Startup

Cerita Softbank Dekati Uber & Jadi Pemegang Saham Utama

Roy Franedya, CNBC Indonesia
13 June 2018 17:09
Cerita Softbank Dekati Uber & Jadi Pemegang Saham Utama
Foto: REUTERS/Tyrone Siu
Jakarta, CNBC Indonesia - Bagi kebanyakan perusahaan startup mendapat proposal dari investor senilai US$8 miliar (atau sekitar Rp 111,9 triliun) merupakan kesempatan yang tak boleh dilewatkan, tetapi tidak bagi Uber Technologies.

Chief Executive Vision Fund, Rajeev Misra mengatakan ia menghabiskan waktu selama enam bulan membujuk direksi Uber untuk mengambil uang tersebut. Rajeev melakukan pendekatan secara personal.

Vision Fund merupakan lembaga pengumpulan dana. Perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh Softbank ini memiliki dana kelolaan hingga US$100 miliar.

Tahun lalu, Softbank memimpin sebuah konsorsium investor untuk membeli saham Uber. Kesepakatan ini berakhir dengan kepemilikan sekitar 15% saham Uber. Kesepakatan ini menjadi Softbank sebagai pemegang saham individual terbesar dan memicu perubahan besar dalam Uber.


Berbicara pada konferensi CogX di London pada hari Senin (11/6/2018), Misra mengatakan konsorsium yang dipimpin oleh SoftBank membayar "US$7,9 miliar hingga US$8 miliar" untuk membeli saham Uber dari pemegang saham eksisting. Softbank ini juga menginvestasikan lebih US$1,25 miliar langsung ke perusahaan. Kesepakatan itu ditandatangani pada bulan Januari 2018.

Tapi, kata Misra, Uber bisa saja dengan mudah beralih ke investornya yang sudah ada, seperti General Atlantic. Pada saat itu, anggota dewan Uber terikat dalam perebutan kekuasaan dengan Travis Kalanick, CEO perusahaan kala itu.

"Ini bukan karena mereka kekurangan modal," kata Misra pada konferensi CogX.

Dia menambahkan: "Saya bekerja selama enam bulan secara pribadi meyakinkan dewan, secara pribadi meyakinkan para pemegang saham, yang memiliki peluang lebih besar satu sama lain, CEO terlibat, dan ada begitu banyak gejolak. Mengapa mereka memilih kami dibandingkan konsorsium lain? "

"Itu bukan karena kami memasukkan US$7,9 miliar hingga US$8 miliar dan tidak ada konsorsium lain yang dapat memberi US$8 miliar," katanya.

SoftBank, katanya, memiliki satu nilai tawar yang cukup besar. "Itu karena ekosistem yang kami beli," katanya. "Kami memiliki setiap perusahaan berbagi tumpangan (ride sharing) lain di dunia."

SoftBank, melalui Vision Fund, memiliki saham di berbagai startup kompetitor utama Uber seperti Ola di India, Didi Chuxing di China, Grab di Singapura, dan 99 di Brasil. "Kita bisa membawa sinergi," kata Misra seperti dilansir dari Business Insider.

Dia menunjuk Jepang sebagai contoh, di mana Uber akan segera meluncurkan uji coba untuk pertama kalinya. Di Jepang Softbank meluncurkan usaha taksi dengan menggandeng Didi Chuxing yang akan berkompetisi dengan Uber.

"Uber tidak bisa masuk pasar Jepang tanpa bantuan SoftBank dengan serikat taksi," kata Misra. "Ini adalah win-win."

Dia juga menunjuk penggabungan Uber dengan Grab, yang berlangsung hanya tiga bulan setelah SoftBank masuk ke perusahaan taksi online asal Asia Tenggara ini.

Beralihnya posisi pemegang saham mayoritas ke Softbank memang membawa perubahan besar. Salah satunya digulingkannya Travis Kalanick dari posisi chief executive officer (CEO). Travis merupakan pendiri Uber.

Desakan agar Travis Kalanick mundur sudah muncul sejak 2017. Para investor utama Uber termasuk Softbank sudah meragukan kemampuan Travis karena perusahaan digerogoti isu non-bisnis. Misalnya, kampanye #deleteUber dan skandal diskriminasi gender yang dilakukan Travis kepada mantan teknisi Uber bernama Susan Fowler.


Menurut sumber CNBC, beralihnya posisi pemegang saham mayoritas ke Softbank memberikan keuntungan bagi Travis. Ia menjual semua kepemilikan saham kepada Softbank dan keluar dari Uber dengan membawa US$1,4 miliar.

Softbank pun menunjuk Dara Khosrowshahi sebagai orang nomor satu di Uber menggantikan Travis.

Dara Khosrowshahi dibebani tanggung jawab untuk memperbaiki kinerja keuangan dan memperluas ekspansi Uber bisnis transportasi digital. Uber berencana untuk melantai di bursa saham atau initial public offering (IPO) pada 2019.

Pada 2017, Uber mencatatkan kerugian US$4,5 miliar atau senilai Rp 61,3 triliun, meningkat dari US$ 2,8 miliar di tahun 2016, menurut angka yang awalnya dilaporkan oleh The Information dan dikonfirmasi oleh CNBC.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular