Luncurkan Fintech, CEO AirAsia Siap Tantang Alipay & GrabPay

Tech - Bernhart Farras, CNBC Indonesia
06 November 2018 17:03
Aplikasi pembayaran seluler baru AirAsia yang dinamakan BigPay, dapat menjadi saingan beberapa pemain lama yang telah mapan di sektor ini. Foto: CNBC Indonesia/Shalini
Jakarta, CNBC Indonesia - Aplikasi pembayaran seluler baru AirAsia yang dinamakan BigPay, dapat menjadi saingan beberapa pemain lama yang telah mapan di sektor ini, menurut CEO maskapai berbiaya rendah itu, Tony Fernandes.

BigPay, yang dijalankan sebagai bisnis independen di bawah perusahaan induk AirAsia, meluncurkan aplikasi pembayaran pada awal tahun ini. Aplikasi ini diposisikan sebagai "alternatif digital dari rekening bank untuk kegiatan sehari-hari," dan tersedia di Malaysia, menurut situs webnya.


"Kami memiliki bisnis fintech yang fantastis di mana kami akan memberikan Alipay, GrabPay usaha lebih untuk mendapatkan uang mereka," kata Fernandes di Nikkei Global Management Forum di Tokyo, dilansir dari CNBC International, Selasa (6/11/2018).

Pengguna mendaftar untuk akun BigPay melalui smartphone mereka dan diberikan Mastercard yang dapat digunakan untuk membayar di berbagai perusahaan serta untuk menarik uang tunai dari ATM secara global. Perusahaan mengatakan BigPay memiliki biaya pemrosesan yang lebih rendah daripada rata-rata kartu yang dikeluarkan bank.

Dengan BigPay, pengguna juga dapat memperoleh beberapa fasilitas perjalanan dengan AirAsia dan mengirim uang secara gratis, kata perusahaan itu di situs webnya.

Pengisian ulang salso dompet seluler itu membutuhkan kartu kredit atau kartu debit atau bisa dilakukan melalui transfer bank, kata perusahaan .

BigPay adalah bagian dari strategi AirAsia untuk mengembangkan bisnis baru yang dapat menghasilkan pemasukan tambahan bagi maskapai penerbangan ini saat menghadapi tantangan pasar.

Luncurkan Fintech, CEO AirAsia Siap Tantang Alipay & GrabPayCEO AirAsia Tony Fernandes (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
Proyek lain termasuk pengembangan platform e-logistik yang disebut RedCargo, menurut Fernandes.

"Sekarang, kami dalam petualangan digital besar ini, yang menurut kami akan menambah banyak ke laba kami," katanya. "Itu akan menutupi beberapa tekanan ini."

Tekanan tersebut termasuk harga minyak yang lebih tinggi, volatilitas di pasar mata uang, dan sentimen yang bergeser di antara para pelancong akibat perlambatan ekonomi di negara-negara ekonomi utama, seperti China.

Namun, Fernandes menjelaskan bahwa selama masa perlambatan ekonomi, orang-orang tertarik pada maskapai penerbangan berbiaya rendah dan mengambil libur yang lebih pendek.

"Saya telah melihat pada saat tekanan, sebenarnya orang ingin melakukan perjalanan lebih untuk keluar dari beberapa kenyataan hidup, dan maskapai penerbangan berbiaya murah menyediakannya," katanya.


Ketika ditanya tentang kecelakaan penerbangan Lion Air baru-baru ini yang telah memicu lagi kekhawatiran terkait keselamatan operator murah, Fernandes mengatakan menyalahkan maskapai berbiaya murah "sedikit tidak adil".

"Kami tidak tahu apa yang terjadi, kami tidak tahu apakah itu kesalahan manufaktur atau kesalahan Lion Air atau banyak masalah lainnya," katanya. Ia menambahkan bahwa keselamatan adalah sebuah maraton.

"Tidak ada maskapai yang dapat mengatakan bahwa mereka aman. Ini adalah proses berkelanjutan menjadi lebih baik dan lebih baik dan lebih baik, dan mengurangi risiko itu."

Artikel Selanjutnya

Heboh Bos AirAsia Jadi Driver Ojol Pesaing GrabFood & GoFood


(prm)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading