Mau Umrah? Biayanya Bengkak, Kurs Riyal juga Mahal
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Arab Saudi akhirnya membuka kembali pintu ibadah umrah bagi warga Indonesia, meski belum bisa dipastikan kapan keberangkatan akan dilakukan, karena masih dalam tahap pematangan. Tetapi satu hal yang bisa menjadi catatan, biaya umrah kali ini lebih mahal, begitu juga dengan kurs riyal yang sedang naik di tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Firman M Nur mengatakan mengenai biaya, sebelum pandemi Covid-19, biaya umrah lebih murah, namun setelah diizinkan pada November tahun lalu, biayanya membengkak karena kebutuhan protokol kesehatan.
"Sebelum pandemi biayanya Rp 20 juta, ketika uji coba November sampai Februari naik jadi Rp 26 juta. Kita harap Rp 26 juta cukup bisa menjalankan umrah yang aman dengan standar pelayanan minimal," kata Firman kepada CNBC Indonesia, Selasa (12/10/21).
Sementara itu kurs riyal hari ini berada di kisaran Rp 3.790/SAR stagnan dibandingkan harga penutupan Selasa kemarin. Tetapi jika dilihat sepanjang tahun ini, riyal menguat 1,3%.
Penguatan tersebut bisa lebih tajam lagi jika dolar Amerika Serikat (AS) menguat di sisa tahun ini. Sebabnya, bank sentral AS (The Fed) yang akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
Pasar memperkirakan The Fed akan mengumumkan tapering pada bulan depan, dan pertama kali dilakukan pada bulan Desember.
Tapering tersebut berpotensi membuat dolar AS perkasa dan rupiah tertekan. Kurs riyal bisa semakin mahal.
Untuk diketahui, Arab Saudi menerapkan kebijakan fixed exchange rate mata uang riyal terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak tahun 1986. US$ 1 ditetapkan setara 3,75 riyal.
Dengan kebijakan tersebut naik turunnya nilai tukar riyal melawan rupiah menjadi sama persis dengan dolar AS melawan rupiah, meski dengan persentase yang berbeda. Bagaimana pun kondisi perekonomian Arab Saudi, pergerakan mata uangnya akan selalu copy paste dari dolar AS.
Selain biaya yang membengkak, bagi jamaah yang akan berangkat umrah, maka perlu menyelesaikan beberapa syarat administrasi, termasuk dalam hal vaksinasi.
Walau tidak menutup kemungkinan jumlah jamaah yang akan berangkat berkurang dari yang semestinya umrah pada awal tahun lalu.
"Jemaah tertunda 62 ribu orang dan ada data yang diminta, berapa dari mereka yang membatalkan, itu nggak menutup kemungkinan dengan masa tunggu 2 tahun banyak yang sudah membatalkan juga, walau nggak semua bisa dibatalkan karena banyak dari dana mereka yang sudah dibayar ke pihak ketiga, misal deposit airlines, deposit hotel, deposit transportasi, dan lain-lain," sebut Firman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)