now: Bukalapak, Harus PHK Demi Cuan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular