
Pengaturan QR Code Jadi Peluang RI Saingi WeChat & Alipay?
Ranny Virginia Utami, CNBC Indonesia
16 November 2018 08:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo mengaku saat ini Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) berencana untuk melakukan standardisasi quick response (QR) code untuk sistem pembayaran di Indonesia.
Rencana ini menjawab tantangan perbankan di era digital yang kini bersaing dengan semakin maraknya pelakuĀ financial technology (fintech) yang mulai mencuri perhatian konsumen dalam negeri.
"Kami lagi menggagas untuk menggabungkan QR code dengan Himbara ya. Kami lihat QR code ini ternyata memberikan kemudahan dengan tools-nya," kata Direktur Utama Bank Mandiri yang akrab disapa Tiko ini di acara Indonesia Banking Expo, Hotel Fairmont Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Penggunaan QR code dalam sistem pembayaran, kata Tiko, nanti akan berintegrasi dengan tabungan dan atau kartu kredit sehingga cakupan yang masuk sebagai pengguna akan lebih luas. Hal ini dilakukan demi mengakomodasi semua penabung atau nasabah dari bank, terutama Himbara.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, proses pengembangan QR code sendiri sejauh ini masih dalam tahap pembahasan. Meski Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) belum memberikan standar terhadap QR code, ia memastikan pihaknya mungkin akan lebih dulu menerbitkan QR code paling lambat awal tahun depan.
"ASPI ini mungkin kan masih butuh waktu. Bisa jadi kami duluan, tetapi nanti kami lihat apakah butuh penyesuaian lagi atau tidak," kata Tiko.
Gagasan mengenai standarisasi QR code menuai banyak masukan, baik pro dan kontra. Namun, Tiko menegaskan ekosistem yang akan tercipta melalui standarisasi ini justru akan lebih menguntungkan dan adil, baik bagi perbankan maupun pelaku fintech yang berkembang pesat belakangan ini.
"Intinya kan, bagaimana kita bisa menghidupkan ekosistem, dan ekosistem ini kan kuncinya di merchant-nya," ujarnya.
Ia pun memberi contoh, sebuah merchant seperti tukang bakso menawarkan sistem pembayaran melalui QR code. Jika tidak ada keseragaman atau standar yang sama, maka tak menutup kemungkinan tukang bakso ini memiliki lebih dari satu stiker QR code di gerobaknya.
Sementara, dari sisi pelaku industri keuangan, menurut Tiko, QR code yang ideal hanya satu sehingga mereka pun tak perlu menggelontorkan dana lebih untuk pengadaan fasilitas QR code masing-masing.
"Nanti tinggal bagaimana bank atau pemain fintech melalui satu QR code ini bisa memainkan promo yang berbeda-beda. Jadi QR code di sini hanya sebagai tools yang bisa digunakan universal," tutur Tiko.
Ia berharap penerapan standar QR code ini nantinya akan mampu membangun sistem pembayaran yang tak kalah saing dengan Wechat dan Alipay yang mulai berintegrasi ke pasar dalam negeri.
"Intinya kami mau bangun kapabilitas nasional. Kami juga inginnya menjadi tuan rumah di sistem pembayaran nasional dan nasabah nyaman menggunakan tools yang dikembangkan oleh perusahaan di dalam negeri," katanya.
(prm) Next Article Bisa Bayar Pake Ponsel, Milenial China Tak Suka Uang Tunai
Rencana ini menjawab tantangan perbankan di era digital yang kini bersaing dengan semakin maraknya pelakuĀ financial technology (fintech) yang mulai mencuri perhatian konsumen dalam negeri.
"Kami lagi menggagas untuk menggabungkan QR code dengan Himbara ya. Kami lihat QR code ini ternyata memberikan kemudahan dengan tools-nya," kata Direktur Utama Bank Mandiri yang akrab disapa Tiko ini di acara Indonesia Banking Expo, Hotel Fairmont Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, proses pengembangan QR code sendiri sejauh ini masih dalam tahap pembahasan. Meski Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) belum memberikan standar terhadap QR code, ia memastikan pihaknya mungkin akan lebih dulu menerbitkan QR code paling lambat awal tahun depan.
"ASPI ini mungkin kan masih butuh waktu. Bisa jadi kami duluan, tetapi nanti kami lihat apakah butuh penyesuaian lagi atau tidak," kata Tiko.
![]() |
"Intinya kan, bagaimana kita bisa menghidupkan ekosistem, dan ekosistem ini kan kuncinya di merchant-nya," ujarnya.
Ia pun memberi contoh, sebuah merchant seperti tukang bakso menawarkan sistem pembayaran melalui QR code. Jika tidak ada keseragaman atau standar yang sama, maka tak menutup kemungkinan tukang bakso ini memiliki lebih dari satu stiker QR code di gerobaknya.
Sementara, dari sisi pelaku industri keuangan, menurut Tiko, QR code yang ideal hanya satu sehingga mereka pun tak perlu menggelontorkan dana lebih untuk pengadaan fasilitas QR code masing-masing.
"Nanti tinggal bagaimana bank atau pemain fintech melalui satu QR code ini bisa memainkan promo yang berbeda-beda. Jadi QR code di sini hanya sebagai tools yang bisa digunakan universal," tutur Tiko.
Ia berharap penerapan standar QR code ini nantinya akan mampu membangun sistem pembayaran yang tak kalah saing dengan Wechat dan Alipay yang mulai berintegrasi ke pasar dalam negeri.
"Intinya kami mau bangun kapabilitas nasional. Kami juga inginnya menjadi tuan rumah di sistem pembayaran nasional dan nasabah nyaman menggunakan tools yang dikembangkan oleh perusahaan di dalam negeri," katanya.
(prm) Next Article Bisa Bayar Pake Ponsel, Milenial China Tak Suka Uang Tunai
Most Popular