Ini Penjelasan Lengkap Bos BI Soal Standardisasi QR Code

Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
21 March 2019 18:05
Dalam dua bulan ke depan akan dilakukan pilot project kedua untuk memperluas program elektronifikasi berbasis QR Code.
Foto: Bank Indonesia (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pilot projek pertama pengujian sistem pembayaran berbasis quick response code (QR Code) Indonesia Standar (IS) sudah berhasil dilakukan. Pihaknya akan memperluas langsung kepada masyarakat selama dua bulan ke depan dalam pilot project kedua.

"Tentu saja kita akan lebih efisien dalam melakukan transaksi sistem pembayaran dan ini akan memperkuat program elektronifikasi yang selama ini sudah kami luncurkan untuk penyaluran bantuan sosial, moda transportasi dan keuangan pemerintah daerah," kata Perry dalam pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur, di Kantor BI, Kamis (21/3/2019). 


Perry menjelaskan QR IS memiliki mode merchant presented mode. Jika masyarakat berbelanja ke toko atau merchant maka akan ada mesin EDC (Electronic Data Capture) yang mengeluarkan struk belanjaan. Kemudian setelah harga dibayarkan, lanjut Perry, maka merchant akan mengeluarkan QR IS. 

Hanya saja, kata Perry, merchant untuk mendapat QR IS harus tersambung dengan bank atau penerbit uang elektronik.  

"Kalau untuk transaksi yang kecil-kecil umumnya akan menggunakan uang elektronik yang ada di dompet elektronik. Kalau belanja gede yah bisa menggunakan seperti nanti langsung didebitkan ke rekening seperti layaknya Anda menggesek kartu debit," jelas Perry.

Dengan begitu, QR IS ini akan memperlancar proses transaksi. Perry menegaskan, QR IS ini akan menjadi milik BI , namun dibangun bersama dengan industri. 

Ketua Komite VII (Pengelola Standar) Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), Santoso, mengungkapkan kepada CNBC Indonesia bahwa sekarang ada kecenderungan pemain besar dalam sistem pembayaran ingin terus menguasai dalam kompetisi maka diperlukan standar.

"Objektifnya standardisasi adalah supaya ke depan kita itu punya standar dan platform yang sama. Sekarang kecenderungannya adalah pemain yang besar minta terus menerus. Punya ego sendiri supaya bisa berkompetisi," ungkap Santoso. 

Santoso yang juga merupakan Direktur Bank BCA mencontohkan kondisi BCA saat menjadi satu-satunya pemain besar. Saat itu, BCA lapang dada untuk membuka platform sistem pembayarannya demi untuk unggul bersama.

"Artinya, apa yang sudah kita invest kenapa tidak juga kita sediakan buat pemain-pemain lain?" katanya.


(roy/roy) Next Article Siap-siap! Tahun Depan Bayar Tagihan Tinggal Scan QR Code

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular