Startup

Gaet Desainer Ferrari, Startup Ini Akan Layani Taksi Terbang

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 April 2018 15:50
Startup Jerman, Lilium, berencana menyediakan layanan pemesanan penerbangan komuter online pada tahun 2025.
Foto: REUTERS/Eduardo Munoz
London, CNBC Indonesia - Liliuman, startup Jerman yang memiliki ambisi besar seperti perusahaan-perusahaan Silicon Valley untuk menyediakan layanan taksi terbang bertenaga listrik dalam satu dekade ke depan, telah merekrut Frank Stephenson, desainer yang bekerja untuk beberapa perusahaan mobil ikonik seperti Ferrari, Mini, Fiat 500, dan McLaren P1.

Lilium tengah mengembangkan pesawat ringan yang ditenagai oleh 36 mesin jet listrik yang dipasang di sayapnya. Pesawat ini dipercaya mampu terbang dengan kecepatan mencapai 300 km/jam dengan jarak 300 km dengan satu kali pengisian daya, kata perusahaan, dilansir dari Reuters.


Perusahaan yang didirikan pada tahun 2015 oleh mahasiswa Universitas Teknik Munich itu telah membuat rencana untuk menunjukkan sebuah jet listrik yang dapat lepas landas secara vertikal dengan fungsi penuh tahun depan. Perusahaan juga berencana untuk menyediakan layanan pemesanan penerbangan komuter online pada tahun 2025.

Lilium merupakan salah satu dari banyak perusahaan yang ingin mengembangkan teknologi drone, bahan-bahan berteknologi tinggi, dan kendaraan otonom terbang yang dapat membuat adegan-adegan film fiksi ilmiah menjadi nyata. Selain Lilium, perusahaan pembuat mobil China Geely dan juga perusahaan layanan tansportasi Amerika Serikat (AS) Uber termasuk di antara perusahaan yang tertarik mengembangkan teknologi tersebut.

Stephenson (58), seorang yang berkebangsaan Amerika dan Inggris, akan bergabung dengan startup penerbangan tersebut pada bulan Mei. Ia akan mendesain sebuah kendaraan dengan bentuk luar serupa pesawat, namun memiliki isian seperti mobil.

Stephenson yang dikenal dengan desainnya yang digunakan oleh perusahaan BMW, Mini, Ferrari, Maserati, Fiat, Alfa Romeo, dan McLaren, akan memimpin segala aspek dalam desain Lilium, termasuk desain interior dan eksterior jet perusahaan, serta mendesain bantalan landasan dan ruang tunggu keberangkatan.

"Di Lilium, kami tidak harus membuat jet tersebut layaknya kendaraan apapun yang pernah dibuat sebelumnya. Hal yang paling menarik dari sini adalah karena kami tidak membicarakan tentang memodifikasi sebuah mobil agar dapat terbang di udara, dan bukan tentang memodifikasi sebuah helikopter untuk dapat berfungsi dengan lebih baik," ujar Stephenson kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

Stephenson mengenang saat ia masih bekerja untuk Ferrari sekitar 12 tahun lalu. Ia menganggap pekerjaannya saat itu merupakan pekerjaan yang luar biasa yang bisa dibayangkan seorang remaja, namun pembatasan dalam pekerjaan dalam ruang lingkup perusahaan pembuat mobil yang memiliki ciri khas itu, membuatnya terkekang.

"Saya selalu harus membuat mobil yang terlihat seperti Ferrari," ujarnya.

Ia kemudian pindah bekerja ke McLaren (2008-2017) dan memiliki kebebasan untuk mendesain model baru dan juga mempelajari bahasa desain dari awal. "Hal itu merupakan yang terbaik yang bisa diperoleh seorang desainer," katanya.

Lilium mengembangkan kendaraan listrik terbang yang memiliki lima tempat duduk untuk komuter, setelah pada tahun 2017 menguji coba sebuah jet dengan dua tempat duduk yang memungkinkan transisi mid-air dari mode mengambang (hover) seperti drone, menjadi mode penerbangan dengan melebarkan sayap (wing-borne flight) seperti pesawat konvensional.

Ide perusahaan untuk mengkombinasikan kedua fitur ini merupakan keunggulan yang dimiliki Lilium, yang membedakannya dari startup lain yang juga menggeluti bidang sejenis, seperti saingan Jermannya Volocoper atau perusahaan penerbangan raksasa Airbus.


"Jika pesaing membuat pesawat dengan bantalan udara (hovercraft) atau drone atau jenis kendaraan apapun, mereka akan memiliki tampilan yang khas sendiri. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka kehendaki. Saya tidak ingin membuat apa yang sudah pernah dibuat," ujar Stephenson.

Jet yang menghabiskan bahan bakar setara dengan yang diperlukan oleh sebuah mobil listrik per kilometernya tersebut, menyediakan penerbangan murah setara dengan ongkos taksi saat ini, namun dengan kecepatan yang lima kali lebih cepat, kata Lilium.

Namun, pembuatan mobil terbang banyak menghadapi kendala, termasuk kendala dalam meyakinkan badan regulator dan masyarakat bahwa kendaraan tersebut dapat digunakan dengan aman. Pemerintah masih kesulitan membuat peraturan untuk drone dan mobil tanpa sopir.

Lilium telah memperoleh dana lebih dari US$101 juta (Rp 1,4 triliun) dalam putaran pendanaan awal dari beberapa penanam modal, di antaranya adalah perusahaan besar China, Tencent, dan Atomico serta Obvious Ventures.
(prm) Next Article Siap-siap, Taksi Terbang Akan Segera Jadi Kenyataan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular